Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jama''ah Salafyyyah di Sumatera Utara)

(1)

SKRIPSI

INTERAKSI SOSIAL JAMA’AH SALAFIYYAH

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara)

Disusun oleh

Nama : Rais Zuwaradan

NIM : 050901012

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULATAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Dengan banyaknya perbedaan pemahaman dan pemikiran di kalangan masyarakat terutama di lingkungan akademis atau universitas dapat menciptakan berbagai macam pola prilaku di tengah-tengah kehidupan mahasiswa, tentunya hal itu berlaku juga bagi masyarakat perbedaan ini juga telah menciptakan suatu realisasi untuk membentuk suatu komunitas atau disebut juga sebagai kelompok sosial, dari sekian banyak kelompok sosial di lingkungan Universitas Jama’ah Salafiyyah sepertinya memberikan nuansa baru karena dari segi pola interaksinya jama’ah ini membawa simbolitas yang mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari.di samping itu juga peneliti tertarik mengkaji makna yang terdapat di dalam pola prilaku Jama’ah Salafiyyah. Hal ini sebenarnya bermaksud untuk melihat lebih jauh bagaimana sebenarnya keberadaan Jama’ah Salafiyyah di dalam berinteraksi dan apa tanggapan mahasiswa yangt lain di luar jama’ah ini terhadap keberadaan mereka.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriftif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap dilakukan secara mendalam, mendetail, dan kompeherensif. Lokasi penelitian adalah di Universitas Sumetera Utara dengan menspesialisasikannya di tempat-tempat biasa yang dijadikan sebagai tempat berkumpul oleh para informan, seperti di masjid dan musholla-musholla fakultas di universitas. Di dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah sebanyak tiga belas orang informan terdiri dari mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah dan mahasiswa yang bukan anggota Jama’ah Salafiyyah dan sesuai sesuai dengan karekteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan peneliti.

Dari hasil penelitian yang di lakukan terhadap informan yang dalam kasus ini adalah Jama’ah Salafiyyah. Ditemukan sebuah realitas sosial mengenai bagaimana Jama’ah Salafiyyah terbentuk. Peneliti ini menemukan gambaran bagaimana pola interaksi sosial yang berlangsung antar sesama Jama’ah Salafiyyah antara lain, mengenai bagaimana pola interaksi sosial (lokasi pertemuan), komunikasi, ikatan solidaritas kelompok, konflik dan reaksi mereka terhadap kelompok lain.selain pola interaksi, di temukan pula interaksi simbolis dalam Jama’ah Salafiyyah, dimana simbol-simbol yang mereka bawa adalah pencerminan dari tindakan sosial yang mereka terima dan yakini dari ajaran Salafiyyah. Interaksi simbolis ini lebih kepada penekanan makna nilai dan norma di antara sesama mereka dan dengan simbol ini tercipta pula kesenjangan bahkan konflik laten di antara Jama’ah Salafiyyah dengan mahasiswa lainnya.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ilahi Rabbi Alloh SWT,karena atas rahmat dan karunianya yang senantiasa menyertai penulis untuk dapat menyusun tugas akhir perkuliahan ini yaitu skripsi,yang berjudul Interaksi Sosial jama’ah Salafiyyah (studi kasus pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara).kemudian solawat serta salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW,yang mana beliau telah memberikan inspirasi tentang kesabaran dan kegigihan kepada penulis di dalam beraktivitas sehari-hari.Akhirnya penulis juga tidak lupa mencurahkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang tercinta, kepada sang ayah Ibnu Hamdani, yang senantisa mengutamakan anaknya dari dirinya sendiri,kepada sang Ibu Nur laila yang selalu kutanamkan dalam hidupku prinsip perjalanan hidupnya,yang kurindukan kasih sayang dan do’anya.kepada saudara ku abangda Lukman Hakim Lubis,yang selalu memberikan motivasi apa artinya hidup, kepada saudariku kakanda Afrida yanti lubis,yang senantisa memberikan nasehat kepada penulis.tentang pentingnya hidup dengan cinta, tanpa mereka penulis tidak bisa menatap masa depan dengan semangat hidup.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Sumatera Utara.Dalam penulisan ini, penulis banyak mengalami hambatan.hal ini di sebabkan oleh keterbatasan pengetahuan,pengalaman,dan materi penulisan.akan tetapi berkat kesabaran dan ketabahan diri dan juga dukungan penuh dari teman-teman dan sahabat yang selalu


