Struktur Organisasi, Wewenang dan Kewajiban

Sedangkan kewajiban dari Dewan Pimpinan Daerah KabupatenKota adalah : 1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat KabupatenKota, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR. 2. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Daerah KabupatenKota. d. Pimpinan Kecamatan Pimpinan Kecamatan adalah badan pelaksana partai yang bersifat kolektif di tingkat Kecamatan. Pimpinan Kecamatan memiliki wewenang: 1. Menentukan kebijakan tingkat Kecamatan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat KabupatenKota, maupun tingkat Kecamatan, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR. 2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan Pimpinan Kecamatan Partai GOLKAR. 3. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pimpinan DesaKelurahan atau sebutan lain. 4. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan DesaKelurahan atau sebutan lain. Pimpinan Kecamatan memiliki kewajiban yaitu : 1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat KabupatenKota, maupun tingkat Kecamatan, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR. 2. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Kecamatan. e. Pimpinan DesaKelurahan Pimpinan DesaKelurahan atau sebutan lain adalah Badan Pelaksana Partai yang bersifat kolektif di tingkat DesaKelurahan memiliki wewenang menentukan kebijakan tingkat DesaKelurahan atau sebutan lain sesuai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat KabupatenKota, tingkat Kecamatan maupun tingkat DesaKelurahan atau sebutan lain, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR. Sedangkan kewajiban Pimpinan DesaKelurahan adalah: 1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat KabupatenKota, tingkat Kecamatan, maupun tingkat DesaKelurahan atau sebutan lain, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR. 2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan Pimpinan DesaKelurahan atau sebutan lain Partai GOLKAR. 3. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah DesaKelurahan atau sebutan lain. f. Badan dan Lembaga Partai GOLKAR Badan dan atau Lembaga dapat dibentuk di setiap tingkatan organisasi sesuai dengan kebutuhan yang berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan program Partai. Komposisi dan personalia kepengurusan Badan dan atau Lembaga diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Partai sesuai dengan tingkatannya. Badan dan atau Lembaga dapat melakukan koordinasi dengan Badan atau Lembaga yang berada satu tingkat di bawahnya Jenis Badan- badan yang dibentuk partai GOLKAR antara lain : 1. Badan penelitian dan pengembangan 2. Badan informasi dan komunikasi 3. Badan advokasi hukum, hak asasi manusia ddan otonomi daerah 4. Badan pengembangan seni, budaya dan pariwisata Sedangkan jenis – jenis lembaga yang dibentuk oleh partai GOLKAR yaitu: 1. Lembaga pengelola kaderisasi 2. Lembaga pelatihan profesi masyarakat LPPM 3. Lembaga pemenangan pemilu 4. Lembaga pengkajian dan pengembangan ekonomi dan usaha kecil menenganh UKM g. Organisasi Sayap Partai GOLKAR Partai GOLKAR memiliki Organisasi Sayap yang merupakan wadah perjuangan sebagai pelaksana kebijakan partai yang dibentuk untuk mmenuhi kebutuhan strategis, dalam rangka memperkuat basis dukungan partai. Pembentukan Organisasi Sayap diusulkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan ditetapkan oleh Rapat Pimpinan Nasional. Organisasi Sayap di setiap tingkatan memiliki struktur organisasi dan kewenangan untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan organisasi sesuai bidangkelompok strategisnya, yang dalam pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pada Dewan Pimpinan Partai sesuai tingkatannya. Ketua Umum dan Ketua-Ketua Organisasi Sayap sesuai tingkatannya secara ex-officio dijabat oleh Wakil Ketua terkait pada Dewan PimpinanPimpinan Partai ditingkatannya. Kepengurusan Organisasi Sayap ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pimpinan Partai sesuai tingkatannya Partai Golongan Karya memiliki Organisasi Sayap Perempuan, yaitu Kesatuan Perempuan Partai Golongan Karya KPPG dan Organisasi Sayap Pemuda yaitu Angkatan Muda Partai Golongan Karya AMPG dan dapat membentuk Organisasi Sayap lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan Partai. h. Dewan Pertimbangan Partai GOLKAR memiliki Dewan Pertimbangan yang berfungsi member saran, nasehat, dan pertimbangan kepada Dewan PimpinanPimpinan Partai GOLKAR sesuai dengan tingkatannya. Dewan Pertimbangan memberi saran, nasehat, dan pertimbangan atas kebijakan-kebijakan organisasi yang bersifat strategis, baik internal maupun eksternal, yang akan ditetapkan oleh Dewan PimpinanPimpinan Partai sesuai dengan tingkatannya. Ketua Dewan Pertimbangan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Munas, Musyawarah Daerah Musda, Musyawarah Kecamatan Muscam, dan Musyawarah DesaMusyawarah Kelurahan MusdesMuslur melalui Tim Formatur. Susunan dan personalia Dewan Pertimbangan ditetapkan oleh Ketua Dewan Pertimbangan bersama Ketua UmumKetua Dewan Pimpinan Pimpinan Partai sesuai tingkatannya. 1. Fraksi Partai GOLKAR memiliki Fraksi dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota yang komposisi dan personalianya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan sesuai tingkatannya. Fraksi adalah Badan Pelaksana Kebijakan Partai GOLKAR di Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupatenkota dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

