24 pembelajaran konvensional adalah kegiatan belajar yang bersifat menerima, guru
berperan lebih aktif dan siswa berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan, karena hanya menerima bahan ajar yang disampaikan
oleh guru saja.
Jadi, model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam meyampaikan materi atau konsep secara lisan kepada siswa
dengan ceramah. Konsep materi yang diterima siswa sepenuhnya berasal dari apa kata pendidik, dalam hal ini proses pembelajaran lebih cenderung hanya
mengantarkan siswa untuk mencapai target kurikulum seperti konsep-konsep penting, latihan soal, dan tes tanpa melibatkan siswa secara aktif.
B. Kerangka Pikir
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk be- kerja dalam sebuah kelompok sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
Peran aktif siswa dalam pembelajaran, akan mempermudah dalam memahami konsep dibandingkan bila siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari tiga tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Pada tahap Thinking berpikir, siswa secara mandiri
mencoba untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, hal ini membuat siswa lebih terbiasa dalam menemukan sendiri suatu konsep terkait dengan masalah
tersebut, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematisnya dan sebagai bekal diskusi pada tahap selanjutnya. Selain itu
aktivitas belajar siswa lebih terarah karena siswa mempunyai tanggung jawab
25 secara individu atas permasalahan yang dihadapinya. Pada tahap Pairing
berpasangan, siswa secara berpasangan mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasan yang telah mereka kembangkan pada tahap thinking, sehingga
kemampuan pemahaman konsep matematis mereka semakin matang. Selain itu tahap ini dapat meminimalisir kesempatan untuk mengandalkan siswa lain
sehingga aktivitas belajar siswa yang tidak relevan dalam pembelajaran semakin kecil. Pada tahap Sharing berbagi, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas sehingga pemahaman konsep matematis siswa menjadi lebih matang dan aktivitas belajar siswa menjadi lebih relevan saat pembelajaran berlangsung.
Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran di mulai dengan pemberian materi oleh guru melalui ceramah, diskusi kelompok, dan pemberian tugas. Pada
pembelajaran ini, guru berperan aktif sebagai pemberi informasi di kelas, sehingga siswa lebih terbiasa mendapat informasi tentang konsep yang
disampaikan oleh guru dan menyebabkan siswa malas untuk berpikir. Hal ini menyebabkan kemampuan pemahaman konsep mereka kurang baik. Selain itu
dampak dari aktifnya guru sebagai pemberi informasi di dalam kelas adalah terkait dengan aktivitas belajar siswa. Aktivitas yang dilakukan siswa hanya
sekedar mendengar penjelasan guru dan mencatat apa yang dicatat guru di papan tulis. Keadaan ini membuat siswa merasa jenuh sehingga siswa kurang berminat
terhadap pelajaran matematika, sehingga siswa banyak melakukan aktivitas yang kurang relevan dalam pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok, banyak siswa
yang cenderung mengandalkan siswa lain dalam kelompoknya, sehingga membuat kemampuan pemahaman konsep mereka kurang berkembang. Pada saat
26 presentasi hasil diskusi, sebagian siswa tertentu saja yang dilibatkan, sehingga
sebagian besar siswa masih kurang berperan aktif saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan mampu menciptakan suasana belajar aktif,
sehingga setiap siswa lebih aktif, interaktif serta mengalami sendiri aktivitasnya. Dan diharapkan keaktifan siswa dapat meningkat dalam rangka mewujudkan
pembelajaran yang efektif serta dapat membangun pengetahuan dari dalam diri siswa sendiri. Peningkatan aktifitas siswa diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman konsep matematisnya, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis
siswa daripada pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis Kerja
1. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada rata-rata pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Persentase ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS minimal 65 dari jumlah siswa.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 20132014 di SMA Negeri 1 Gedongtataan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X IPA yang terdiri dari delapan kelas dengan jumlah siswa 167. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan mengambil dua kelas
yang rata-rata kemampuan matematikanya relatif sama, ditunjukkan dengan rata- rata nilai hasil belajar semester ganjil yang terdistribusi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Gedongtataan.
No Kelas
Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil
1 X 1
33 46,5
2 X 2
33 46,9
3 X 3
34 44,3
4 X 4
33 43,8
5 X 5
34 41,6
Rata-rata 44,6
Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan teknik Random Sampling. Dalam penelitian ini, diambil dua kelas sebagai sampel. Sampel
penelitian terpilih X.1 yang terdiri dari 33 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas X.2
yang terdiri dari 33 siswa sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.