F. Benih Rekalsitran
Benih rekalsitran adalah kelompok benih berkadar air tinggi yang akan meru- sak, bahkan mati jika kadar airnya diturunkan, ini berbeda dengan kelompok
benih ortodok dan hanya dapat disimpan beberapa minggu atau bulan tanpa kehilangan viabilitas bahwa benih rekasiltran merupakan benih yang sensitif
terhadap perlakuan Rahmat dkk., 2006.
G. Cara Pengemasan Benih
Untuk mempertahankan kualitas benih sehubungan dengan penyimpanannya, diperlukan ruang atau gudang penyimpanan yang memenuhi persyaratan,
cara-cara pengemasan benih ke dalam kemasan atau wadah dan harus diper- hatikan cara-cara pengemasan yang baik. Sehingga pada saat benih ditanam
tetap terjamin daya tumbuhnya atau daya perkecambahannya secara normal. Cara pengemasan benih yang baik dalam praktek pengemasan itu, karena
setiap pengemasan yang kurang baik dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut:
1. Sifat fisik dari benih yaitu dari ukuran benih, besar, warna, kadar air, kebebasan benih dari penyakit dan hama, serta kerusakan mekanis.
2. Aspek fisiologis, kemampuan kelangsungan daya hidup benih sebagai tanaman, ketahanannya serta kemunduran benih viabilitas, vigor dan
dormansi, walaupun tidak berkaitan dengan kualitasnya, kecuali jika keadaan benih tidak normal. Kemasan bertujuan untuk melindungi fisik
benih agar daya kecambahnya tetap tahan tanpa adanya kerusakan dari kualitas kulitnya. Karena itu jika kemasannya rusak atau pengemasannya
kurang diperhatikan dan ketentuan tentang pengemasan, dapat menimbul- kan banyak kerugian pada pengusaha Kartasapoetra, 2003.
H. Perkecambahan Benih
Setiap benih memiliki kemampuan untuk berkecambah dan menunda perkecambahan hingga waktu tertentu. Perkecambahan merupakan peristiwa
tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Perkecambahan benih dimulai melalui proses penyerapan air, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari
protoplasma Sutopo, 2002.
Batasan-batasan kriteria kecambah normal antara lain sebagai berikut. 1. Kecambah memperlihatkan kemampuan berkembang terus menjadi suatu
tanaman normal, apabila ditumbuhkan dalam kondisi optimum. 2. Kecambah memiliki struktur penting yaitu perakaran berkembang baik,
hipokotil berkembang sehat, tidak rusak dan tidak menunjukkan kerusakan pada jaringan penghubung serta dua kotiledon tumbuh sehat.
3. Kecambah mengalami sedikit kerusakan pada suatu struktur tumbuhnya, tetapi masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan seimbang antara
pertumbuhan struktur satu dengan yang lainnya. 4. Kecambah dari tanaman atau pohon yang tumbuh secara epigeal dengan
perkembangan hipokotil dan radikula 2--4 kali panjang benihnya, dengan syarat semua struktur tumbuh menunjukkan pertumbuhan yang baik.
5. Kecambah yang bercendawan, tetapi cendawan tersebut tidak merintangi pertumbuhan kecambah sehingga seluruh pertumbuhan struktur tumbuhnya
normal.
Sedangkan untuk kriteria kecambah abnormal antara lain sebagai berikut. a. Kecambah yang rusak, cacat, belah, patah, luka-luka, khususnya pada ja-
ringan penghubung pada epikotil, hipokotil, atau akar, kecambah tanpa akar primer.
b. Kecambah yang lemah, tidak menunjukkan pertumbuhan struktur yang seimbang.
c. Kecambah yang rusak dan membusuk pada bagian-bagian struktur tum- buhnya sehingga kecambah tidak tumbuh Sutopo, 2002.
I. Serbuk Gergaji
Bahan organik seperti serbuk gergaji memiliki prospek yang baik digunakan untuk penyimpanan benih dan sebagai media sapih pertumbuhan bibit. Di
Indonesia serbuk gergaji merupakan bahan organik yang berpotensi cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai media sapih bibit, karena sifat fisiknya
dapat memperbaiki kelemahan tanah dan memiliki ketersediaan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman Hendromono, 1994.
Serbuk gergaji merupakan limbah penggergajian kayu. Penggunaan media serbuk gergaji cukup praktis, ketersediaannya melimpah, mudah didapat,
harganya murah, dan mengandung sumber nutrisi yang relatif lebih baik diban-dingkan dengan media lain.
Dekomposisi limbah serbuk gergaji merupakan proses humifikasi sehingga media mempunyai struktur fisik dan
biokimia yang lebih baik untuk dimanfaatkan kembali sebagai media penyimpanan biji tanaman Putri, 2008.