Pengertian Motivasi Kerja MOTIVASI KERJA DI PERPUSTAKAAN BAGI PUSTAKAWAN LULUSAN NON ILMU PERPUSTAKAAN Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo merumuskan motivasi sebagai berikut: a. “Setiap perasaan, kehendak, atau keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak b. Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu c. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku sesorang d. Proses dalam yang menentukan gerakan atau perilaku individu kepada tujuan goal.” 22 Dengan adanya motivasi kerja, diharapkan setiap individu mau bekerja keras untuk mencapai kinerja yang tinggi. Motivasi kerja ini dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan maksimal. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting tentang kinerja individual. 23 Berdasarkan pengertian motivasi kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan yang timbul dari diri pegawai untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang dikehendakinya sehingga 22 B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h. 268. 23 Moekijat, Motivasi dan Pengembangan Manajemen Bandung: CV Pionir jaya, 1981, h. 24. menimbulkan semangat kerja yang menjadi landasan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.

C. Bentuk- bentuk Motivasi

Setiap individu memiliki motivasi yang mampu menjadi spirit dalam memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja. Spirit yang dimiliki oleh seseorang tersebut bersumber dari dirinya maupun dari luar, dimana kedua bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya bersama-sama ikut menjadi pendorong motivasi seseorang. Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar, yaitu: 24 1. Motivasi ekstrinsik dari luar 2. Motivasi intrinsik dari dalam Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat motivasi pada diri seseorang tersebut untuk merubah seluruh sikap yang dimiliki olehnya saat ini ke arah yang lebih baik. Sedangkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut, yang selanjutnya kemudian mempengaruhi diri dalam melakukan sesuatu yang bernilai dan berarti. 25

D. Teori Motivasi

Ada banyak teori yang membahas mengenai motivasi. Beberapa teori menganggap kondisi kekurangan merupakan pendorong untuk berperilaku. 24 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 143 25 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 143 Teori-teori yang paling lazim mengenai motivasi merujuk kepada kebutuhan sebagai kekuatan pendorong perilaku manusia. Kebutuhan adalah sesuatu yang penting, tidak terhindarkan, untuk memenuhi suatu kondisi. Istilah kebutuhan juga digunakan untuk menggambarkan kondisi kekurangan sesuatu. Teori motivasi yang didasarkan pada kebutuhan adalah:

1. Teori Hirerarki

Menurut Abraham Maslow pada tahun 1945, salah satu teori motivasi yang paling banyak diacu adalah teori Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Model Maslow ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar individu tersebut termotivasi untuk bekerja. Kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkatan hierarchy pyramid, yaitu: 26 a. Kebutuhan fisiologikal Physiological Needs. Pada tingkatan terendah hierarki yang ada dan pada titik awal teori motivasi terdapat kebutuhan fisiologikal. Kebutuhan fisiologikal merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar, seperti: sandang, pangan, papan. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang perlu dipenuhi untuk mempertahankan hidup. 26 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 145-146. b. Kebutuhan rasa aman Security Needs. Apabila kebutuhan fisiologikal sudah terpenuhi, maka kebutuhan- kebutuhan pada tingkat selanjutnya yaitu kebutuhan rasa aman. Keinginan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. c. Kebutuhan sosial Social Needs. Ketika kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman relatif terpenuhi, maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan pada tingkat selanjutnya menjadi motivator selanjutnya bagi perilakunya. Kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, dan rasa memiliki. d. Kebutuhan harga diri Esteem Needs. Kebutuhan harga diri ini dapat terungkap dalam keinginan untuk dipuji dan diakui atas prestasi kerjanya. e. Kebutuhan aktualisasi diri Self-actualization Needs. Pada puncak hirarki, terdapat kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini melalui pengembangan kemampuan dan keahlian yang dimiliki untuk memeperoleh kesempatan berprestasi. Apabila seorang pegawai dapat memenuhi kelima tingkatan kebutuhannya secara bersamaan dan imbalan kerja yang diperolehnya dari organisasi tempat dia mengabdi, maka dapat dipastikan akan memotivasi orang untuk bekerja lebih giat, tanpa diperintah orang lain. Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori ini adalah untuk memotivasi orang agar bekerja lebih giat sesuai dengan keinginan kita, sebaiknya kita memenuhi kebutuhan- kebutuhan dasar yang diinginkan dari pegawai tersebut. Namun kelemahan dari teori ini adalah bahwa kebutuhan manusia itu tidaklah berjenjang dan hierarkis, tetapi kebutuhan itu perlu dipenuhi secara simultan pada tingkat intensitas tertentu, dengan menentukan apa yang harus dipenuhi lebih dahulu. 27

2. Teori Dua Faktor

Pada tahun 1966 Frederick Herzberg mengemukakan bahwa teori motivasi ini berhubungan langsung dengan kepuasan kerja. Teori ini disebut sebagai teori dua faktor. Hal ini dikarenakan, berdasarkan studinya tentang hubungan antara sikap – sikap kerja dan kepuasan kerja. Frederick Herzberg membedakan dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan , yaitu faktor motivationalintrinsik dan faktor hygieneekstrinsik. Faktor motivational intrinsik mempengaruhi tingkat kepuasan kerja berdasarkan pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi seperti, pekerjaan itu sendiri, prestasi, penghargaan, tanggung jawab, dan kemajuan. Sedangkan faktor hygieneekstrinsik memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, seperti, status, hubungan antar manusia, kebijakan, imbalan, kondisi dan keamanan kerja dan sebagainya. 28 Pada dasarnya teori ini sama dengan teori hierarki Abraham Maslow yang bertujuan mendapatkan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat kerja pegawai agar mereka mau bekerja lebih giat untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. 27 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 146. 28 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 148.