H. Dinamika Konflik Partai GOLKAR

Munaslub GOLKAR tahun 1998 berhasil melahirkan Paradigma Baru Partai Golkar dan Pemilu tahun 1999 telah menghantarkan Partai GOLKAR pada posisi yang istimewa. Tetapi, keberhasilan itu tidak terlepas dari konflik internal yang terjadi di tubuh Partai GOLKAR. Konflik intenal Partai GOLKAR mulai muncul kepermukaan ketika Soeharto lengser dari kursi Presiden tahun 1998. Soeharto yang memimpin Indonesia selama 36 tahun secara otomatis menjadi Dewan Pimpinan DP Partai GOLKAR. Lengsernya Soeharto menyebabkan munculnya beberapa faksi yang menyatakan diri akan memimpin Partai GOLKAR. Akhirnya pada Munaslub tahun 1998 dimenangkan oleh faksi Harmoko Suryadinata, 1992:97. Dua bulan setelah Munaslub, perseteruan antara pihak yang kalah dengan pihak yang menang dalam Munaslub kembali terjadi. Kali ini pihak yang kalah memberikan nota keberatanya terhadap kepemimpinan Akbar Tandjung yang dianggapnya tidak mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan B.J Habibie. Dalam nota keberatan yang bertanggalkan 7 September 1998 itu, mereka juga mempertanyakan mengapa GOLKAR tidak melakukan pergantian unsur pimpinan MPRDPR dari GOLKAR, yaitu Harmoko dan Abdul Gafur yang mereka nilai sebagai individu-individu yang negatif dan tidak cakap dalam politik Nugroho, 1999: 194. Konflik berikutnya di tubuh Partai Golkar berkenan dengan persiapan Partai GOLKAR memenangkan pemilihan presiden keempat. Pemicunya adalah pernyataan Marzuki Darusman yang menegaskan bahwa pencalonan B.J Habibie oleh Partai Golkar bukanlah pencalonan final melainkan suatu pencalonan optimal. Ini berarti bahwa pencalonan B.J Habibie memiliki kemungkinan untuk dibatalkan sambil melihat perkembangan politik baru. Padahal, sebelum pemilu dilaksanakan, Marzuki Darusman justru mengatakan bahwa B.J Habibie merupakan orang yang paling layak dicalonkan. Pernyataan tersebut tentu saja menyulut kegusaran di kalangan pendukung B.J Habibie yang ada dalam Partai Golkar. Mereka melancarkan protes kepada DPP Partai Golkar agar segera mencopot Marzuki Darusman dari posisinya sebagai salah seorang ketua partai Jatmiko, 2010:76 Perseteruan dua kelompok ini memasuki tahap kritis ketika B.J Habibie membacakan pertanggungjawaban di depan SU MPR tapi pertanggung jawaban ini ditolak. Ditolaknya laporan petanggungjawaban, otomatis peluang Habibie terpilih sebagai presiden keempat menjadi kecil, dan Habibie secara elegan memilih mundur dari pencalonan presiden setelah melihat kenyataan bahwa ia tidak mungkin lagi memenangkan posisi itu Jatmiko, 2010:76. Empat bulan setelah pernyataan pertanggungjawaban SU MPR, konflik kembali muncul berkenaan dengan rencana kubu pro-Habibie membuat partai sempalan yang diberi nama Partai Madani yang memiliki platform nasionalisme dan Negara kesatuan. Pencetus partai ini adalah sayap kelompok pro-Habibie, yaitu para aktivis ICMI yang dipimpin Jimly Asshidiqie bersama sejumlah aktivis politik Iramasuka, seperti Marwah Daud Ibrahim dengan tujuan mengembalikan Presiden B.J Habibie ke panggung politik nasional. Rencana kelompok pro-Habibie ini ditanggapi secara beragam oleh aktivis Partai Golkar. Akbar Tandjung sendiri melihat rencana itu sebagai hal yang biasa dan sudah terbiasa dengan manuver politik seperti itu. Akhirnya, rencana pembentukan partai baru itu pun mengalami stagnasi Jatmiko, 2010:77.. Partai GOLKAR kembali memanas ketika Rahardi Ramelan, mantan Kepala Bulog di bawah pemerintahan B.J Habibie, memberikan pernyataan di depan tim penyidik Kejaksaan Agung bahwa ia telah mengeluarkan dana sebesar 54,6 Miliar dalam rangka penaggulangan krisis pangan. Dari jumlah tersebut, 40 miliar ia serahkan kepada Akbar Tandjung yang ketika itu menjabat sebagai Mensesneg untuk program Jaringan Pengamanan Sosial JPS. Dua hari setelah pengakuan ini, Akbar Tandjung mengakui bahwa ia telah menerima cek dari Rahardi Ramelan, dan cek tersebut langsung diserahkan kepada sebuah yayasan untuk membantu mengatasi kerawanan pangan di masyarakat Dua minggu berikutnya, Presiden Megawati Soekarnoputri memberikan izin kepada Kejaksaan Agung untuk memeriksa Akbar Tandjung sebagai saksi dan Akbar Tandjung divonis tiga tahun penjara oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta karena terbukti melakukan korupsi . Sebulan setelah Rapim pada bulan Februari tahun 2002, Akbar Tandjung resmi ditahan oleh pihak Kejaksaan Agung Jatmiko, 2010:80. Tahun 2014, perpecahan dalam tubuh internal Partai GOLKAR terjadi lagi setelah pemilihan legislatif dan pemilihan Presiden. Sesuai dengan isi rekomendasi Musyawarah Nasional Munas GOLKAR di Pekanbaru, Riau, pada Oktober 2009, Munas partai Golkar akan digelar pada tahun 2015. Namun demikian Tim Presidium Penyelamat partai GOLKAR mendorong agar Munas digelar tahun 2014. Hal ini berdasarkan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ADART partai bahwa Munas digelar setiap lima tahun. Berdasarkan pada bulan dan tahun pelaksanaan Munas, Munas berikutnya seharusnya digelar pada Oktober 2014. Dengan pertimbangan itu, Partai GOLKAR mengelar Musyawarah Nasional Munas IX di Nusa Dua Bali yang berlangsung pada tanggal 30 November - 3 Desember 2014. Akibatnya, terjadi perpecahan di tubuh Partai GOLKAR berbuntut panjang. Hasil Munas IX Golkar yang menetapkan Aburizal Bakrie sebagai Ketum DPP 2014-2019 dan Akbar Tandjung sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Dianggap tidak sah oleh Tim Presidium. Lebih dari itu, Munas tersebut bahkan ditolak oleh Tim Presidium tersebut. Sejumlah tokoh tim Presidium tersebut ialah Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Hajriyanto Thohari, Zainuddin