(4)

memberikan motivasi dan sarana fasilitas di dalam menyelesaikian skripsi ini,dan atas dukungan itu semua penulis Alhamdulillah bisa menyelesaikan skiripsi ini. Memang

habislah sampah di tepi kali kalau disapu dengan sapu lidi..memang insaplah hamba dalam diri ternyata hidup ini tidak harus sendiri...selama dalam penulisan skripsi

ini,penulis banyak menerima bantuan,kritikan,saran,motivasi,serta dukungan dan do’a dari berbagai pihak,oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepda semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Diantara mereka yang berjasa ,menurut penulis yang disungguhi ucapan terimakasih adalah antara lain:

1. Bapak Prof.DR. M.Arif Nasution, MA.selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial Dan ilmu

politik,universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin Rangkuti, M.SI,selaku Ketua Departemen Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumetera Utara.

3. Ibu Dra. Rosmaini, M.Si sebagai dosen pembimbing penulis, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Dimana dengan begitu banyak kesibukan beliau masih sempat membimbing penulis dengan penuh keikhlasan,dengan meluangkan waktunya yang tersisa.

4. Kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik yang telah memberikan materi selama penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU.


(5)

6. Kepada Tulang Hasanuddin parinduri yang aku banggakan,Nantulang Mariani daulay teman bercerita, Bang Adi Umarto,Bang Rudi,Indra selaku teman satu kamar,Ade irma..yang selalu betingkah dirumah.he-he.

7. Kepada Ust. Drs. M.Said Luwib selaku sahabat dan sekaligus pembimbing rohani

penulis,yang selalu ada jika penulis membutuhkannya.

8. Kepada Bouk Maimunah sekeluarga yang selalu membantu penulis dalam kesulitan

di kota medan.

9. Kepada masyarakat sahabat sekampung di Hutanauli, kampung halaman yang

kuc intai di situ ada sungai danau kolam semoga tetap dalam keadaan aman dan tentram.

10.Kepada teman-teman di musholla ngeleseh group, ada Bang Dedeks Ardiansyah

Assalafiyyah, Zulkarnain Bancin Assyahwati, Andika Sahputera Assalfi, Ibnu Tawakkal yang Tsiqoh, Mirza Sembiring Assalafi, Jaka Pratama aktivis dari Khurosan, Saipul Arifin alias Cak Ipoel, Mas Suyadi Medok FC,dan buat adek-adek yang banyak membantu terutama Ikram ”Hamidich” Angkat, yang sudah banyak berkeluh kesah sama penulis, Riski Khoiri Albinjai, Afwan, Ismuhar Ramadhon, Haikal ada deh, Burhan, Purwanto, Ali,Alimul Hadi,Frie,dan banyak lagi, semoga semuanya tetap semangat.

11.Buat teman-teman Departemen Sosiologi, hampir lupa sama mereka, ada Ahmad

Jailani, Riana Ningrum, Katub,Tiara Lara Sati, Yanti, Ita, Muhammad Muhadi, Habibi, Anriand Hermad, Pridolin, Frengklin, Indra, Nia Ramadani, adek kelas Rian,


(6)

12.Buat seluruh informan penelitian terutama Jama’ah Salafiyyah yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berdiskusi dan mewawancarai mereka, semoga mereka tetap dalam kebaikan.

13.Kepada seluruh teman-teman Facebook Bung Lubis, yang senantiasa memberikan

komentar di dunia maya.

Di sini penulis telah mencurahkan segala kemampuan,tenaga,pikiran serta waktu dalam menyelesaikan skripsi ini, namun demikian penulis masih menyadari banyak kekurangan di dalamnya,oelh karena itu dengan segala kerendahan hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang sehat dan membangun dari para pembaca.Besar harapan penulis kiranya skiripsi ini dapat memiliki manfaat bagi pembaca.

