Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

di mana lahan merupakan tempat aktivitas pertanian. Oleh karena itu, Kecamatan Gisting merupakan kawasan yang potensial untuk pengembangan wilayah pertanian dan perlu mendapatkan perhatian khusus sebagai salah satu wilayah agropolitan. Lahan yang telah dimanfaatkan di Kecamatan Gisting dapat dilihat pada Tabel 1 dan untuk penggunaan lahan eksisting di Kecamatan Gisting dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 1. Penggunaan lahan di Kecamatan Gisting tahun 2009. No Penggunaan Lahan Luas Ha Persentase 1 Hutan sekunder 58,17 1,78 2 Permukiman 225,77 6,93 3 Perkebunan rakyat 22,09 0,75 4 Ladangtegalan 2.881,45 88,57 5 Semak belukar 65,77 2.02 Jumlah 3.253,25 100,00 Sumber: Peta penggunaan lahan Kecamatan Gisting tahun 2009. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa lahan di Kecamatan Gisting banyak digunakan sebagai ladangtegalan, hasil dari pemanfaatan lahan sebagai ladang tegalan tersebut dapat menjadi salah satu potensi bagi daerah ini. Potensi-potensi Kecamatan Gisting saat ini baik yang sudah digali maupun belum digali merupa- kan modal dasar bagi pengembangan wilayah Kecamatan Gisting. Untuk melaku- kan pengembangan pertanian tersebut dibutuhkan pemanfaatan lahan yang optimal. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin mening- kat, maka pemanfaatan lahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup juga akan meningkat sedangkan jumlah lahan tetap. Oleh karena itu, dibutuhkan pemanfaatan lahan yang optimal agar kebutuhan penduduk yang semakin meningkat dapat terpenuhi dengan jumlah lahan yang tetap. Pemanfaatan lahan yang optimal adalah pemanfaatan lahan yang disesuai- kan dengan arahan dan kemampuan lahan tersebut, namun, pada kenyataannya tidaklah demikian. Permasalahan umum yang hampir terjadi di setiap wilayah ialah tidak sesuainya pemanfaatan lahan dengan arahan fungsi kawasannya, khususnya untuk kawasan hutan lindung. Penduduk mulai merambah hutan lindung untuk kegiatan pertanian, hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahun sedangkan jumlah lahan tetap, sehingga untuk mempertahankan hidup mereka menjadikan hutan lindung sebagai lahan pertanian. Kondisi demikian juga terjadi di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan arahan dan kemampuannya ini disebabkan karena informasi arahan fungsi kawasan yang terbatas. Keterbatasan informasi arahan tersebut dikarenakan proses pengumpulan data yang tidak mudah. Dalam penetapan arahan untuk pemanfaatan lahan, diperlukan data-data spasial, seperti kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan sedangkan untuk evaluasi pemanfaatan lahan yang sesuai dengan arahan pemanfaatannya dibutuhkan data penggunaan lahan. Dalam proses pengumpulan dan manipulasi data untuk memperoleh zonasi arahan pemanfaatan lahan melalui peta-peta tematik membutuhkan proses yang cukup rumit dan memakan waktu yang cukup panjang, oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pengolahan data dalam bentuk digital yaitu berupa Sistem Informasi Geografi SIG. Pemanfaatan sistem infor- masi geografi dapat mempermudah pengolahan data karena SIG bekerja dengan sistem komputer digital, selain itu dengan menggunakan SIG akan mempermudah dalam mengupdate perubahan data, karena data pemanfaatan lahan dari waktu ke waktu tentunya mengalami perubahan. Dengan perkembangan SIG sekarang ini, dan adanya informasi arahan fungsi kawasan diharapkan pemanfaa- tan lahan khususnya kawasan lindung di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung sesuai dengan arahan fungsi pemanfaatan lahannya. Untuk membuktikan hal tersebut, maka diperlukan penelitian ini, yaitu “Pemetaan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan untuk Kawasan Fungsi Lindung di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus ”. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemanfaatan lahan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus tahun 2013, khususnya kawasan fungsi lindung sesuai dengan arahan fungsi pemanfaatan lahannya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi pemanfaatan lahan dalam kawasan lindung di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus tahun 2013 berdasarkan arahan fungsi pemanfaatan lahannya.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat diuraikan menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti. b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di SMA kelas XII program IPS semester 1 pada pokok bahasan Peta dan Pemetaan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi pihak Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Tanggamus dalam usaha perencanaan pengembangan pertanian di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi melalui penyajian data SIG kepada para Perencana Pembangunan Daerah Tanggamus khususnya Kecamatan Gisting.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini, yaitu: 1. Ruang lingkup objek penelitian adalah lahan untuk kawasan lindung di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. 2. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. 3. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu tahun 2013. 4. Ruang lingkup ilmu penelitian adalah Geografi Tanah dan Sistem Informasi Geografi. Tejoyuwono dalam I Gede Sugiyanta 2007:4, mendefinisikan Geografi Tanah adalah mempelajari agihan jenis tanah di muka daratan dan faktor-faktor yang menentukan agihan tersebut. Sementara lingkup sistem informasi geografi dalam penelitian ini adalah untuk menyajikan luaran output yang berupa peta arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus yang diperoleh dari data-data pemanfaatan lahan yang terdapat di Kecamatan Gisting Kabupetan Tanggamus.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Dalam rangka mendukung penelitian ini, dikemukakan beberapa teori menurut para ahli yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Pengertian Lahan Lahan merupakan daratan yang memiliki karakteristik alami seperti iklim, topo- grafi, geologi, tanah serta hidrologi dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Malingreau 1977 dalam Muryono 2005:6 mengemukakan bahwa “Lahan merupakan suatu daerah di permukaan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua pengenal yang bersifat cukup mantab dan dapat diduga berdasarkan daur dari biosfer, tanah, air, populasi manusia pada masa lampau dan masa kini sepanjang berpengaruh atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa yang akan datang. ” Menurut Sitanala dalam I Gede Sugiyanta 2003:8 lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya, sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang. Lahan memiliki sifat atau karakteristik yang spesifik. Lahan juga memiliki unsur- unsur yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, serta jenis vegetasinya. Dalam lahan terbayang apa yang terkandung di dalamnya dan bagaimana keadaan tanahnya, serta menggambarkan bagaimana daya dukung dari lingkungan fisis dan biotik terhadap kehidupan manusia. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan material dasar yang merupakan bagian dari suatu lingkungan dan memiliki karakteristik baik dari keadaan tanah, iklim, distribusi hujan serta vegetasinya yang dapat digunakan oleh manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

2. Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan lahan merupakan penggunaan ataupun pemanfaatan lingkungan alam oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Definisi peman- faatan lahan yang lebih lengkap adalah sebagai berikut: “Pemanfaatan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik secara permanen ataupun secara siklis terhadap suatu kumpulan sumber daya alam dan sumber daya buatan yang secara keseluruhannya disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik kebendaan maupun spiritual ataupun kedua- duanya” Malingreau, 1978:6. Pemanfaatan lahan di permukaan bumi selalu dinamis dan berkembang seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk menyebabkan meningkatkan jumlah pemanfaatan lahan, baik digunakan sebagai lahan permukiman, lahan pertanian, lahan bukan pertanian, dan sebagainya. Lahan yang merupakan obyek penelitian keadaanya kompleks dan tidak merupakan suatu unsur fisik atau sosial ekonomi yang berdiri sendiri. Tetapi merupakan hasil interaksi dari lingkungan biofisisnya. Berhasilnya suatu peningkatan produksi pertanian bergantung pada perencanaan pemanfaatan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahannya Jamulyo dan Sunarto, 1996:1. Contoh tipe pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut: a Perladangan b Tanaman semusim campuran, tanah darat tidak intensif c Tanaman semusim campuran, tanah darat intensif d Sawah satu kali setahun, tidak intensif e Sawah dua kali setahun, intensif f Perkebunan rakyat karet, kopi atau coklat, jeruk, tidak intensif g Perkebuanan rakyat, intensif h Hutan produksi alami i Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya j Padang penggembalaan tidak intensif k Hutan lindung.

3. Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Luntungan dalam Listumbinang Halengkara 2012:32 menjelaskan bahwa arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan ke dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat sumber daya alam di suatu wilayah. Artinya, apabila penggunaan lahan pada masing-masing kawasan tidak sesuai dengan fungsi utamanya maka perlu dilakukan tindakan arahan fungsi pemanfaatan lahan dengan menerapkan tindakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik yang bertuju- an untuk mengembalikan dan menjaga fungsi utama kawasannya. Arahan fungsi pemanfaatan lahan berdasarkan Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah BRLKT, 1994 ditetapkan berdasarkan tiga parameter, yaitu: a. Kemiringan lereng Kemiringan Lereng ialah bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu. Variabel yang digunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemi- ringan lereng, titik ketinggian di atas permukaan laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja. Sehingga dapat disim- pulkan bahwa kemiringan lereng merupakan beda tinggi antara dua tempat, yang dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Kemiringan lereng dapat berpengaruh terhadap penentuan fungsi kawasan. Sema- kin curam lereng pada suatu kawasan, maka kawasan tersebut tidak boleh dijadi- kan sebagai kawasan budidaya, karena pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dapat menyebabkan tingkat erosi yang tinggi pada kawasan yang memiliki lereng curam. b. Jenis tanah Jenis tanah dibentuk pada lingkungan fisiografis dan proses yang sama. Faktor fisiografis seperti batuan induk alami, topografi, drainase, iklim, dan vegetasi. Jenis tanah akan memengaruhi jenis penggunaan lahan yang cocok untuk suatu tanaman dan dapat menjadi salah satu parameter yang dapat menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan. Jenis tanah yang dapat memberikan hasil maksimal terhadap penggunaannya merupakan jenis tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Namun terdapat kemungkinan tanah yang mempunyai kesuburan yang tinggi tetapi hasil produksinya rendah, hal ini disebabkan karena faktor produksi lainnya menghambat pertumbuhan tanaman. Jenis tanah tertentu mem- punyai potensi kesuburan yang tinggi, tetapi karena tidak dilakukan perbaikan tingkat kesuburannya, maka hanya diperoleh hasil dengan aras sedang Rachman Sutanto, 2005:182. Jenis tanah digunakan sebagai salah satu parameter dalam menentukan arahan fungsi kawasan berdasarkan resistensi tanah terhadap erosi oleh aliran air. Jika pada suatu daerah terdapat jenis tanah yang sangat peka terhadap erosi, maka daerah pemanfaatan lahan di daerah tersebut tidak dibenarkan sebagai kawasan budidaya. c. Curah hujan Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi mm di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff, dan infiltrasi. Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan dalam mm yang diterima di permukaan sebelum

Dokumen yang terkait

KORELASI ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAGAR DEWA TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 68

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 14 72

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 7 53

KORELASI ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X MAN BANDING AGUNG OKU SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 12 57

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 BELALAU TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 7 42

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA UTAMA WACANA METRO TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

1 2 39

Korelasi Pemanfaatan Sumber Belajar Geografi di Perpustakaan dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karangdowo Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2005 2006

1 23 137

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X MAN LIMA PULUH TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 28

KORELASI MOTIVASI BELAJAR DAN PENGELOLAAN KELAS DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DOLOK BATU NANGGAR TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 2 22

Kebiasaan belajar, prestasi belajar dalam bidang kinematika, dan korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar pada siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan Kota Metro

0 2 185