Pengaruh Bahan Irigasi Ekstrak Buah Lerak Terhadap Kekuatan Tarik Sistim Resin Komposit Dengan Dentin,

(1)

Wydia Vei : Pengaruh Bahan Irigasi Ekstrak Buah Lerak Terhadap Kekuatan Tarik Sistim Resin Komposit Dengan Dentin, 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH BAHAN IRIGASI EKSTRAK BUAH

LERAK TERHADAP KEKUATAN TARIK SISTIM

RESIN KOMPOSIT DENGAN DENTIN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

WYDIAVEI NIM : 050600056

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 5 MARET 2009

OLEH : Pembimbing

Nevi Yanti,drg.,M.Kes NIP : 131 996 178

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K) NIP : 130 702 230


(3)

PENYATAAN PERSETUJUAN Skripsi berjudul

PENGARUH BAHAN IRIGASI EKSTRAK BUAH LERAK TERHADAP KEKUATAN TARIK SISTIM RESIN KOMPOSIT DENGAN DENTIN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : WYDIAVEI

NIM : 050600056

Telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 5 Maret 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

Nevi Yanti,drg.,M.Kes NIP : 131 996 178

Anggota tim penguji lain

Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K) Bakri Soeyono,drg

NIP : 130 702 230 NIP : 130 675 621

Medan, 5 Maret 2009 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,

Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K) NIP : 130 702 230


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada ayahanda Anthony dan ibunda Ingrid atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril maupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada abang (Willem Santana, Kristian Santana) yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Sp.Pros(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes, Sp.KG(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Nevi Yanti, drg.,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan semangat, motivasi, bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(5)

4. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort selaku penasehat akademik yang telah memberikan nasehat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa pendidikan.

7. Dr. Harry Agusnar, drs., M.Sc., M.Phil selaku Kepala Bagian Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU, beserta Bapak Tata dan Bapak Aman atas izin, bantuan fasilitas, dan bimbingan untuk pelaksanaan penelitian ini.

8. Abdul Jalil Amri Arma, drs., M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dalam analisis statistik hasil penelitian.

9. Bu Teti dan Kak Mila, atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian ini. 10. Calon kakak ipar, Henny, Yuyuk atas doa, semangat dan ketulusan yang telah diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman penulis Fernando, Edward, Linda, Julita, duo Ivana, Emma, Indira, Ayu, Yose, Tiwi, Trio, Manda, Dorinda dan teman-teman stambuk 2005 lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semangat, dan bantuannya selama penelitian dan penulisan.


(6)

12. Senior-senior Heriyanti, Steven, Arini, Elvia Rizka, Sanny, Septriani, Christian, Feby, Indi, Vonny, Fenny yang telah banyak meminjamkan bukunya, memberikan motivasi, petunjuk dan masukan-masukan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 5 Maret 2009 Penulis,

(WYDIAVEI) NIM : 050600056


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 5

1.3 Tujuan penelitian ... 5

1.4 Manfaat penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Perlekatan sistim resin komposit ke dentin ... 7

2.2 NaOCl dan EDTA sebagai larutan irigasi ... 13

2.3 Buah lerak (Sapindus rarak DC) sebagai larutan irigasi... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 18

3.1 Kerangka konsep... 18

3.2 Hipotesis penelitian... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN... 21

4.1 Jenis penelitian... 21

4.2 Tempat dan waktu penelitian... 21

4.3 Populasi dan sampel penelitian... 21

4.4 Besar sampel... 21

4.5 Identifikasi variabel penelitian ... 23


(8)

4.7 Alat dan bahan penelitian ... 26

4.8 Prosedur penelitian ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 41

BAB 6 PEMBAHASAN ... 44

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

7.1 Kesimpulan... 50

7.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kondisi restorasi setelah uji tarik ... 41 2. Uji analisis varians satu arah (ANOVA) ... 42 3. Hasil uji LSD antara kelompok perlakuan ... 43


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Definisi terminologi sistim adhesif ... 7

2. Mekanisme perlekatan total-etch system... 9

3. Mekanisme perlekatan self-etching... 11

4. Klasifikasi bahan bonding berdasarkan tahapan aplikasi klinisnya ... 11

5. Pohon Lerak yang terdapat di Desa Ujung Pasir,Kec.Danau Kerinci,Jambi 16 6. Buah lerak yang berasal dari Muara Imat. Kab.Kerinci, Jambi ... 16

7. Daging buah lerak yang telah dikeluarkan bijinya ... 16

8. Electronic balance (Ohyo JP2 6000, Japan) ... 27

9. Alat destilasi pelarut (Electrothermal, England) ... 27

10. Rotavapor (Heidolph VV 2000, Germany) ... 27

11. Freeze dryer (Modulyo, USA) ... 27

12. Bais (Swordfish, China) ... 27

13. Visible light curingunit (Litex 680A, Dentamerica)... 27

14. Instrumen penelitian... 28

15. Alat uji tarik Torsee’s ElectronicSystem Universal Testing Machine (2tf “Senstar”,SC-2-DE, Tokyo-Japan) ... 28

16. Buah lerak dari Muara Imat, Jambi... 29

17. NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia) ... 29

18. EDTA 18% (Ultradent, Germany)... 30


(11)

20. Bahan penelitian... 30

21. Penimbangan daging buah lerak ... 31

22. Daging buah lerak dikeringkan selama 1 minggu... 31

23. Lerak yang direndam dalam etanol didiamkan selama 5 hari ... 32

24. Penyaringan dengan corong Buchner dilapisi kertas saring ... 32

25. Penguapan ekstrak dengan rotavapor selama 5 jam ... 32

26. Pengeringan ekstrak dengan freeze dryer selama 3 jam ... 32

27. Ekstrak lerak kental... 32

28. Ekstrak kental disimpan dalam botol kaca tertutup ... 32

29. Larutan ekstrak lerak 0,01% ... 33

30. Larutan NaOCl 5% ... 33

31. Preparasi mahkota untuk membuka atap pulpa... 34

32. Preparasi saluran akar dengan K-file ... 34

33. Irigasi saluran akar dengan spuit 3 ml ... 34

34. Pengeringan saluran akar dengan paper point ... 34

35. Aplikasi bahan adhesif self-etch... 36

36. Aplikasi resin kompositincremental horizontal... 36

37. Resin komposit incremental horizontal ... 36

38. Proses penyinaran denganvisible light curing unit ... 36

39. Diagram pemotongan dan penanaman sampel dalam cetakan... 37

40. Pemotongan tonjol gigi ± 5 mm di atas batas sementoenamel ... 38

41. Pemotongan dinding mesial gigi ... 38


(12)

43. Sampel yang telah dipotong ... 38

44. Sampel yang sudah ditanam dalam akrilik ... 39

45. Sampel yang dipasang pada alat uji tarik... 40

46. Kondisi restorasi setelah uji tarik ... 42

47. Grafik nilai rerata dan standard deviasi rata-rata kekuatan tarik perlekatan pada kelompok ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%, salin... 43


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) ... 55

2. Pengenceran larutan irigasi ... 56

3. Alur uji kekuatan tarik perlekatan ... 57

4. Data hasil pengukuran kekuatan tarik perlekatan ... 59

5. Hasil uji statistik pengukuran kekuatan tarik perlekatan antara resin komposit dengan dentin dengan larutan irigasi ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% ... 60


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2009

Wydiavei

Pengaruh Bahan Irigasi Ekstrak Buah Lerak terhadap Kekuatan Tarik Sistim Resin Komposit dengan Dentin

xiii + 61 halaman

Bahan irigasi dapat mengubah komposisi kimia dentin sehingga mempengaruhi kekuatan perlekatan resin komposit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ekstrak buah lerak sebagai bahan irigasi terhadap perlekatan sistim resin komposit dengan dentin kamar pulpa.

Ekstraksi 333,8 gram buah lerak menghasilkan 148,9 gram ekstrak lerak kental. Sebanyak 35 gigi premolar mandibula yang telah dicabut, dibagi dalam 4 kelompok : kelompok I diirigasi dengan ekstrak lerak 0,01%, kelompok II NaOCl 5%, kelompok III kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%, kelompok IV salin (kontrol) pada waktu preparasi saluran akar. Setelah itu, self etching bonding diaplikasikan pada dinding kavitas dan diikuti penumpatan resin komposit. Setelah pemotongan akar gigi dan dinding mesial, distal, lingual dentin, sampel ditanam dalam self curing acrylic pada tabung plastik Ø 13 mm dan tinggi 15 mm dan diuji menggunakan alat uji tarik (2tf “Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan).

Hasil penelitian menunjukkan kondisi restorasi adhesive failure 12 sampel, cohesive failure 19 sampel dan kombinasi adhesive failure dan cohesive failure 4


(15)

sampel. Hasil uji ANOVA dan uji LSD menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara ekstrak lerak 0,01% dengan NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% dan antara NaOCl 5% dengan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% (P > 0,05). Ada perbedaan bermakna antara salin sebagai kontrol dengan kelompok perlakuan lainnya (P < 0,05).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian bahan irigasi ekstrak lerak 0,01% mengurangi kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin dan tidak ada perbedaan kekuatan tarik resin komposit dengan dentin antara ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pembersihan dan pembentukan saluran akar yang efektif, sama pentingnya dengan penutupan apikal yang baik merupakan kunci keberhasilan perawatan endodonti. Akan tetapi, banyak penelitian menunjukkan bahwa, dengan mengesampingkan bahan dan teknik obturasi yang dipakai, adanya celah koronal dikenal sebagai penyebab negatif prognosis perawatan endodonti.1 Penutupan koronal yang baik akan mencegah penetrasi mikroorganisme atau produk yang dihasilkannya ke dalam kamar pulpa atau saluran akar sehingga kualitas dari bahan restorasi koronal merupakan faktor penting dalam menentukan prognosis gigi setelah perawatan endodonti.2

Belakangan ini, penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi gigi pasca perawatan endodonti telah meningkat seiring dengan berkembangnya sistem bonding dentin. Bahan restorasi adhesif memberikan lebih banyak keuntungan daripada restorasi nonadhesif karena restorasi adhesif mendistribusikan tekanan fungsional melewati lapisan bonding ke struktur gigi dan dapat memperkuat struktur gigi.2

Salah satu sistim bonding yang banyak digunakan sekarang adalah self etching bonding, pada sistim ini pemberian bahan etsa dan primer digabung menjadi satu, tidak ada tahap pencucian dan pembuangan smear layer. Asam primer akan memodifikasi smear layer sehingga memungkinkan asam primer mengadakan penetrasi ke dentin di bawahnya dan mengekspos kolagen. Kemudian aplikasi bahan