Medan,11 Maret 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1Interaksi Sosial ... 9

2.2Tindakan Sosial... 12

2.3Interaksionalisme Simbolik ... 13

2.4In Group dan Out Group ... 16

2.4.1 In Group ... 16

2.4.2 Out Group ... 17

2.5Dakwah Jama’ah Salafiyyah ... 18

2.6Defenisi Konsep ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1Jenis Penelitian ... 23


(8)

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5Interpretasi Data ... 26

3.6Keterbatasan Penelitian ... 27

3.7Jadwal kegiatan Penelitian ... 28

BAB 1V DESKRIPSI LOKASI DAN INTRPRETASI DATA ... 29

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.2 Deskripsi Jama’ah Salafiyyah ... 31

4.3 Kelompok-kelompok Jama’ah Salafiyyah... 38

4.4 Dakwah Salafiyyah di Indonesia ... 40

4.5 Konflik Di Dalam Jama’ah Salafiyyah ... 43

4.6 Dakwah Salafiyyah di Kota Medan ... 45

4.7 Dakwah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara ... 49

4.7.1 Profil Informan Anggota Jama’ah Salafiyyah ... 54

4.7.1.1 Informan Kunci ... 54

4.7.1.2 Informan Biasa ... 68

4.7.2. Informan di Luar Komunitas Jama’ah Salafiyyah ... 77

4.8 Interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah Di Universitas Sumatera Utara... 84

4.8.1. Interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah di Berbagai Fakultas ... 87

4.8.1.1 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 87

4.8.1.2 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Ekonomi ... 89

4.8.1.3 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ... 91

4.8.1.4 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Sastra ... 92

4.8..1.5 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Teknik ... 93


(9)

4.8.2 Interaksi Simbolis Jama’ah Salafiyyah ... 95

4.9 Analisis Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah ... 97

4.10 Analisis Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah Di Universitas Sumatera Utara ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 106

5.1.Kesimpulan... 106

5.2.Saran. ... 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Jadwal Kegiatan ... 28


(11)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1 Kelompok Jama’ah Salafiyyah ... 40


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Denah Kampus USU ... 31


(13)

ABSTRAK

Dengan banyaknya perbedaan pemahaman dan pemikiran di kalangan masyarakat terutama di lingkungan akademis atau universitas dapat menciptakan berbagai macam pola prilaku di tengah-tengah kehidupan mahasiswa, tentunya hal itu berlaku juga bagi masyarakat perbedaan ini juga telah menciptakan suatu realisasi untuk membentuk suatu komunitas atau disebut juga sebagai kelompok sosial, dari sekian banyak kelompok sosial di lingkungan Universitas Jama’ah Salafiyyah sepertinya memberikan nuansa baru karena dari segi pola interaksinya jama’ah ini membawa simbolitas yang mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari.di samping itu juga peneliti tertarik mengkaji makna yang terdapat di dalam pola prilaku Jama’ah Salafiyyah. Hal ini sebenarnya bermaksud untuk melihat lebih jauh bagaimana sebenarnya keberadaan Jama’ah Salafiyyah di dalam berinteraksi dan apa tanggapan mahasiswa yangt lain di luar jama’ah ini terhadap keberadaan mereka.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriftif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap dilakukan secara mendalam, mendetail, dan kompeherensif. Lokasi penelitian adalah di Universitas Sumetera Utara dengan menspesialisasikannya di tempat-tempat biasa yang dijadikan sebagai tempat berkumpul oleh para informan, seperti di masjid dan musholla-musholla fakultas di universitas. Di dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah sebanyak tiga belas orang informan terdiri dari mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah dan mahasiswa yang bukan anggota Jama’ah Salafiyyah dan sesuai sesuai dengan karekteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan peneliti.

