II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 2.1. Konsep Pembinaan dan Nilai yang diintegrasikan
Kegiatan pembinaan kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di
dalam danatau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai
atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya. Dengan kata lain,
kegiatan pembinaan kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik,
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Adapun tujuan kegiatan pembinaan kesiswaan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam Permendiknas No. 39 Tahun 2008, yaitu:
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreativitas;
b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan
pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan
sesuai bakat dan minat; d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia,
demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani.
Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan menyebutkan sepuluh kelompok nilai karakter yang dikembangkan pada
peserta didik melalui kegiatan pembinaan kesiswaa, yaitu: a. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Budi pekerti luhur atau akhlak mulia; c. Kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara;
d. Prestasi akademik, seni, danatau olahraga sesuai bakat dan minat; e. Demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup,
kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural; f. Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan;
g. Kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi ;
h. Sastra dan budaya; i. Teknologi informasi dan komunikasi;
j. Komunikasi dalam bahasa Inggris;
Kesepuluh kelompok nilai tersebut dijabarkan menjadi berbagai kegiatan yang secara rinci disebutkan dalam lampiran Permendiknas Nomor 39 Tahun
2008. Apabila ditelaah lebih jauh, rincian dari Permendiknas tersebut di atas tidak berbeda dengan dua puluh nilai-nilai utama yang dikelompokkan
menjadi nilai-nilai yang berhubungan dengan Ketuhanan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang merupakan fokus dari pendidikan
karakter.
2.2. Konsep dan Prinsip-prinsip Yang Terkandung Dalam Nasionalisme
Di era globalisasi sekarang ini masalah yang penting mendapat perhatian adalah identitas kebangsaan. Derasnya arus globalisasi menyebabkan
terkikisnya nilai-nilai kebangsaan. Anak-anak lebih bangga dengan budaya asing dari pada budaya bangsanya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya
rasa bangga yang lebih pada diri anak manakala menggunakan produk luar negeri, dibandingkan jika menggunakan produk bangsanya sendiri. Semangat
kebangsaan harus tumbuh dan dipupuk dalam diri warga Indonesia. Semangat kebangsaan disebut juga sebagai nasionalisme. Nasionalisme berasal dari
kata nation bangsa, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ali dkk, 1994: 89, kata bangsa memiliki arti:
a kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta pemerintahan sendiri;
b golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan
c kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah
tertentu di muka bumi.