Latar Belakang KONSEP DIRI ANAK PANTI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH DI KEBUMEN

1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menyajikan: 1latar belakang, 2 rumusan masalah, 3 tujuan penelitian, 4 manfaat penelitian, serta 5 sistematika skripsi.

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, atau sering juga disebut dengan masa transisi dan banyak menimbulkan perubahan. Perubahan yang terjadi mulai dari aspek fisik, aspek psikologis dan aspek sosial. Dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu memiliki tugas perkembangan yang harus dijalani. Dimana keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan tersebut mempengaruhi perkembangan konsep dirinya. Pada dasarnya konsep diri adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu untuk menjadi becoming, proses ini terjadi dimulai dari adanya informasi yang didapat dan terkumpul seiring dengan perkembangan seorang individu dan berbagai pengalaman yang didapat kemudian hal tersebut akan membentuk kesan dalam diri individu tersebut yang kemudian akan menjadi konsep diri. Semakin baik atau semakin positif konsep diri seseorang maka akan mudah dalam mencapai suatu keberhasilan, karena dengan adanya konsep diri yang positif maka seseorang akan optimis dalam bersikap, berani mencoba hal-hal yang baru, penuh percaya diri, dan merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup. Dan akan terjadi sebalik nya, semakin negatif konsep diri seseorang maka akan sulit dalam mencapai keberhasilan, karena dengan adanya konsep diri yang negatif maka seseorang akan merasa tidak percya diri, takut akan kegagalan sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru, merasa diri bodoh, tidak berguna, pesimis serta berbagai perasaan dan perilaku yang negatif yang timbul. Desmita 2009:164 menyatakan konsep diri adalah pandangan individu mengenai dirinya sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri. Brooks sesui yang dikutip oleh Rakhmat 2005: 99 menambahkan bahwa konsep diri sebagai “ those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experience and our interaction with others ”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita terhadap diri kita, Persepsi tentang diri ini bersifat fisik, sosial, dan psikologis. Konsep diri bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil belajar. Semenjak manusia mengenal lingkungan hidupnya, sejak saat itu pula manusi belajar banyak hal tentang kehidupan. Menurut Muhith 2015:77 faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri yaitu orang yang dianggap penting dalm hal ini lebih utama yaitu orang tua, kelompok acuan dan persepsi diri. Namun berbeda hal nya dengan yang terjadi di Panti asuhan Yatim Putri „Aisyiyah “Hj. Alfiatun Ihsan” panti ini adalah salah satu panti asuhan yang berada di Kebumen, di panti tersebut hanya dikhususkan bagi anak-anak perempuan mulai dari anak usia SD hingga anak SMK, Panti asuhan tersebut berisikan 30 anak asuh yang terdiri dari berbagai umur dari anak usia SD, SMP, dan SMK mereka semua adalah anak asuh di panti tersebut yang sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu dan banyak dari mereka yang berasal dari keluarga miskin duafa dan sebagian dari anak yatim. Panti asuhan yatim putri aisyiyah tersebut memiliki visi dan misi antara lain, menyediakan tempat pengasuhan yang islami untuk mendampingi anak, mengembangkan seluruh potensi sesuai perkembangannya agar menghasilkan SDM yang kompetitif, berakhlak mulia, bertakwa kepada Allah. Dan misi yang dimiliki panti asuhan tersebut yaitu menggantikan peran orang tua dalam mendampingi perkembangan anak, menciptakan suasana nyaman, aman, kekeluargaan, agar anak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Pada saatnya menghasilkan SDM yang siap bermasyarakat, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah. Saat peneliti melakukan tanya jawab di panti tersebut 5 dari 30 anak panti menceritakan kondisi mereka saat di rumah seperti PA dan SA menceritakan ketika pulang ke desa mereka merasa malu jika bertemu dengan teman sebaya mereka di desa. Mereka merasa malu dengan kondisi mereka saat ini yang tinggal di panti sehingga mereka ketika berada di rumah lebih memilih tinggal di dalam rumah dari pada harus main atau berkumpul dengan teman sebaya mereka di desa. Dan 3 anak panti asuhan lainnya yaitu PN, UK dan LW menceritakan bahwa mereka seringkali mendapat hinaan atau ejekan dari teman-teman baik di lingkungan rumah ataupun di lingkungan sekolah,ejekan tersebut mereka dapat karena pandangan buruk teman-teman mereka, karena mereka tinggal dipanti asuhan. Anak panti di panti tersebut di asuh oleh empat pengurus panti, pengurus panti bertugas sebagai pengganti orang tua mereka di rumah, hal tersebut dilakukan karena anak panti asuhan jarang sekali bertemu dengan orang tua dan keluarga mereka adapaun waktu untuk bertemu dengan orang tua dan keluarga di rumah hanya satu bulan sekali dengan waktu hanya satu hari. Melihat usia anak panti asuhan tersebut yang masih tergolong usia remaja dimana mereka masih membutuhkan perhatian dan pendidikan dari orang tua mereka, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana konsep diri anak panti asuhan yang tinggal di panti asuhan, dan jauh dari orang tua. Seiring dengan perkembangannya, bimbingan dan konseling tidak hanya bergerak di seting pendidikan saja. Akan tetapi bimbingan dan konseling sudah mulai merambah pada seting komunitas, di mana konsentrasi pelayanan ditujukan pada kelompok-kelompok yang ada di masyarakat yang memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda. Apabila ditemukan adanya konsep diri yang negatif pada anak panti asuhan maka dapat di rekomendasikan kepada pengurus panti untuk memberikan penanganan. Berdasarkan alasan di atas dan hasil observasi yang telah peneliti laksanakan pada anak panti asuhan di pantiasuhan tersebut maka peneliti ingin mengetahui “ konsep diri anak panti asuhan di Panti Asuhan Aisyiyah di Kebumen”.

1.2 Rumusan Masalah