(17)

adhesif akan membentuk lapisan hybrid dan resin tag.3,4 Oleh karena penggabungan pemberian bahan etsa dan primer maka self etching bonding akan mengurangi waktu kerja, mencegah overetching dan mengurangi resiko kolagen kolaps.5 Selain itu, self etching bonding menunjukkan perlekatan yang lebih baik pada dinding dentin kamar pulpa dibandingkan dengan total etching karena self etching mempunyai asam lemah dalam komposisi primernya sehingga mengurangi perubahan struktur dentin dibandingkan dengan asam kuat pada total etching. Meskipun demikian, perlekatan bahan bonding ke dentin dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan penelitian Nikaido et al (1999), salah satu faktor yang mempengaruhi adalah bahan irigasi yang digunakan selama perawatan saluran akar. Bahan irigasi ini ternyata dapat mengubah komposisi kimia dari permukaan dentin dan mempengaruhi interaksinya dengan resin komposit.2,6

Bahan irigasi yang paling sering digunakan dalam perawatan endodonti adalah natrium hipoklorit (NaOCl). Penelitian Ozturk et al (2004) dan Santos et al (2006) menunjukkan bahwa ketika self etching bonding diaplikasikan, baik penggunaan NaOCl 5% sebagai bahan irigasi maupun dikombinasikan dengan EDTA 18% akan mengurangi kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin kamar pulpa karena NaOCl akan membuang seluruh fibril kolagen2,6 dan melarutkan smear layer yang berperan penting dalam mekanisme self etching bonding.7 NaOCl maupun dikombinasikan dengan EDTA juga memiliki kekurangan yaitu toksisitas tinggi, merusak jaringan hidup, menyebabkan alergi, memiliki bau dan rasa yang tidak enak.7,8


(18)

Oleh karena pentingnya pemakaian bahan irigasi saluran akar dalam perawatan endodonti dan efek samping NaOCl terhadap self etching bonding maka perlu dicari bahan irigasi alami yang lebih biokompatibel. Hal ini sesuai dengan fokus area kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa untuk pembangunan nasional (JAKSTRA 2000-2004) antara lain menemukan bahan baru terutama dilihat dari sudut kesehatan yang menyangkut penggunaan tanaman tradisional. Salah satu tanaman tradisional yang dapat digunakan adalah buah lerak (Sapindus rarak DC).

Kandungan utama dari buah lerak adalah saponin triterpenoid. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Dyatmiko (1983) yang mendapatkan saponin sebanyak 20% dari buah lerak,9 dan penelitian lain mengisolasi 17,5% saponin dari buah lerak.10 Saponin bersifat sebagai emulgator (detergen) yang dapat melarutkan smear layer organik dan anorganik,11 dan bisa menurunkan tegangan permukaan sehingga permeabilitas dentin meningkat yang dapat mempermudah penetrasi bahan adhesif.12 Kemampuan saponin menurunkan tegangan permukaan ditunjukkan oleh Estikasari (2002) yang membuktikan saponin lerak memiliki busa larutan yang tinggi dalam air suling dan air sadah,13 serta sebagai bahan irigasi saluran akar terbukti bahwa ekstrak lerak 0,01% dan saponin buah lerak pada 0,008% dapat membersihkan dinding saluran akar gigi lebih baik dari NaOCl 5%.11,14

Daerah yang perlu diperhatikan dalam meneliti kekuatan perlekatan bahan adhesif adalah pada dentin kamar pulpa yang mengandung dentin intertubular yang lebih sedikit dan tubulus dentin dengan jumlah (65.000 mm2) dan ukuran yang lebih besar. Selain itu, oleh karena tidak adanya preparasi kavitas pada daerah tersebut, maka smear layer dianggap tidak terbentuk. Akibatnya, perlekatan bahan adhesif ke


(19)

dinding dentin kamar pulpa akan berbeda dengan perlekatan ke permukaan dentin lainnya yang tertutup oleh smear layer.2 Dalam self etching bonding, smear layer ini akan dimodifikasi sehingga dapat meningkatkan kekuatan perlekatan.

Salah satu cara untuk mengevaluasi kekuatan perlekatan bahan kedokteran gigi adalah dengan uji kekuatan tarik. Pada penelitian untuk mengevaluasi kekuatan perlekatan suatu bahan adhesif ke substrat harus diamati di daerah mana terjadinya patah atau lepasnya perlekatan. Jika bagian yang patah berada pada daerah interface antara struktur gigi dan bahan bonding disebut adhesive failure, sedangkan jika bagian yang patah berada pada bahan adhesif atau pada substrat disebut cohesive failure. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan uji kekuatan perlekatan adalah uji untuk menghasilkan adhesive failure, dan adanya adhesive failure merupakan petunjuk untuk mengevaluasi kekuatan bahan bonding.15

Dari uraian di atas, diketahui bahwa pemakaian NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% yang membuang smear layer dan merusak kolagen dapat mengurangi kekuatan perlekatan resin komposit ke dentin kamar pulpa dengan self etching bonding. Pengaruh ekstrak lerak yang dapat membuang smear layer organik dan anorganik dan meningkatkan permeabilitas dentin belum diketahui. Oleh karena itu, akan dilakukan pengujian pengaruh bahan irigasi ekstrak buah lerak terhadap kekuatan tarik resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding dan perbedaan pengaruhnya jika dibandingkan dengan NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%. Dalam penelitian ini bahan irigasi ekstrak lerak yang dipakai adalah pada konsentrasi 0,01% (LC50), NaOCl 5% dan EDTA 18% karena merupakan


(20)

adalah pada daerah dinding kamar pulpa karena merupakan daerah yang paling dekat dengan orifisi saluran akar sehingga lebih sering terkena bahan irigasi.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah bahan irigasi ekstrak buah lerak 0,01% mempengaruhi perlekatan sistim resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh ekstrak buah lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% terhadap perlekatan sistim resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh bahan irigasi ekstrak buah lerak 0,01% terhadap perlekatan sistim resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding.

2. Untuk melihat perbedaan pengaruh ekstrak buah lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% terhadap perlekatan sistim resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding.

1.4 Manfaat penelitian

1. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pemanfaatan ekstrak buah lerak sebagai bahan irigasi saluran akar.

2. Sebagai informasi bagi dokter gigi tentang manfaat dan khasiat buah lerak sebagai irigan saluran akar.


(21)

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat dengan menggunakan bahan alami dan mudah didapat dengan harga terjangkau.

4. Sebagai masukan bagi dokter gigi dalam memilih bahan irigasi saluran akar dengan restorasi akhir resin komposit.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perlekatan sistim resin komposit ke dentin

Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti melekatkan. Adhesion atau bonding adalah suatu mekanisme perlekatan antara suatu substansi dengan substansi lainnya. Permukaan atau substansi yang berlekatan ini disebut adherend. Adhesive atau adherent atau dalam terminologi dental disebut bonding agent/adhesive system, didefinisikan sebagai bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarkan beban melalui perlekatannya (Gambar 1).16,17

ADHESIVE

Gambar 1. Definisi terminologi sistem adhesif.17

Resin komposit sendiri tidak dapat berikatan dengan struktur gigi. Perlekatan ke email diperoleh dengan teknik etsa asam yaitu dengan memodifikasi permukaan email dengan orthophosporic acid (H3PO4) 85% yang menghasilkan kekasaran


(23)

mikroskopik pada permukaan email. Sedangkan pada dentin menggunakan bonding agents yaitu suatu lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud untuk menciptakan ikatan antara resin komposit dan dentin.3-5,15-18

Perlekatan resin komposit ke dentin lebih kompleks dibandingkan dengan perlekatan ke email. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain komposisi dari dentin (dentin mengandung air lebih banyak 12%wt, kolagen 18%wt dan hidroksiapatit 70%), adanya cairan di dalam tubulus dentin, prosesus odontoblast yang terdapat pada tubulus dentin, jumlah dan lokasi dari tubulus dentin dan keberadaan smear layer yang mempersulit perlekatan jika dibandingkan dengan email. Smear layer tersebut dapat menutup tubulus dentin dan berperan sebagai barrier difusi sehingga mengurangi permeabilitas dentin.5,16

Berdasarkan perkembangannya, sistem bonding dibagi dalam beberapa generasi, yaitu: 4,5,16-19

1. Generasi ke-1 dari sistim bonding diperkenalkan oleh Buonocore et al (1956) dengan menggunakan asam gliserofosforik dimetakrilat (mengandung resin) yang dilekatkan ke dentin yang telah dietsa dengan asam hidroklorik. Perlekatan ini disebabkan interaksi antara molekul resin dengan ion kalsium dari hidroksiapatit. Akan tetapi, kekuatan daya lekatnya akan berkurang apabila terkena air.

2. Generasi ke-2 menggunakan ester fosfat yang merupakan derivat metakrilat. Sistem ini menggunakan interaksi ion antara grup fosfat yang bermuatan negatif dengan kalsium yang bermuatan positif.Oleh karena dentin tidak dietsa, maka bahan bonding akan melekat ke smear layer dan bukan ke permukaan dentin.


(24)

3. Generasi ke-3 lebih difokuskan pada pembuangan atau modifikasi smear layer dengan pengetsaan pada permukaan dentin oleh asam fosforik yang memungkinkan penetrasi bahan bonding tipe ester fosfat ke tubulus dentin. Akan tetapi, sistim ini tidak begitu berhasil karena monomer resin tidak berpenetrasi melewati smear layer.

4. Perlekatan pada dentin yang dapat diandalkan dimulai dari generasi ke-4 yang mengandung 3 unsur utama, yaitu bahan etsa, primer dan adhesif. Nakabayashi et al (1982) mengemukakan bahwa kunci dari perlekatan bahan adhesif ke dentin adalah terbentuknya lapisan hybrid (hybrid layer atau hybrid zone). Total-etch system merupakan karakteristik utama dari generasi ini.

Gambar 2. Mekanisme perlekatan total-etch system. A.Aplikasi etsa asam akan menghilangkan seluruh

smear layer dan membuka tubulus dentin. B.Kemudian diaplikasikan bahan primer (merah).

C.Aplikasi bahan adhesif (hijau) akan berdifusi dalam bahan primer dan masuk ke dalam tubulus dentin dan membentuk resin tag.19

Aplikasi etsa asam akan membuang smear layer, mendemineralisasi dentin, membuka tubulus dentin dan akan mengekspos kolagen. Permukaan gigi harus dijaga


(25)

dalam keadaan basah untuk mencegah kolagen kolaps, aplikasi dari primer dan bahan adhesif akan menginfiltrasi kolagen yang terekspos dan membentuk zona interdifusi resin-dentin atau ”hybrid layer”. Kemudian bahan adhesif akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin kemudian berpolimerisasi membentuk resin tag. (Gambar 2)

5. Untuk menyederhanakan langkah prosedur klinis dari teknik total etsa, maka dikembangkan sistem bonding generasi ke-5 yaitu two-bottle component atau yang lebih dikenal dengan two-step total etch adhesive yang mengkombinasikan primer dan adhesif dalam satu botol, dan diaplikasikan setelah pengetsaan pada email atau dentin.