Dokumen yang terkait

Pola Kaderisasi Partai Golongan Karya Kotamadya Pematangsiantar (Studi Etnografi Antropologi Politik tentang Kekuasaan)

0 90 142

IMPLIKASI KONFLIK INTERNAL PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) TERHADAP DEWAN PIMPINAN DAERAH (DPD) PARTAI GOLONGAN KARYA PROVINSI LAMPUNG

1 32 115

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014 STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

0 19 84

STRATEGI PARTAI GOLKAR DALAM MENINGKATKAN KUANTITAS DAN KUALITAS POLITISI PEREMPUAN (Studi kasus Partai Golongan Karya periode 2009-2014 Provinsi DIY)

0 2 159

PERAN PARTAI POLITIK DALAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PADA MASYARAKAT KABUPATEN DAIRI (STUDI KASUS DPD II PARTAI GOLONGAN KARYA KABUPATEN DAIRI).

0 7 22

PENGARUH PERAN KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU ORGANISASI TERHADAP PEMANTAPAN MILITANSI KADER PARTAI POLITIK :Studi Deskriptif Terhadap DPD Partai Golongan Karya Kota Bandung.

0 0 48

Pendidikan Politik Pada Partai Golongan Karya Di Jawa Barat.

0 1 2

KEANGGOTAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK ATAU GOLONGAN KARYA

0 0 14

PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT (Studi Tentang Perbandingan Pemasaran Politik Partai Golkar dan Partai Demokrat Dalam Rangka Menarik Massa Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Daerah Pilihan II Kab

0 0 150

IMPLIKASI PEMBERHENTIAN SYAHRUL YASIN LIMPO SEBAGAI KETUA UMUM DPD SUL - SEL TERHADAP EKSISTENSI PARTAI GOLONGAN KARYA SUL - SEL

0 2 87