Dari hasil penelitian yang di lakukan terhadap informan yang dalam kasus ini adalah Jama’ah Salafiyyah. Ditemukan sebuah realitas sosial mengenai bagaimana Jama’ah Salafiyyah terbentuk. Peneliti ini menemukan gambaran bagaimana pola interaksi sosial yang berlangsung antar sesama Jama’ah Salafiyyah antara lain, mengenai bagaimana pola interaksi sosial (lokasi pertemuan), komunikasi, ikatan solidaritas kelompok, konflik dan reaksi mereka terhadap kelompok lain.selain pola interaksi, di temukan pula interaksi simbolis dalam Jama’ah Salafiyyah, dimana simbol-simbol yang mereka bawa adalah pencerminan dari tindakan sosial yang mereka terima dan yakini dari ajaran Salafiyyah. Interaksi simbolis ini lebih kepada penekanan makna nilai dan norma di antara sesama mereka dan dengan simbol ini tercipta pula kesenjangan bahkan konflik laten di antara Jama’ah Salafiyyah dengan mahasiswa lainnya.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Salah satu sifat alamiah manusia adalah kecendrungannya terhadap kehidupan bersama atau berkelompok , sehingga dapat dinilai kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya (Sunarto, 2004).

Banyaknya kelompok sosial mempunyai citra tersendiri di tengah masyarakat, karena dengan adanya kelompok sosial suatu penilaian di dalam masyarakat dapat diketahui keberadaannya, ditambah lagi masyarakat pun telah memiliki tanggapan dan penilaian tersendiri terhadap kelompok sosial yang ada di sekitarnya. Meskipun demikian, keberadaan kelompok sosial adalah sesuatu yang alamiah, yang tumbuh di tengah masyarakat itu sendiri, seperti institusi - institusi terendah dalam masyarakat yaitu keluarga hingga kepada institusi yang sifatnya membentuk kelembagaan sosial yang berorientasi pada kepentingan bersama dan cita-cita yang diinginkan sehingga banyak dijumpai di dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial dalam suatu orientasi kepentingan bersama, seperti Koperasi Unit Desa, Kelompok Tani, keluarga buruh dan sebagainya (Gunawan, 2007).


(15)

tinggi atau universitas. Di universitas berbagai kelompok sosial dijumpai, baik yang bersifat nasional, primordial maupun relijius (keagamaan). Kelompok sosial itu terbentuk sesuai dengan keinginan dan latar belakang mahasiswa yang memasukinya. Salah satu diantara kelompok sosial tersebut adalah Jama’ah Salafiyyah. Jama’ah Salafiyyah adalah suatu kelompok sosial keagamaan. Kelompok ini sudah berkembang di berbagai pendidikan terutama di perguruan tinggi atau universitas –universitas besar negara ini, salah satu di antaranya adalah Universitas Sumatera Utara (USU).

Universitas Sumatera Utara (USU), merupakan sebuah perguruan tinggi negeri yang terbesar di Sumatera Utara. Di dalamnya terdapat berbagai golongan dan kelompok sosial. Perangkat itu terdiri dari jajaran tenaga pengajar (dosen) dan pelajar (mahasiswa). Sehingga di universitas ini tumbuh berbagai organisasi dan kelompok sosial yang dipelopori oleh barisan dosen dan mahasiswa. Ditambah lagi masa peralihan Orde Baru ke Era Reformasi yang sangat menjunjung tinggi nilai demokrasi, keberadaan kelompok sosial di universitas ini semakin berkembang. Banyak juga kelompok sosial itu bersifat organisasi. Organisasi-organisasi yang terdapat di Universitas Sumatera Utara pada umumnya bersifat nasional dan primordial, akan tetapi belakangan ini organisasi yang bersifat religi (keagamaan) juga tumbuh di dalamnya seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Semua orientasi organisasi ini bergerak kepada struktur motivasi pendidikan mahasiswa yang dihiasi oleh norma dan nilai tersendiri di dalam organisasi tersebut (http//www organisasi pelajar.com /usu /kamis/7/2009

Di Universitas Sumatera Utara, Jama’ah Salafiyyah mengalami perkembangan. ).


(16)

luput dari latar belakang dari proses pencarian kebenaran dalam Islam, ditambah maraknya kajian-kajian agama di universitas pasca berakhirnya Orde Baru. Memasuki Era Reformasi, kebebasan berpendapat kembali digalakkan, baik melalui komunikasi sosial maupun agama. Dalam dunia pendidikan pun terjadi perubahan dalam mencari pengetahuan yaitu meningkatnya kebebasan dalam semua aspek horizontal pendidikan.