6. Sistim bonding generasi ke-6 adalah self-etching primer bonding system atau two step self-etch adhesive. Pada sistem ini pemberian bahan etsa dan primer digabung dan tidak ada pencucian setelah tahap tersebut. Asam primer diaplikasikan pada dentin yang telah dipreparasi dan kemudian bahan adhesif diaplikasikan di atasnya. Teknik lain dari sistim ini memerlukan pencampuran asam primer dan adhesif terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke dentin.

7. Sistim bonding generasi ke-7 merupakan perkembangan dari sistim bonding self etching yang menggabungkan bahan etsa, primer dan adhesif dalam satu botol, tanpa adanya tahap-tahap aplikasi ataupun pencampuran bahan primer dan adhesif, sistim ini dikenal dengan one-step self etching system atau single solution.

Self etching bonding menggunakan asam primer untuk memodifikasi smear layer, mendemineralisasi permukaan dentin dan mengekspos kolagen. Aplikasi bahan adhesif akan berikatan dengan kolagen yang terekspos dan membentuk lapisan hybrid. Selain itu, asam primer akan menginfiltrasi smear plug dan mempersiapkan


(26)

jalur bagi penetrasi bahan adhesif ke dalam smear plug dan kemudian berpolimerisasi membentuk resin tag.3,4 Oleh karena terhalang oleh smear layer, maka asam primer tidak dapat merembes lebih dalam sehingga lapisan hybrid yang terbentuk lebih pendek jika dibandingkan dengan sistim total etching.4 (Gambar 3)

Gambar 3. Mekanisme perlekatan self-etching. A.Smear layer yang melekat pada permukaan dentin. B.Aplikasi asam primer (biru) akan berpenetrasi ke dalam smear layer dan smear plug. C.Kemudian diaplikasikan bahan adhesif.19

Berdasarkan jumlah tahapan dalam aplikasi klinisnya, bahan bonding diklasifikasikan menjadi beberapa macam : 15 (Gambar 4)


(27)

1. Total-etch adhesive

a. Three-step total-etch adhesive

Terdiri dari 3 tahap aplikasi, bahan primer dan adhesif berada pada botol yang terpisah (two-bottle component).

b. Two-step total-etch adhesive

Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle component) sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan tahap rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan adhesif.

2. Self-etch adhesive

Bahan etsa dan primer digabung menjadi satu. a. Two-step self-etch adhesive

Terdiri dari dua tahap aplikasi, tahap self-etch primer kemudian dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.

b. One-step self-etch adhesive (all-in-one adhesive)

Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi (single application).

3. Resin-modified glass-ionomer adhesives

Melibatkan interaksi antara ionomer kaca (sebagai bahan bonding) dengan bahan tumpatan dan jaringan gigi.

Sehubungan dengan banyaknya variasi sistem adhesif, maka perlu dipertimbangkan beberapa hal dalam memilih bahan adhesif, antara lain : kelembaban dentin, pembuangan smear layer, fibril kolagen kolaps dan kedalaman pembentukan resin tag di dalam tubulus dentin.20 Perlekatan yang kuat dan dapat


(28)

bertahan lama pada dentin adalah karakter yang sangat diharapkan dari restorasi resin. Perlekatan yang baik akan menghilangkan undercut dan mencegah terbentuknya celah marginal sehingga penetrasi bakteri dan pewarnaan tepi dapat dikurangi. Berkurangnya penetrasi bakteri menunjukkan berkurangnya karies sekunder, kerusakan pulpa, dan pewarnaan tepi.18

2.2 NaOCl dan EDTA sebagai larutan irigasi

Walaupun terdapat beberapa macam larutan irigasi seperti asam phosphorik, NaOCl, EDTA, hidrogen peroksida, asam poliakrilat, pasta profilaksis dan aluminium oksida jet, tetapi larutan irigasi yang paling sering digunakan adalah NaOCl.20 NaOCl 5,25% telah terbukti sebagai bahan irigasi yang efektif karena kemampuannya dalam melarutkan jaringan dan efek antimikrobial, tetapi kelemahannya adalah mempunyai toksisitas yang tinggi dan dapat membuang fibril kolagen dentin. Buchanan (1991) dan Baumgartner (1992) menganjurkan untuk mengurangi konsentrasi NaOCl untuk menghindari efek toksiknya yang akan berakibat berkurangnya kemampuan NaOCl dalam melarutkan jaringan.7,21 Bagian yang aktif dari NaOCl adalah molekul HOCL yang bereaksi dengan bahan organik, tetapi tidak bereaksi dengan bahan anorganik.21

Pecora et al (1999) melaporkan bahwa NaOCl menunjukkan keseimbangan yang dinamis yang diperlihatkan oleh reaksi :22


(29)

Reaksi kimia antara NaOCl dengan bahan organik ditunjukkan oleh reaksi berikut :22 1. Reaksi Saponifikasi

O O

R – C – O – R + NaOH R – C – O – Na + R – OH Asam lemak Natrium Sabun Gliserol

hidroksida

NaOCl bertindak sebagai pelarut organik dan lemak yang dapat menurunkan asam lemak dan merubahnya menjadi garam asam lemak (sabun) dan gliserol (alkohol), yang dapat mengurangi tegangan permukaan dari larutan.

2. Reaksi Netralisasi Asam Amino

H O H O

R – C – O – C + NaOH R – C – O – C + H2O

NH2 OH NH2 ONa

Asam amino Natrium Garam Air hidroksida

NaOCl menetralkan asam amino dengan membentuk air dan garam. 3. Reaksi kloraminasi

H O Cl O

R – C – O – C + HOCl R – C – O – C + H2O

NH2 OH NH2 OH

Asam amino Asam Kloramin Air Hipoklorit

Asam hipoklorit yang terdapat pada NaOCl apabila berkontak dengan jaringan akan bertindak sebagai pelarut, melepaskan klorin yang akan bereaksi dengan kelompok protein amino membentuk kloramin.


(30)

Untuk mengatasi ketidakmampuan NaOCl dalam melarutkan zat anorganik, maka NaOCl sering dikombinasikan dengan khelator seperti EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid).7 EDTA merupakan khelator yaitu suatu senyawa organik yang mempunyai dua atau lebih gugus yang dapat mengikat ion logam dengan ikatan kovalen koordinat, sehingga terbentuk suatu struktur cincin. EDTA menarik Ca2+ dari smear layer membentuk kelat yang mudah larut, sehingga mudah dikeluarkan dari saluran akar gigi.Walaupun dapat membuang komponen anorganik smear layer, EDTA tidak mampu mengangkat komponen organik. Efek antibakteri yang dimiliki EDTA juga sangat rendah dan dapat melunakkan dentin yang dapat menyebabkan perubahan dinding saluran akar. Oleh karena kekurangan EDTA tersebut, maka EDTA tidak dapat digunakan sebagai bahan irigasi tunggal dan harus dikombinasikan dengan bahan irigasi lain seperti NaOCl. Namun, kombinasi dari NaOCl dan EDTA juga mempunyai kekurangan yaitu dapat meningkatkan sifat erosif dan efek toksik masing-masing irigan.7,8

2.3 Buah lerak (Sapindus rarak DC) sebagai larutan irigasi

Berdasarkan taksonominya, lerak (Sapindus rarak) diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Sapindales, suku Sapindaceae, marga Sapindus, jenis Sapindus rarak.DC.23 Orang Jawa mengenal buah lerak sebagai klerek atau werek, sementara orang Sunda mengucapkannya dengan rerek dan orang Palembang menyebutnya lamuran.24

Sapindus rarak terdapat di seluruh Indonesia, terutama di hutan-hutan daerah Jawa dan Sumatera dan tumbuh liar di hutan-hutan dengan ketinggian 450 sampai


(31)

1500 m dari permukaan laut. Tumbuhan ini merupakan raksasa rimba dengan tinggi mencapai 42 m dan batangnya 1 m. Daunnya berbentuk lanset dengan bunga majemuk, terdapat di ujung batang warna putih kekuningan (Gambar 5).23,25

Gambar 5. Pohon Lerak yang terdapat di Desa Ujung Pasir, Kec.Danau Kerinci, Jambi

Buahnya bulat, keras, diameter ± 1,5 cm dan berwarna kuning kecoklatan (Gambar 6). Biji tanaman ini bulat, keras dan berwarna hitam. Antara buah dan biji terdapat daging buah dan aromanya wangi (Gambar 7).25

Gambar 6. Buah lerak yang berasal Gambar 7. Daging buah lerak dari Muara Imat. Kab.Kerinci, Jambi yang telah dikeluarkan bijinya

Buah lerak digunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga alam / pewarna alami. Selain itu, juga digunakan untuk mencuci kain batik supaya awet dan warnanya tetap baik / tidak luntur.23 Khasiat pembersih ini didapat dari


(32)

buahnya yang apabila digosok di dalam air panas, bagian luar daging buah akan berbusa seperti sabun.24 Buah dari Sapindus rarak terdiri dari 73% daging buah dan 27% biji. Kulit buah, biji, kulit batang dan daun Sapindus rarak mengandung saponin dan flavonoida, Di samping itu, kulit buahnya juga mengandung alkaloida dan polifenol, sedangkan kulit batang dan daunnya mengandung tanin.25

Komponen utama buah lerak adalah saponin yang mempunyai beberapa sifat antara lain menurunkan tegangan permukaan, hemolisa sel darah merah, memberikan senyawa kompleks dengan kolesterol. Selain itu, saponin juga berperan sebagai emulgator (detergen) sehingga saponin dapat digunakan sebagai bahan baku sampo,13 dan sebagai bahan irigasi saluran akar gigi.11,14

Di samping itu, ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% juga mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang lebih baik dari NaOCl 5% serta terhadap Fusobacterium nucleatum dengan MIC 0,25%.26,27 Penelitian lain juga membuktikan bahwa ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antifungal terhadap Candida albicans yang lebih baik dari NaOCl 5%.28


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

BAHAN IRIGASI

NaOCl NaOCl + EDTA EKSTRAK BUAH LERAK

NaOCl+H2O NaOH+HOCl Na+ + OH + H+ + OCl

-NaOCl EDTA

Reaksi Saponifikasi

Asam lemak + NaOH

2 atom nitrogen & 4 atom oksigen

ALKALOIDA SAPONIN POLIFENOL FLAVONOID

GUGUS POLAR Menurunkan tegangan permukaan Melarutkan fibril kolagen pada dentin Melarutkan smear layer organik Berikatan dengan Ca2+ Mengangkat smear layer anorganik SURFAKTAN Menurunkan tegangan permukaan Membung-kus kotoran Efek terhadap dentin Melarutkan smear layer organik &

anorganik

SELF ETCHING BONDING

ETSA + PRIMER ADHESIF

Memodifi-kasi smear layer Mengeks- pos kolagen Membuka tubulus dentin Membentuk lapisan hybrid Membentuk resin tag PERMUKAAN DENTIN

NaOCl NaOCl + EDTA EKSTRAK BUAH LERAK

Menurunkan tegangan permukaan sehingga

meningkatkan permeabilitas dentin

Kekuatan perlekatan sistem resin komposit dengan dentin

Fibril kolagen terbuang sehingga lapisan hybrid yang terbentuk tidak sehat Membuang smear layer

organik & anorganik sehingga tidak dapat dimodifikasi SEB

Membuang smear layer organik & anorganik sehingga tidak dapat dimodifikasi SEB Fibril kolagen

terbuang sehingga lapisan hybrid yang terbentuk tidak sehat Membuang smear

layer organik sehingga tidak dapat

dimodifikasi SEB

GUGUS NON POLAR


(34)

Diagram di atas menunjukkan mekanisme NaOCl, kombinasi NaOCl dan EDTA, dan buah lerak sebagai bahan irigasi dan pengaruh self etching bonding terhadap permukaan dentin serta pengaruh permukaan dentin yang terkena bahan irigasi dan self etching bonding terhadap kekuatan perlekatan sistim resin komposit dengan dentin.

