Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN
Jumlah anggota SEKBER GOLKAR ini bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota SEKBER GOLKAR dalam
Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional SEKBER GOLKAR adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945.
Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi.
Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam SEKBER GOLKAR ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 tujuh
Kelompok Induk Organisasi KINO, yaitu: 1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong KOSGORO
2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia SOKSI 3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong MKGR
4. Organisasi Profesi 5. Ormas Pertahanan Keamanan HANKAM
6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia GAKARI 7. Gerakan Pembangunan untuk menghadapi Pemilu 1971
Ke- 7 tujuh KINO yang merupakan kekuatan inti dari SEKBER GOLKAR tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970
untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar yaitu Golongan Karya GOLKAR. Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971, tetap
dipertahankan sampai sekarang.
Pada Pemilu 1971 ini, SEKBER GOLKAR ikut serta menjadi salah satu konsestan. Pihak parpol memandang remeh keikutsertaan GOLKAR sebagai
kontestan Pemilu. Mereka meragukan kemampuan komunikasi politik GOLKAR kepada grassroot level. Nahdlatul Ulama NU, Partai Nasional
Indonesia PNI dan Partai Muslimin Indonesia Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin keluar sebagai pemenang.
Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR. Hasilnya di luar
dugaan. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan 34.348.673 suara atau 62,79 dari total perolehan suara. Perolehan suaranya pun cukup
merata di seluruh propinsi, berbeda dengan parpol yang berpegang kepada basis tradisional. NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan,
Partai Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak memperoleh suara
signifikan sehingga tidak memperoleh kursi DPR. Kemudian, sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali
kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 SEKBER GOLKAR mengubah dirinya menjadi GOLKAR.
GOLKAR menyatakan diri bukan partai politik karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan mengesampingkan
pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR menyelenggarakan Musyawarah Nasional Munas I di Surabaya. Mayjen Amir Murtono terpilih
sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia HKTI, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia FBSI.
Setelah Peristiwa G30S maka SEKBER GOLKAR, dengan dukungan sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan aksi-
aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan Partai Komunis Indonesia PKI, kemudian juga kekuatan Bung Karno. Pada dasarnya GOLKAR dan
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru.
Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan GOLKAR. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa,
jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh kader-kader GOLKAR. Keluarga besar Golongan
Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk
lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi.
Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian terhadap GOLKAR lewat Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis. Jadi
Pimpinan Pemilu Dalam pemilu GOLKAR yang berlambang beringin ini