Teori Hirerarki Teori Motivasi

3. Teori E-R-G Clayton Alderfer

Teori E-R-G adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Alderfer pada tahun 1972, yang mengemukakan “bahwa individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan akan existense E atau eksistensi, relatedness R atau keterkaitan, dan growth G atau pertumbuhan. Menurut Alderfer terdapat tiga kategori kebutuhan, yaitu: a. Eksistence E atau Eksistensi Dapat dipenuhi melalui insentif finansial dan kondisi kerja yang aman. Meliputi kebutuhan fisiologis seperti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan. b. Relatedness R atau keterkaitan Dapat dipenuhi melalui keterlibatan pegawai dalam suasana kelompok yang kondusif, ditandai adanya hubungan antar anggota kelompok sebagai teman sejawat, dan rasa kekeluargaan. c. Growth G atau pertumbuhan Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui pengembangan karir, dan pengembangan pekerjaan secara kreatif. 29 Secara umum, teori ini mirip dengan teori kebutuhan hierarki Abraham Maslow, namun berbeda dalam dua aspek. Pertama, meskipun urutan kebutuhan serupa, ide hierarki tidak dimasukkan. Alderfer menyatakan bahwa bila kebutuhan eksistensi tidak terpenuhi akan sangat berpengaruh, namun kategori-kategori kebutuhan lainnya masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Kedua, meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, 29 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer: Eksistensi dalam Perilaku Organisasi Jakarta: Rajawali, 1990, h.255. kebutuhan tersebut dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan. Misalnya, seseorang yang sudah menerima gaji yang cukup besar dan pekerjaan yang aman namun terus menginginkan peningkatan, meskipun kebutuhan akan eksistensi tampaknya sudah terpenuhi. Dari teori-teori motivasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat memotivasi pegawai menurut teori hierarki adalah kebutuhan faali, rasa aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Teori dua faktor yang mengatakan bahwa faktor yang dapat memotivasi pegawai adalah pencapaian, penghargaan, pekerjaaan itu sendiri, dan tanggung jawab. Sedangkan, teori ERG menyatakan bahwa faktor yang dapat memotivasi seseorang dalam bekerja yaitu Eksistence E atau Eksistensi, Relatedness R atau keterkaitan, dan Growth G atau pertumbuhan.

E. Hubungan Antara Motivasi dengan Tingginya Produktivitas

Motivasi dan produktivitas adalah suatu bagian yang saling terkait satu sama lainnya. Peningkatan motivasi akan mempengaruhi peningkatan produktivitas. 30 Untuk dapat termotivasi dan menjadi produktif, seseorang harus memiliki minat dengan pekerjaan mereka agar mendapat kepuasan kerja selain itu juga perlu adanya kerjasama dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. 31 Pengaruh produktivitas pegawai sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan sumber daya manusia di organisasi tersebut. Kemampuan untuk meningkatkan produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang, kecakapan, dan beban kerja. Lingkungan kerja 30 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, h. 154. 31 A. Dale Timpe, Memotivasi Pegawai Jakarta: Gramedia, 1991, h. 25. dan pekerjaan itu sendiri berpengaruh terhadap kualitas produktivitas seseorang. Produktivitas berasal dari kata productivity yang artinya product atau hasil, sehingga productivity dapat diartikan sebagai hasil atau kemampuan menghasilkan sesuatu. 32 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agar produktivitas pegawai meningkat maka pegawai harus menyukai pekerjaannya terlebih dahulu sehingga dapat memperoleh kepuasan dari pekerjaan tersebut. Sehingga terwujudnya rasa tanggung jawab, adanya kerjasama yang baik, serta lingkungan yang mendukung. 32 Hadari Nawawi, Administrasi Personel untuk Peningkatkan Produktivitas Kerja Jakarta, CV. Haji Masagung, 1990, h.97.