NaOCl dalam air akan bereaksi menghasilkan natrium hidroksida dan asam hipoklorit. Kemudian melalui reaksi saponifikasi asam lemak bereaksi dengan natrium hidroksida akan menghasilkan sabun dan gliserol yang akan menurunkan tegangan permukaan dan membuang fibril kolagen dentin. Penurunan tegangan permukaan akan melarutkan smear layer organik dan hilangnya fibril kolagen akan mempengaruhi kekuatan perlekatan sistem resin komposit dengan dentin. EDTA (ethylenediaminteracetic acid) merupakan khelator yang dapat membuang ion Ca2+ dari smear layer anorganik melalui dua atom nitrogen dan empat atom oksigen. Kandungan utama dari ekstrak buah lerak adalah saponin yang mengandung gugus polar dan non polar. Saponin juga berperan sebagai surfaktan/sabun atau detergen yang dapat menurunkan tegangan permukaan dan membungkus kotoran sehingga dapat melarutkan smear layer.

Self etching bonding terdiri atas tahap pemberian bahan etsa primer dan tahap aplikasi bahan adhesif. Asam primer akan memodifikasi smear layer, mengekspos kolagen dan membuka tubulus dentin. Aplikasi bahan adhesif akan membentuk hybrid layer serta akan mengalir ke dalam tubulus dentin dan membentuk resin tag.

Pada permukaan dentin yang diirigasi dengan NaOCl dan kemudian diaplikasikan self etching bonding akan membuang smear layer organik sehingga


(35)

tidak dapat dimodifikasi oleh self etching bonding dan menghasilkan lapisan hybrid yang tidak sehat karena kolagen yang berperan sebagai kunci perlekatan tersebut telah dibuang seluruhnya oleh NaOCl. Demikian juga pada permukaan dentin yang diirigasi oleh kombinasi NaOCl dan EDTA yang dapat membuang smear layer organik dan anorganik. Sedangkan pada permukaan dentin yang diirigasi oleh ekstrak buah lerak dapat membuang smear layer organik dan anorganik sehingga mengganggu modifikasi smear layer oleh self etching bonding dan akan menurunkan tegangan permukaan sehingga meningkatkan permeabilitas dentin sehingga akan mempengaruhi kekuatan perlekatan sistim resin komposit dengan dentin.

3.2 Hipotesis penelitian

Dari uraian di atas, maka didapatkan hipotesa :

1. Ada pengaruh ekstrak buah lerak 0,01% terhadap kekuatan perlekatan sistim resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding.

2. Ada perbedaan pengaruh ekstrak buah lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA18% terhadap kekuatan perlekatan sistim resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Eksperimental laboratorium

4.2 Tempat dan waktu penelitian

Tempat : 1. Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU Medan 2. Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU Medan Waktu : 6 bulan

4.3 Populasi dan sampel penelitian

Sampel : Gigi premolar bawah manusia yang telah dicabut untuk keperluan ortodonti dengan kriteria sebagai berikut :

a. Mahkota masih utuh dan tidak ada karies b. Tidak ada fraktur

c. Belum pernah direstorasi

d. Foramen apikal telah tertutup sempurna

Gigi yang telah dicabut tersebut direndam dalam larutan saline (NaCl 0,9%) sampai diberi perlakuan.

4.4 Besar sampel

Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Steel & Torrie (1995).


(37)

n = (Z + Z )22 2

= (1,96 + 1,64)2 2(1,22)2 = 9,36 d2 (2,03)2

Keterangan : n = besar sampel

Z = harga standar normal dari = 0,05 Z = harga standar normal dari = 0,10 d = penyimpangan yang bisa ditolerir = simpangan baku kelompok kontrol

Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas adalah 9,36. Namun, untuk menggenapkan sampel, maka jumlah sampel yang dipakai untuk setiap kelompok perlakuan adalah 10. Dalam penelitian ini digunakan 35 buah gigi yang dibagi ke dalam tiga kelompok masing-masing 10 sampel ditambah dengan kelompok kontrol, dengan perincian sebagai berikut :

Kelompok I : diirigasi dengan ekstrak lerak 0,01% (10 gigi) Kelompok II : diirigasi dengan NaOCl 5 % (10 gigi)

Kelompok III : diirigasi dengan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% (10 gigi) Kelompok IV : kelompok kontrol digunakan salin (5 gigi)


(38)

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel bebas

Larutan irigasi ekstrak lerak 0,01% Larutan NaOCl 5%

NaOCl 5% dan EDTA 18%

4.5.2 Variabel tergantung

Kekuatan tarik antara sistem resin komposit dengan dentin Variabel bebas

• Larutan irigasi ekstrak lerak 0,01%

Larutan NaOCl 5% • Larutan NaOCl 5% dan

EDTA 18%

Variabel tergantung

Kekuatan tarik sistem resin komposit dengan dentin

Variabel terkendali

Pemilihan sampel gigi

Perendaman gigi pada larutan saline Jenis dan bentuk mata bur

Kecepatan putar dari turbin bur • Jumlah larutan irigasi yang

digunakan Teknik irigasi

Teknik pemakaian bahan adhesif Teknik pemakaian resin komposit Arah dan waktu penyinaran Ketrampilan operator

Variabel tidak terkendali

• Keadaan lingkungan asal buah lerak

• Lama penyimpanan buah lerak • Variasi struktur anatomis gigi • Masa atau jangka waktu

pencabutan gigi dengan perlakuan

• Masa atau jangka waktu antara preparasi sampel dengan uji kekuatan tarik


(39)

4.5.3 Variabel terkendali

Pemilihan sampel gigi

Perendaman gigi pada larutan salin

• Jenis dan bentuk mata bur (bur bulat untuk membuka akses, bur fisur untuk melebarkan kavitas)

Kecepatan putar dari turbin bur

• Jumlah larutan irigasi yang digunakan (1/2 ml setiap pergantian alat, total larutan irigasi yang digunakan 3 ml)

• Teknik irigasi (Jarum dibengkokkan menjadi sudut tumpul untuk mencapai saluran akar, kemudian dimasukkan sebagian ke dalam saluran akar dan harus ada ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran akar yang memungkinkan pengaliran kembali larutan. Larutan irigasi disemprotkan hati-hati dengan sedikit penekanan)

Teknik pemakaian bahan adhesif (sesuai dengan petunjuk pabrik) Teknik pemakaian resin komposit (sesuai dengan petunjuk pabrik)

• Arah dan waktu penyinaran (dari arah oklusal dan penyinaran selama 30 detik tiap lapisan)

Ketrampilan operator (pembuatan sampel dilakukan oleh satu orang operator)

4.5.4 Variabel tidak terkendali

• Keadaan lingkungan asal buah lerak • Lama penyimpanan buah lerak


(40)

• Variasi struktur anatomis gigi

• Masa atau jangka waktu pencabutan gigi dengan perlakuan

• Masa atau jangka waktu antara preparasi sampel dengan uji kekuatan tarik

4.6 Defenisi Operasional

- Larutan irigasi ekstrak lerak 0,01% adalah pengenceran 10 mg hasil

ekstraksi buah lerak dengan aquadest sebanyak 100 ml. Ekstraksi buah lerak dilakukan dengan melarutkan 333,8 gram buah lerak dalam pelarut etanol sebanyak 820 ml dan diperoleh ekstrak kental seberat 148,9 gram.

- Larutan irigasi NaOCl 5% adalah larutan komersial (Bayclin, Indonesia)

yang mengandung bahan aktif NaOCl 5,25% sebanyak 100 ml yang diencerkan dengan menambahkan aquadest 5 ml sehingga diperoleh larutan irigasi NaOCl 5% sebanyak 105 ml.

- Larutan irigasi NaOCl 5% dan EDTA 18% adalah kombinasi antara larutan NaOCl 5% dengan bahan irigasi komersil yang mengandung EDTA 18% (Ultradent, Germany). Dalam penelitian ini, tindakan irigasi dilakukan dengan cara NaOCl 5% terlebih dahulu dipakai, lalu diikuti irigasi dengan EDTA 18%.

- Kekuatan tarik sistim resin komposit dengan dentin adalah kekuatan tarik

antara sistim yang terdiri dari resin komposit dan self-etching bonding dengan dentin yang diukur dengan alat uji tarik Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine (2tf “Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan).


(41)

4.7 Alat dan bahan penelitian 4.7.1 Alat penelitian

Electronic balance (Ohyo JP2 6000, Japan) Alat destilasi pelarut (Electrothermal, England) Rotavapor (Heidolph VV 2000, Germany) Freeze dryer (Modulyo, USA)

Erlenmeyer 250 ml (Pyrex, Japan) Kertas saring (Whatman no.42, England) Corong Buchner (Royal Woorester, England) Spuit 3 ml untuk irigasi (Pro-Ject, Indonesia)

Spuit 5 ml sebagai tempat penanaman sampel (Terumo, Filipina) Pinset, sonde, spatula semen, instrument plastis (SMIC, China) Mata bur diamond bulat, fisur untuk turbin (Sorensen, Brazil) Disc bur (Dentorium international, USA)

Bais (Swordfish, China)

Visible light curing unit (Litex 680A, Dentamerica) Tabung baja sebagai alat bantu uji tarik (Politeknik USU)

Ala uji tarik Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine (2tf “Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan)

Cawan porselen • Paku beton 1,5” • Kuas


(42)

Gambar 8. Electronic balance Gambar 9. Alat destilasi pelarut (Ohyo JP2 6000, Japan) (Electrothermal, England)

Gambar 10. Rotavapor Gambar 11. Freeze dryer (Heidolph VV 2000, Germany) (Modulyo, USA)

Gambar 12. Bais Gambar 13. Visible light curing (Swordfish, China) unit (Litex 680A, Dentamerica)


(43)

Gambar 14. Instrumen penelitian : A. Mata bur diamond, B. Cawan porselen, C. Paku beton, D. Kuas, E. Instrumen plastis, F. Sonde lurus, G. Pinset, H. Spatula semen, I. Spuit, J. Disc bur, K. K-file, L. Barbed broaches.

Gambar 15. Alat uji tarik Torsee’s Electronic

System Universal Testing Machine (2tf “Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan)

A B

C

D E F G

H I

J K


(44)

4.7.2 Bahan penelitian

• Buah lerak 333,8 gram (gambar 16)

• Etanol 96% (Kimia Farma, Indonesia) 820 ml

Larutan NaOCl 5% (Bayclin, Indonesia) (gambar 17) EDTA 18% (Ultradent, Germany) (gambar 18)

Larutan salin (NaCl 0,9%) (Otsu-NS, Indonesia) (gambar 19) Aquadest (Kimia Farma, Indonesia) 1 liter

• 35 gigi premolar bawah manusia yang telah dicabut untuk keperluan ortodonti • Paper point (Diadent, Korea)

Resin komposit (Tokuyama Dental, Japan) Self etching bonding (Tokuyama Dental, Japan) Self curing acrylic (Pigeon, China)

Pelekat sianoakrilat (Alteco, Japan) • Vaselin

Gambar 16. Buah Lerak dari Gambar 17. NaOCl 5,25%


(45)

Gambar 18. EDTA 18% Gambar 19. Salin (NaCl 0,9%) (Ultradent, Germany) (Otsu-NS, Indonesia)

Gambar 20. Bahan penelitian : A. Self etching bonding, B. Pelekat sianoakrilat C. Resin komposit, D. Vaselin, E. Gigi preomlar bawah, F. Self curing acrylic G. Paper point

A B

C

D E

F


(46)

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Ekstraksi buah Sapindus rarak DC

Buah lerak dicuci kemudian bijinya dibuang dan daging buah dipotong kecil-kecil, ditimbang 333,8 gram (Ohyo JP2 6000, Japan) (gambar 21), lalu dikeringkan di ruangan (tidak boleh terkena sinar matahari) selama 1 minggu (gambar 22). Kemudian dilakukan maserasi dalam 820 ml larutan etanol destilasi (Electrothermal, England) dan disimpan dalam wadah tertutup. Kemudian didiamkan selama 5 hari (gambar 23) lalu disaring dengan selapis kertas saring (Whatman no.42, England) melalui corong buchner (Royal Woorester, England) sehingga didapatkan 720 ml ekstrak cair berwarna coklat (gambar 24), lalu diuapkan dengan rotavapor (Heidolph VV 2000, Germany) selama 5 jam (gambar 25) dan dikeringkan dengan bantuan freeze dryer (Modulyo, USA) selama 3 jam (gambar 26) sehingga diperoleh ekstrak kental 148,9 gram (gambar 27). Selanjutnya ekstrak lerak disimpan dalam botol kaca tertutup (gambar 28). (Lampiran 1)

Gambar 21. Penimbangan daging Gambar 22. Daging buah lerak dikeringkan


(47)

Gambar 23. Lerak yang direndam Gambar 24. Penyaringan dengan corong dalam etanol didiamkan selama Buchner dilapisi kertas saring

5 hari

Gambar 25. Penguapan ekstrak Gambar 26. Pengeringan ekstrak dengan rotavapor selama 5 jam dengan freeze dryer selama 3 jam

Gambar 27. Ekstrak lerak kental Gambar 28. Ekstrak kental disimpan dalam botol kaca tertutup


(48)

4.8.2 Pengenceran larutan irigasi

Ekstrak lerak kental 10 mg yang ditimbang dengan electronic balance (Ohyo JP2 6000, Japan) diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer (Pyrex, Japan). Kemudian ke dalam erlenmeyer (Pyrex, Japan) tersebut dimasukkan 100 ml aquadest sehingga didapatkan larutan ekstrak lerak 0,01% (gambar 29).

Diambil 100 ml NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer (Pyrex, Japan), kemudian tambahkan 5 ml aquadest sehingga diperoleh 105 ml larutan irigasi NaOCl 5% (gambar 30). (Lampiran 2)

Gambar 29. Larutan ekstrak lerak 0,01% Gambar 30. Larutan NaOCl 5%

4.8.3 Pembuatan sampel

Sampel sebanyak 35 buah gigi premolar bawah yang telah dicabut untuk keperluan ortodonti direndam dalam larutan normal saline, kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok, tiga kelompok masing-masing kelompok sebanyak 10 sampel dan satu kelompok lagi sebanyak 5 sampel, sampel diambil secara acak. (Lampiran 3)


(49)

4.8.3.1 Preparasi sampel

Panjang kerja seluruh sampel diukur dengan mengukur panjang gigi tanpa dikurangi 1 mm karena daerah yang diuji adalah dinding dentin kamar pulpa. Pembukaan atap pulpa dengan menggunakan bur bulat high speed (gambar 31) dan bur fisur untuk melebarkan kavitas. Untuk menghindari melekatnya jaringan pulpa pada dinding pulpa dentin, maka jaringan pulpa diekstraksi kemudian dilakukan preparasi saluran akar dengan K-file no.10 sampai dengan no. 40 (gambar 32) sehingga diperoleh master apical file (MAF). Setiap pergantian alat dilakukan irigasi saluran akar (gambar 33).

Gambar 31. Preparasi mahkota Gambar 32. Preparasi saluran akar untuk membuka atap pulpa dengan K-file

Gambar 33. Irigasi saluran akar Gambar 34. Pengeringan saluran akar


(50)

Saluran akar diirigasi sesuai dengan larutan irigasi yang digunakan : Kelompok I : diirigasi dengan ekstrak lerak 0,01% (10 gigi)

Kelompok II : diirigasi dengan NaOCl 5% (10 gigi)

Kelompok III : diirigasi dengan NaOCl 5% dan EDTA 18% (10 gigi) Kelompok IV : kelompok kontrol digunakan salin (5 gigi)

Irigasi dilakukan dengan menggunakan spuit disposable berukuran 3 ml. Jarum dibengkokkan menjadi sudut tumpul untuk mencapai saluran akar, kemudian dimasukkan sebagian ke dalam saluran akar dan harus ada ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran akar yang memungkinkan pengaliran kembali larutan. Larutan irigasi disemprotkan hati-hati dengan sedikit penekanan.14

Pada kelompok I dan II, saluran akar diirigasi dengan ½ ml dari tiap bahan irigasi sesuai dengan kelompok masing-masing. Pada kelompok III, saluran akar diirigasi dengan ½ ml NaOCl 5%, kemudian diirigasi dengan EDTA 18% sebanyak ½ ml dan didiamkan selama 1 menit, kemudian saluran akar diirigasi dengan 1 ml aquadest. Total larutan irigasi yang digunakan 3 ml. Setelah irigasi selesai, saluran akar dikeringkan dengan menggunakan paper point (gambar 34).14 Pada penelitian ini tidak dilakukan obturasi karena hanya menguji pengaruh dari bahan irigasi terhadap kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin kamar pulpa.

4.8.3.2 Penumpatan resin komposit dengan self etching bonding

Proses penumpatan resin komposit dimulai dengan :

1. Pencampuran bahan etsa primer dan adhesif (Tokuyama Dental, Japan) dengan perbandingan 1:1 pada wadah plastik. Bahan tersebut diaduk dengan spons


(51)

sehingga terlihat warna merah jambu. Kemudian diaplikasikan ke seluruh dinding kavitas (gambar 35) dan dilakukan penyinaran dengan visible light curing unit (Litex 680A, Dentamerica) selama 10 detik.

2. Resin komposit diambil dengan instrumen plastis (SMIC, China) dan diaplikasikan ke kavitas dengan teknik incremental horizontal (gambar 36, gambar 37), dan dilakukan penyinaran dengan visible light curing unit (Litex 680A, Dentamerica) (gambar 38) selama 30 detik. Kemudian gigi direndam dalam aquadest 24 jam.

Gambar 35. Aplikasi bahan adhesif Gambar 36. Aplikasi resin komposit

self-etch incremental horizontal

Gambar 37. Resin komposit Gambar 38. Proses penyinaran dengan visible incremental horizontal light curing unit (Litex 680A, Dentamerica)


(52)

4.8.3.3 Pembelahan sampel

Setelah aplikasi resin komposit selesai dilakukan pemotongan sampel (gambar 39).

Gambar 39. Diagram pemotongan dan penanaman sampel dalam cetakan. A.Gigi premolar bawah. B. Gigi ditumpat dengan resin komposit. C. Pemotongan tonjol mahkota yang diukur 5 mm dari batas sementoenamel. D. Sampel dilihat dari pandangan oklusal, kemudian dinding dentin sebelah mesial, distal dan lingual yang mengelilingi resin komposit dipotong. E. Pemotongan akar sampel pada batas sementoenamel. F. Sampel yang telah selesai dipotong. G. Penanaman sampel dalam cetakan bawah yang berisi self curing acrylic. H. Sampel yang telah selesai ditanam.

Tonjol mahkota dipotong ± 5 mm di atas batas sementoenamel dengan disc bur sehingga hanya didapat dentin di sekitar kamar pulpa (gambar 40). Kemudian dinding dentin sebelah mesial, distal dan lingual yang mengelilingi resin komposit dibuang dengan menggunakan disc bur (gambar 41), akar sampel dipotong pada batas

= resin komposit

A B C D

E F

G H


(53)

sementoenamel dengan menggunakan disc bur (gambar 42), sehingga resin komposit hanya berlekatan dengan dinding bukal mahkota (gambar 43).

Gambar 40. Pemotongan tonjol gigi Gambar 41. Pemotongan dinding ± 5 mm di atas batas sementoenamel mesial gigi

Gambar 42. Pemotongan akar sampel Gambar 43. Sampel yang telah dipotong

4.8.3.4 Penanaman sampel ke dalam cetakan

Cetakan sampel dibuat dari tabung plastik (spuit 5 ml,Terumo,Filipina) yang dipotong dengan panjang ± 1,5 cm. Cetakan tersebut kemudian dilubangi sedemikian rupa agar paku dapat dimasukkan sebagai retensi uji tarik. Paku tersebut diolesi vaselin. Kemudian cetakan diisi dengan akrilik dengan perbandingan powder:liquid =


(54)

1:2 sesuai dengan petunjuk pabrik. Sebelum sampel ditanam, bagian mahkota bukal diolesi dengan bahan pelekat sianoakrilat (Alteco, Japan) untuk menciptakan perlekatan antara gigi dengan akrilik.

Sampel ditanam ke dalam cetakan spuit dengan permukaan resin komposit menghadap ke atas. Paku digerakkan keluar masuk lubang hingga akrilik mengeras. Kemudian, permukaan akrilik diolesi dengan vaselin tanpa mengenai permukaan resin komposit dan retensinya, diikuti dengan pembuatan sampel antagonis. Cetakan yang dibutuhkan sama dengan cetakan sebelumnya (spuit 5 ml,Terumo,Filipina). Permukaan resin komposit diolesi dengan bahan pelekat sianoakrilat (Alteco, Japan), paku diolesi vaselin dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat pada cetakan spuit. Cetakan antagonis ini disatukan dengan cetakan gigi yang sudah jadi sebelumnya, kemudian diisi dengan akrilik dengan perbandingan antara powder:liquid = 1 : 2 sesuai dengan petunjuk pabrik, sambil paku digerakkan keluar masuk lubang (gambar 44). Sampel dimasukkan dalam air selama 3 menit hingga akrilik mengeras. Setelah akrilik mengeras, paku ditarik keluar.


(55)

4.8.4 Uji kekuatan tarik perlekatan

Uji kekuatan tarik perlekatan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU. Sampel dimasukkan pada tabung baja kemudian dipasang pada grip alat uji tarik (Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine (2tf “Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan) (gambar 45). Dalam penelitian ini beban maksimal yang digunakan adalah 200 kg dengan kecepatan tarik 5 mm/menit. Data yang diperoleh berupa load atau gaya tarik dalam satuan kgf yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan Newton.

Gambar 45. Sampel yang dipasang pada alat uji tarik

4.8.5 Analisis data

Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisa varians satu arah (ANOVA) dengan tingkat kemaknaan = 0,05 untuk mengetahui pengaruh bahan irigasi ekstrak buah lerak 0,01%, NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% terhadap perlekatan sistem resin komposit dengan dentin. Selanjutnya dilakukan uji LSD ( = 0,05) untuk mengetahui perbedaan pengaruh diantara kelompok perlakuan.


(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Dari hasil ekstraksi 333,8 gram buah lerak dengan 820 ml pelarut etanol diperoleh 148,9 gram ekstrak kental. Untuk keperluan irigasi, ekstrak lerak diencerkan dengan 100 ml aquadest sehingga didapatkan ekstrak lerak 0,01%.

Dalam penelitian ini diperoleh 2 hasil, yaitu kondisi sampel restorasi resin komposit setelah uji tarik yang dapat dilihat pada tabel 1 dan load atau kekuatan tarik saat putus dalam satuan kgf (kilogram force), yang dikonversikan ke dalam satuan Newton (lampiran 4). Hasil uji analisis varians satu arah (ANOVA) dapat dilihat pada tabel 2 dan uji LSD pada tabel 3.

Tabel 1. Kondisi restorasi setelah uji tarik

Kondisi restorasi Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Jumlah Patah pada

perlekatan RK-dentin

5 4 3 - 12

Patah RK 5 5 5 4 19

Patah pada RK dan perlekatan RK-dentin

- 1 2 1 4

Keterangan :

Kelompok I : Ekstrak lerak 0,01% Kelompok II : NaOCl 5%

Kelompok III : kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% Kelompok IV : Salin

Tabel 1 menunjukkan kondisi restorasi setelah uji tarik. Dari 35 sampel yang diuji terlihat 12 sampel restorasi yang patah pada perlekatan resin komposit dengan permukaan dentin (adhesive failure) (gambar 46A), 19 sampel yang patah pada resin komposit (cohesive failure) (gambar 46B) dan 4 sampel yang patah pada resin


(57)

komposit dan perlekatan resin komposit dengan permukaan dentin (adhesive failure dan cohesive failure) (gambar 46C).

Gambar 46. Kondisi restorasi setelah uji tarik A. Patah pada perlekatan RK-dentin B. Patah pada RK

C. Patah pada perlekatan RK-dentin dan patah pada RK

Tabel 2. Uji analisis varians satu arah (ANOVA)

Kelompok Kekuatan tarik perlekatan P

N x ± SD

Ektsrak lerak 0,01% 10 241,08 ± 123,05 0,002*

NaOCl 5% 10 183,36 ± 87,09

Kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%

10 259,65 ± 121,82

Salin 5 444,53 ± 91,12

* Ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada = 0,05 terdapat perbedaan kekuatan tarik perlekatan antara resin komposit dan dentin pada kelompok ekstrak lerak, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%, dan salin.


(58)

Gambar 47. Grafik nilai rerata dan standard deviasi rata-rata kekuatan tarik perlekatan pada kelompok ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%, salin.

Tabel 3. Hasil uji LSD antara kelompok perlakuan

Ekstrak lerak NaOCl 5% NaOCl 5% + EDTA 18%

Salin

Ekstrak Lerak 0,242 0,738 0,006*

NaOCl 5% 0,242 0,125 0,000*

NaOCl 5% + EDTA 18%

0,738 0,125 0,011*

Salin 0,006* 0,000* 0,011*

* Ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (P > 0,05) antara ekstrak lerak 0,01% dengan NaOCl 5% (P = 0,242) dan antara ekstrak lerak 0,01% dengan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% (P = 0,738). NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% juga tidak berbeda secara bermakna (P = 0,125). Sedangkan salin sebagai kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya (P < 0,05).

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Mean of load Ekstrak lerak 0,01%

NaOCl 5% Kombinasi NaOCl 5% dan

EDTA 18%

Salin

Kelompok

Mean Std.Deviation


(59)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian dimulai dengan ekstraksi buah lerak menggunakan pelarut etanol. Penggunaan pelarut etanol didasarkan atas toksisitasnya yang lebih kecil dibandingkan pelarut metanol. Dalam penelitian ini, pemeriksaan kekuatan perlekatan resin komposit pada dentin adalah dengan uji tarik karena merupakan uji yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Meskipun nilai yang diperoleh dari uji kekuatan perlekatan tidak bersifat absolut, namun hasil uji tersebut dapat digunakan untuk membandingkan efektivitas adhesi suatu bahan adhesif.15

Untuk melihat pengaruh dari bahan irigasi terhadap perlekatan resin komposit dengan dentin adalah dengan melihat adhesive failure. Dari tabel 1, terlihat bahwa terdapat 12 sampel adhesive failure, tetapi pada penelitian ini cohesive failure lebih banyak terjadi (19 sampel). Hal ini mungkin disebabkan oleh karena teknik insersi resin komposit yang kurang tepat. Teknik insersi yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik incremental horizontal karena dapat mengurangi shrinkage ketika polimerisasi dibandingkan dengan teknik bulk tetapi mungkin lebih baik menggunakan teknik centripetal karena akan menghasilkan kontak antara resin komposit dengan dinding proksimal kavitas yang lebih baik.29 Arah penyinaran hanya satu arah dimana seharusnya penyinaran dari semua arah karena polimerisasi cenderung ke arah sinar.16 Selain itu, ketrampilan operator dalam aplikasi bahan adhesif dan resin komposit, pengolesan pelekat sianoakrilat yang tidak merata, dan


(60)

kedalaman penanaman gigi ke dalam cetakan yang berbeda-beda juga akan mempengaruhi.

Pada lampiran 4 menunjukkan data hasil pengukuran kekuatan tarik perlekatan dari masing-masing kelompok. Ada beberapa hasil uji tarik yang berbeda jauh dengan yang lainnya, seperti sampel 3 (508,62) pada kelompok ekstrak lerak 0,01% serta sampel 6 (524,30) pada kelompok kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengolesan vaselin pada permukaan akrilik di cetakan sampel bawah yang mengakibatkan perlekatan akrilik di cetakan sampel antagonis, sehingga yang terukur bukan perlekatan antara resin komposit dengan dentin.

Hasil uji Anova menujukkan bahwa ada pengaruh dari bahan irigasi terhadap kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin dan hasil uji LSD menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara salin (444,53 ± 91,12) sebagai kelompok kontrol dengan kelompok ekstrak lerak 0,01% (183,36 ± 87,09), NaOCl 5% (183,36 ± 87,09), kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% (259,65 ± 121,82) (P < 0,05), dan tidak ada perbedaan bermakna antara ekstrak lerak 0,01% dengan NaOCl 5% dan ekstrak lerak 0,01% dengan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% (P > 0,05) terhadap kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin. Selain itu, tidak ada perbedaan bermakna antara NaOCl 5% dengan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% terhadap kekuatan perlekatan sistim resin komposit dengan dentin. (P > 0,05).

Pemberian bahan detergen ekstrak lerak sebenarnya dapat meningkatkan permeabilitas dentin sehingga mempermudah penetrasi bahan adhesif ke dentin tetapi hasil penelitian ini menunjukkan kekuatan perlekatan kelompok ekstrak lerak lebih


(61)

rendah dari salin. Hal ini disebabkan komponen utama ekstrak lerak yaitu saponin dapat melarutkan smear layer yang dibutuhkan oleh self etching bonding. Saponin terdiri dari gugus hidrofil dan gugus hidrofob dimana gugus hidrofil akan berikatan dengan senyawa polar (smear layer organik) dan gugus hidrofob akan berikatan dengan senyawa non polar (smear layer anorganik).11 Kolagen yang berperan penting dalam perlekatan resin komposit dengan dentin merupakan senyawa polar sehingga diperkirakan gugus hidrofil dari saponin akan berikatan dengan kolagen dan mempengaruhi keadaan kolagen, yang akan mempengaruhi kekuatan perlekatan. Selain itu, ekstrak lerak yang digunakan masih mempunyai zat pengotor dan kandungan lain selain saponin yang akan mengganggu perlekatan resin komposit dengan dentin.

Hasil penelitian juga menunjukkan kekuatan perlekatan NaOCl dan kombinasi NaOCl dan EDTA lebih rendah dari salin karena NaOCl melalui reaksi saponifikasi akan melarutkan smear layer organik, EDTA dapat berikatan dengan ion logam Ca2+ dan melarutkan smear layer anorganik, sehingga apabila dikombinasikan NaOCl dan EDTA dapat melarutkan smear layer organik dan anorganik dan akan mengurangi perlekatan self etching bonding.7,22 NaOCl juga dapat menyebabkan kerusakan pada fibril kolagen sehingga penetrasi monomer ke dalam demineralisasi dentin tidak cukup untuk menciptakan perlekatan yang baik. NaOCl diduga akan mengoksidasi komponen organik dentin dan membentuk radikal protein yang akan berkompetisi dengan vinyl radikal bebas yang dihasilkan dari proses penyinaran resin adhesif, dan menyebabkan terbentuknya lapisan hybrid yang tidak sempurna.2,6


(62)

Kemampuan ekstrak lerak dalam membuang smear layer sesuai dengan penelitian Nevi Yanti (2007) yang membuktikan saponin lerak 0,008% dapat membersihkan dinding saluran akar gigi dan penelitian Elvia Rizka (2008) yang menunjukkan ekstrak lerak 0,01% dapat mencegah kebocoran mikro di apikal yang berarti ekstrak lerak dapat mengangkat smear layer. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Ozturk et al (2004) dan Santos et al (2006) yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara NaOCl dengan kombinasi NaOCl dan EDTA terhadap kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin kamar pulpa menggunakan self etching bonding.

Salin sebagai kelompok kontrol mempunyai kekuatan perlekatan lebih tinggi dibanding kelompok lainnya karena salin tidak membuang smear layer sehingga dapat dimodifikasi oleh self etching bonding. Hasil ini membukt ikan peranan smear layer dalam perlekatan resin komposit dengan dentin menggunakan self etching bonding. Meskipun dalam hal irigasi, salin tidak mempunyai efek pembersih yang cukup yang dibuktikan oleh penelitian Elvia Rizka (2008) yang menunjukkan bahwa salin menyebabkan kebocoran mikro di apikal saluran akar paling besar dibandingkan kelompok ekstrak lerak 0,01% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%.

Perlekatan pada dinding kamar pulpa lebih sulit dicapai dibandingkan dengan daerah lain karena daerah kamar pulpa mempunyai ukuran tubulus dentin yang besar sehingga hanya terdapat sedikit dentin intertubular akibatnya kolagen pada dentin intertubular yang akan berikatan dengan bahan adhesif juga sedikit. Perendaman langsung gigi ke dalam larutan salin segera setelah pencabutan dan jangka waktu


(63)

antara masa pencabutan gigi dengan perlakuan sampel juga akan mempengaruhi keadaan kolagen sehingga akan mempengaruhi kekuatan perlekatan. Selain itu, daerah kamar pulpa yang berbentuk kotak juga dapat mengurangi kekuatan perlekatan. Adanya cavity configuration factor (C-factor) memperlihatkan bahwa rasio antara 5 dinding yang terkena bahan adhesif dengan 1 dinding yang tidak terkena bahan adhesif akan mengurangi kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin.2,6

Ada berbagai kemungkinan lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan antara penggunaan bahan irigasi ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% terhadap kekuatan tarik perlekatan antara resin komposit dengan dentin kamar pulpa. Ini mungkin berhubungan dengan alat uji tarik pada penelitian ini kurang sensitif bagi bahan kedokteran gigi yang ukuran sampel lebih kecil. Meskipun demikian, alat ini sering digunakan pada penelitian yang menggunakan bahan kedokteran gigi.30,31 Sampel yang terlalu sedikit mungkin menyebabkan data yang diperoleh kurang akurat sehingga kekuatan tarik perlekatan tidak nyata berbeda. Ketelitian peneliti yang kurang dalam mengontrol lamanya kontak antara bahan irigasi dengan permukaan dentin. Faktor kelelahan peneliti juga dapat mempengaruhi perlakuan terhadap sampel. Getaran bur ketika memotong sampel juga mungkin mempengaruhi perlekatan restorasi ke dentin. Sisa jaringan gigi setelah pemotongan sampel mungkin juga akan mempengaruhi perlekatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahan irigasi ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% mengurangi kekuatan perlekatan karena bahan irigasi ini akan membuang smear layer dan merusak kolagen yang dibutuhkan


(64)

oleh sistim adhesif self-etching sehingga proses hibridisasi menjadi kurang sempurna. Oleh karena itu, pada gigi yang sudah mengalami perawatan endodonti, bila restorasi akhirnya menggunakan resin komposit, sebaiknya tidak menggunakan sistim adhesif self-etching, melainkan menggunakan sistim adhesif total-etching.


(65)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kondisi restorasi setelah uji tarik menunjukkan bahwa terdapat 12 sampel restorasi yang patah pada perlekatan resin komposit dengan dentin (adhesive failure), 19 sampel yang patah pada resin komposit (cohesive failure) dan 4 sampel yang patah pada resin komposit dan perlekatan resin komposit dengan dentin (adhesive failure dan cohesive failure).

Rata-rata kekuatan perlekatan yang dihasilkan dari nilai terendah adalah NaOCl 5% (183,36 ± 87,09), ekstrak lerak 0,01% (241,08 ± 123,05), kombinasi ekstrak lerak 0,01% dan EDTA 18% (259,65 ± 121,82) dan salin (444,53 ± 91,12). Tidak ada perbedaan bermakna antara ekstrak lerak 0,01% dengan NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% dan antara NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% (P > 0,05). Ada perbedaan bermakna antara salin sebagai kontrol dengan kelompok perlakuan lainnya (P < 0,05).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian bahan irigasi ekstrak lerak 0,01% mengurangi kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin dan tidak ada perbedaan kekuatan tarik resin komposit dengan dentin antara ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5%, kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melakukan irigasi langsung pada daerah kamar pulpa.


(66)

2. Agar menggunakan sistim adhesif total etching pada gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti dengan restorasi akhir resin komposit.

3. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh ekstrak lerak 0,01% terhadap perlekatan resin komposit dengan dentin kamar pulpa apabila menggunakan sistim adhesif total-etching.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hommez GMG, Coppens CRM, De Moor RJG. Periapical health related to the quality of coronal restorations and root fillings. Int Endod J 2002; 35 : 680-9. 2. Ozturk B, Ozer F. Effect of NaOCl on bond strength of bonding agents to pulp

chamber lateral walls. J Endod 2004; 30 (5) : 362-5.

3. Hewlett ER. Resin adhesion to enamel and dentin : a review. J California Dent Assoc 2003.

4. Bayne SC, Thompson JY, Taylor DF. Fundamental concepts of enamel and dentin adhesion. In : Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ, eds. Sturdevant’s art & science of operative dentistry. 4th ed. Missouri : Mosby, 2002 : 237-61.

5. Kugel G, Ferrari M. The science of bonding : from first to sixth generation. J Am Dent Assoc 2000; 131 (1) : 20-5.

6. Santos JN, Carrilho MR, Goes MF et al. Effect of chemical irrigants on the bond strength of a self-etching adhesive to pulp chamber. J Endod 2006; 32 (11) : 1088-90.

7. Ektefaie MR. Point of care. J Cana Dent Assoc 2005; 71 (7) : 491-5.

8. West JD, Roane JB, Goerig AC. Cleaning and shaping the root canal system. In : Burns RC, Cohen M, eds. Pathway of the pulp. 6th ed. Missouri : Mosby, 2002 : 197-200.

9. Dyatmiko W, Soeharto S, Moegijanto L, et al. Aktifitas biologik zat kandungan buah sapindus rarak L sebagai antimikroba dan molluscicide. Lembaga Penelitian UNAIR, 1982 : 1-21.

10. Nevi Yanti. Perbedaan sitotoksisitas dan kebersihan dinding saluran akar gigi antara larutan saponin dari buah sapindus rarak DC dengan larutan NaOCl 5%. Tesis. Surabaya : Universitas Airlangga, 1998 : 42-3.

11. Nevi Yanti. Smear layer removal of saponin from lerak’s fruit as intracanal irrigant. Program abstracts of the 29th Asia Pacific Dental Congress, 2007.

12. Meneghin MP, Nomelini SM, Marchesan MA et al. Morphologic and morphometric analysis of the root canal apical third cleaning after biomechanical preparation using 3,3% ricinus communis detergent and 1% naocl as irrigating solutions. J Appl Oral Sci 2006; 14 (3) : 178-82.


(68)

13. Estikasari SW. Pengembangan prosedur pembuatan bahan baku saponin dari buah lerak (Sapindus rarak DC) dan evaluasi saponin sebagai komponen utama sampo.<http:fa.lib.itb.ac/go,php?id=jbptitbfa-gdl-sl-2002-sondangwid-354> (16Agustus2008)

14. Elvia Rizka. Perbedaan pengaruh bahan irigasi dari berbagai sediaan buah lerak dengan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18% terhadap pembentukan celah mikro di apikal saluran akar. Skripsi. Medan : FKG USU, 2008 : 42.

15. Dewi TP. Pengaruh kondisi permukaan dentin terhadap kekuatan perlekatan bahan bonding. JKGM 2003, 1 (3) : 95-101.

16. Meerbeek BV, Inoue S, Perdigao J, et al. Enamel and dentin adhesion. In : Summit JB, Robbins JW, Schwartz RS, eds. Fundamental of operative dentistry : A contemporary approach. 2nd ed. Illinois : Quintessence Publishing Co,Inc, 2001 : 178-235.

17. Bayne SC, Thompson JY, Taylor DF. Dental materials. In : Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ, eds. Sturdevant’s art & science of operative dentistry. 4th ed. Missouri : Mosby, 2002 : 177-80.

18. Tanriverdi F, Gunday M, Altintas S. Early tensile bond strength between dentin and composite resin mediated by bonding agents. Braz Dent J 1996; 7 (1) : 13-7.

19. Pashley DH. The The evolution of dentin bonding from no-etch to total-etch to self-etch. Kuraray : Adhesive Technology Solutions. 2002.

20. Rosin C, Arana-chavez VE, Netto NG, et al. Effects of cleaning agents on bond strength to dentin. Braz Oral Res 2005; 19 (2).

21. Guerisoli DMZ, Marchesan MA, Walmsley AD, et al. Evaluation of smear layer removal by EDTAC and sodium hypochlorite with ultrasonic agitation. Int Endod J 2002; 35 : 418-21.

22. Estrela C, Estrela CRA, Barbin EL, et al. Mechanism of action of sodium hypochlorite. Braz Dent J 2002; 13 (2) : 113-7.

23. Anonymous. Sapindus rarak DC.

24.Heyne K. Tumbuhan berguna Indonesia. Edisi III. Alih Bahasa. Badan Litbang Kehutanan Jakarta, 1987 : 1249-51.


(69)

25. Prosea kehati. Sapindus rarak DC.

26. Fadhlina. Efek antibakteri berbagai sediaan dari buah lerak terhadap streptococcus mutans. Skripsi. Medan : FKG USU, 2007 : 40.

27. Nevi Yanti. The antimicrobial effect of lerak properties as intracanal irrigants on fusobacterium. The 9th scientific forum. Jakarta : Faculty of dentistry trisakti university 2008.

28. Juni Fitrawati. Efek antibakteri berbagai sediaan dari buah lerak terhadap candida albicans. Skripsi. Medan : FKG USU, 2007 : 37.

29. Ghavamnasiri M, Moosavi H. Effecr of centripetal and incremental methods in class II composite resin restorations on gingival microleakage. J Contemp Dent Pract 2007; 8 (2) : 113-20.

30. Suci Wulan Dhani. Kekuatan tarik perlekatan (Tensile bond strength) antara dentin dan komposit resin dengan memakai bahan adhesif yang berbeda. Skripsi. Medan : FKG USU, 2005 : 29.

31. Indi RS. Perbandingan kekuatan tarik restorasi sandwich kelas V antara resin komposit dan semen ionomer kaca modifikasi resin dengan menggunakan sistem adhesif berbeda. Skripsi. Medan : FKG USU, 2008 : 41.


(70)

Lampiran 1. Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC)

333,8 gram potongan kecil daging buah dicampur dengan pelarut etanol destilasi sebanyak 820 ml

Disimpan dalam wadah tertutup dan dibiarkan selama 5 hari

Disaring dengan kertas Whatman no.42 melalui corong Buchner

Ekstrak cair sebanyak 720 ml

Diuapkan sampai kental dengan rotavapor selama 5 jam

Dikeringkan dengan freeze dryer selama 3 jam

Ekstrak kental berwarna coklat 148,9 gram


(71)

Lampiran 2. Pengenceran larutan irigasi

Kelompok I (ekstrak lerak 0,01%) Kelompok II (NaOCl 5%)

10 mg ekstrak lerak kental 100 ml NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia)

dilarutkan diencerkan

100 ml aquadest 5 ml aquadest

100 ml ekstrak lerak 0,01% 105 ml NaOCl 5%

Kelompok III (NaOCl 5% dan EDTA 18%)

100 ml NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia) EDTA 18% (Ultradent, Germany)

diencerkan

5 ml aquadest

105 ml NaOCl 5%

Kombinasi

NaOCl 5% digunakan terlebih dahulu baru diikuti dengan EDTA 18%


(72)

Lampiran 3. Alur uji kekuatan tarik perlekatan

30 buah gigi premolar bawah

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kontrol (10 gigi) (10 gigi) (10 gigi) (5 gigi)

Pembukaan atap pulpa dengan bur bulat

Preparasi saluran akar dengan K-file No.10 s/d 40

Irigasi saluran akar

Ekstrak lerak 0,01% NaOCl 5% NaOCl 5% & EDTA 18% Salin

irigasi ½ ml setiap NaOCl ½ mlsetiap pergantian alat, irigasi ½ ml pergantian alat EDTA18% ½ ml setiap

diamkan 1 menit,irigasi pergantian alat aquadest 1 ml)

Saluran akar dikeringkan dengan paper point

Aplikasi self etching bonding pada daerah kamar pulpa ( Etsa primer + adhesif dengan komposisi 1:1)

Penyinaran 10 detik

Aplikasi resin komposit incremental horizontal dengan waktu penyinaran 30 detik tiap lapisan


(73)

Pemotongan tonjol gigi ± 5 mm di atas batas sementoenamel dengan disc bur

Pemotongan dinding mesial, distal dan lingual yang mengelilingi RK dengan disc bur

Pemotongan akar gigi pada batas sementoenamel

Aduk self curing acrylic komposisi powder : liquid = 1:2, tuang ke cetakan bawah

Permukaan bukal gigi/sampel diolesi pelekat sianoakrilat

Sampel ditanam dalam akrilik sampai batas perlekatan RK dengan gigi

Setelah akrilik mengeras, permukaan akrilik diolesi vaselin

Permukaan RK diolesi pelekat sianoakrilat

Cetakan antagonis disatukan dengan cetakan bawah

Aduk self curing acrylic komposisi powder : liquid = 1:2, tuang ke cetakan antagonis

Uji kekuatan tarik dengan beban maksimal 200 kg dan kecepatan tarik 5 mm/menit

Data

Analisis data dengan uji ANOVA dan uji LSD


(74)

Lampiran 4. Data hasil pengukuran kekuatan tarik perlekatan

Kelompok No sampel Load Stroke (mm/menit)

(kgf) (Newton)

I

(Ekstrak

lerak

0,01%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18,3 16,4 51,9 22,9 33,5 18,5 31,9 17,5 6,5 28,6 179,34 160,72 508,62 224,42 328,30 181,30 312,62 171,50 63,70 280,28 241,0800 0,95 1,52 3,18 1,90 2,07 1,67 0,88 0,86 1,57 1,41

II

(NaOCl

5%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18,5 9,8 29,7 14,8 20,5 34,5 25,2 6,4 14,8 12,9 181,30 96,04 291,06 145,04 200,90 338,10 246,96 62,72 145,04 126,42 183,3580 1,96 1,92 1,66 1,68 1,55 1,93 1,97 0,57 0,63 0,92

III

(NaOCl 5%

& EDTA

18%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 25,3 19,6 32,4 9,4 15,6 53,5 29,1 37,0 19,0 26,8 247,94 192,08 317,52 92,12 152,88 524,30 285,18 362,60 186,20 262,64 259,6460 2,67 2,20 1,94 1,80 1,05 2,22 1,88 2,01 1,70 1,65

IV

(Salin)

1 2 3 4 5 37,4 48,6 52,6 33,7 54,5 366,52 476,28 515,48 330,26 534,10 444,5280 2,96 1,35 2,22 0,95 1,26


(1)

Lampiran 2. Pengenceran larutan irigasi

Kelompok I (ekstrak lerak 0,01%) Kelompok II (NaOCl 5%)

10 mg ekstrak lerak kental 100 ml NaOCl 5,25% (Bayclin,

Indonesia)

dilarutkan diencerkan

100 ml aquadest 5 ml aquadest

100 ml ekstrak lerak 0,01% 105 ml NaOCl 5%

Kelompok III (NaOCl 5% dan EDTA 18%)

100 ml NaOCl 5,25% (Bayclin, Indonesia) EDTA 18% (Ultradent, Germany)

diencerkan

5 ml aquadest

105 ml NaOCl 5%

Kombinasi

NaOCl 5% digunakan terlebih dahulu baru diikuti dengan EDTA 18%


(2)

Lampiran 3. Alur uji kekuatan tarik perlekatan

30 buah gigi premolar bawah

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kontrol (10 gigi) (10 gigi) (10 gigi) (5 gigi)

Pembukaan atap pulpa dengan bur bulat Preparasi saluran akar dengan K-file No.10 s/d 40

Irigasi saluran akar

Ekstrak lerak 0,01% NaOCl 5% NaOCl 5% & EDTA 18% Salin

irigasi ½ ml setiap NaOCl ½ mlsetiap pergantian alat, irigasi ½ ml

pergantian alat EDTA18% ½ ml setiap

diamkan 1 menit,irigasi pergantian alat aquadest 1 ml)

Saluran akar dikeringkan dengan paper point

Aplikasi self etching bonding pada daerah kamar pulpa ( Etsa primer + adhesif dengan komposisi 1:1)

Penyinaran 10 detik

Aplikasi resin komposit incremental horizontal dengan waktu penyinaran 30 detik tiap lapisan


(3)

Pemotongan tonjol gigi ± 5 mm di atas batas sementoenamel dengan disc bur Pemotongan dinding mesial, distal dan lingual yang mengelilingi RK dengan disc bur

Pemotongan akar gigi pada batas sementoenamel

Aduk self curing acrylic komposisi powder : liquid = 1:2, tuang ke cetakan bawah

Permukaan bukal gigi/sampel diolesi pelekat sianoakrilat

Sampel ditanam dalam akrilik sampai batas perlekatan RK dengan gigi Setelah akrilik mengeras, permukaan akrilik diolesi vaselin

Permukaan RK diolesi pelekat sianoakrilat Cetakan antagonis disatukan dengan cetakan bawah Aduk self curing acrylic komposisi powder : liquid = 1:2,

tuang ke cetakan antagonis

Uji kekuatan tarik dengan beban maksimal 200 kg dan kecepatan tarik 5 mm/menit

Data

Analisis data dengan uji ANOVA dan uji LSD Hasil dan kesimpulan


(4)

Lampiran 4. Data hasil pengukuran kekuatan tarik perlekatan

Kelompok No sampel Load Stroke (mm/menit)

(kgf) (Newton)

I

(Ekstrak

lerak

0,01%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18,3 16,4 51,9 22,9 33,5 18,5 31,9 17,5 6,5 28,6 179,34 160,72 508,62 224,42 328,30 181,30 312,62 171,50 63,70 280,28 241,0800 0,95 1,52 3,18 1,90 2,07 1,67 0,88 0,86 1,57 1,41

II

(NaOCl

5%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18,5 9,8 29,7 14,8 20,5 34,5 25,2 6,4 14,8 12,9 181,30 96,04 291,06 145,04 200,90 338,10 246,96 62,72 145,04 126,42 183,3580 1,96 1,92 1,66 1,68 1,55 1,93 1,97 0,57 0,63 0,92

III

(NaOCl 5%

& EDTA

18%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 25,3 19,6 32,4 9,4 15,6 53,5 29,1 37,0 19,0 26,8 247,94 192,08 317,52 92,12 152,88 524,30 285,18 362,60 186,20 262,64 259,6460 2,67 2,20 1,94 1,80 1,05 2,22 1,88 2,01 1,70 1,65

IV

(Salin)

1 2 3 4 5 37,4 48,6 52,6 33,7 54,5 366,52 476,28 515,48 330,26 534,10 444,5280 2,96 1,35 2,22 0,95 1,26


(5)

Lampiran 5. Hasil uji statistik pengukuran kekuatan tarik perlekatan antara resin komposit dengan dentin dengan larutan irigasi ekstrak lerak 0,01%, NaOCl 5% dan kombinasi NaOCl 5% dan EDTA 18%

Oneway

ANOV A Load

232535,7 3 77511, 896 6,472 ,002

371294,0 31 11977, 225

603829,7 34

Between Groups W ithin Groups Total

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Test of Homogeneity of Variances Load

,251 3 31 ,860

Levene

Statisti c df1 df2 Sig.

Descriptives Load

10 241,0800 123,04714 38,91092 153,0574 329,1026 63,70 508,62 10 183,3580 87,08770 27,53955 121,0592 245,6568 62,72 338,10 10 259,6460 121,82055 38,52304 172,5008 346,7912 92,12 524,30 5 444,5280 91,11523 40,74797 331,3935 557,6625 330,26 534,10 35 258,9566 133,26551 22,52598 213,1783 304,7349 62,72 534,10 Ekstrak Lerak 0,01%

NaOCl 5%

NaOCl 5% & EDTA 18% Salin

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean


(6)

Post Hoc Tests

Multiple Compari sons Dependent Variable: Load

LS D

57,72200 48,94328 ,247 -42,0985 157,5425 -18,56600 48,94328 ,707 -118,3865 81,2545 -203,44800* 59,94304 ,002 -325,7026 -81,1934 -57,72200 48,94328 ,247 -157,5425 42,0985 -76,28800 48,94328 ,129 -176,1085 23,5325 -261,17000* 59,94304 ,000 -383,4246 -138,9154 18,56600 48,94328 ,707 -81,2545 118,3865 76,28800 48,94328 ,129 -23,5325 176,1085 -184,88200* 59,94304 ,004 -307,1366 -62,6274 203,44800* 59,94304 ,002 81,1934 325,7026 261,17000* 59,94304 ,000 138,9154 383,4246 184,88200* 59,94304 ,004 62,6274 307,1366 (J) Kelompok

NaOCl 5%

NaOCl 5% & E DTA 18% Salin

Ek strak Lerak 0,01% NaOCl 5% & E DTA 18% Salin

Ek strak Lerak 0,01% NaOCl 5%

Salin

Ek strak Lerak 0,01% NaOCl 5%

NaOCl 5% & E DTA 18% (I) Kelompok

Ek strak Lerak 0,01%

NaOCl 5%

NaOCl 5% & E DTA 18%

Salin

Mean Difference

(I-J) St d. E rror Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidenc e Int erval

The mean differenc e is significant at the .05 level. *.