Gerakan ajaran Jama’ah Salafiyyah adalah berupa gerakan dakwah. Akan tetapi, dakwah Jama’ah Salafiyyah berbeda dari gerakan dakwah Islam lainnya. Ajaran Jama’ah Salafiyyah berorientasi pada pemurnian aqidah atau ajaran Islam, yang sesuai dengan kitab suci umat Islam yaitu Al Qur'an dan Hadist yang menurut mereka ajaran Islam sekarang sudah terlalu diperluas sehingga banyak bercampur dengan adat, budaya dan nilai yang datang dari luar agama Islam. Menurut Jama'ah Salafiyyah, kebanyakan ajaran Islam saat ini bukan ajaran Islam yang sebenarnya, melainkan telah dimasuki bid’ah (hal yang baru dalam agama) yang mengakibatkan pengkaburan pada ajaran Islam yang sebenarnya.

Jama’ah Salafiyah sangat berbeda dari kelompok Islam lainnya. Hal ini disebabkan karena latar belakang yang berbeda meskipun sepintas ada kemiripan dengan ajaran Islam lainnya, diantaranya adalah organisasi Muhammadiyah. Akan tetapi, dari segi latar belakang Jama’ah Salafiyyah sangat berbeda dari Muhammadiyah. Ajaran Jama’ah Salafiyyah sangat banyak dipengaruhi oleh ideologi Syekh Muhammad bin

Abdul Wahab1

1

Syekh Muhammad bin Abdl Wahab adalah pembaharu ajaran Islam abad ke-18 dari Najd, sekarang wilayah Arab Saudi. Lihat Syekh . Sedangkan Muhammadiyah lebih dipengaruhi oleh pemikiran Syekh Muhammad Abduh Jamaluddin Al Afgani dan Syekh Rasyid Ridho. Adapun kesamaan


(17)

kedua kelompok sosial ini adalah sama-sama memberantas penyakit TBS (tahayul, bid’ah, sesat) dalam masyarakat Islam. Tetapi belakangan diketahui orientasi pergeraka Muhammadiyah lebih kepada modernisasi, sedangkan Jama’ah Salafiyyah hanya pada orientasi nilai Islam (Sairin,1995: 21).

Perbedaan Jama’ah Salafiyyah dengan kelompok sosial lainnya sangatlah terlihat jelas terutama dari segi kehidupan sosial sehari-hari. Dari segi berbusana, mereka mempunyai penampilan yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Kaum pria identik dengan penampilan celana di atas mata kaki (celana gantung) dan memelihara jenggot. Sedangkan kaum wanita cenderung berpakaian lebar, dan berwarna gelap yang menutupi seluruh tubuh. Disamping itu, ada juga diantaranya yang mereka yang memakai cadar (menutup sebagian wajah). Perbedaan ini tampak sangat bertolak belakang dengan cara berpakaian masyarakat pada umumnya. Dari sinilah tampak jelas perbedaan Jama’ah Salafiyyah dari komunitas lainnya. Dan dari segi pergaulan mereka lebih cendrung bergaul sesama mereka (satu jama’ah).

Pergaulan dan komunikasi Jama'ah Salafiyyah terasa lain bahkan asing, karena sikap dan tingkah laku mereka yang dibalut oleh nilai religi (norma agama) berupa praktik keagamaan yang masih asing bagi masyarakat Islam lainnya, terutama masyarakat awam. Dari sinilah terjadi kesenjangan antara Jama'ah Salafiyyah dan komunitas umat Islam lainnya.


(18)

Secara historis, Jama’ah Salafiyyah masuk ke Indonesia pada tahun 80-an,

meskipun ada sebagian sejarawan mengatakan pada abad ke-182

Keberadaan Jama’ah Salafiyyah di dunia pendidikan khususnya di universitas mempunyai corak ragam tersendiri karena bagaimanapun kelompok sosial ini harus bisa berdampingan dengan kelompok sosial lainnya melalui interaksi dan pendekatan sosial. Namun keberadaan Jama’ah Salafiyyah selalu mempunyai masalah dengan komunitas lainnya. Sehingga nampak seakan menciptakan kesenjangan dalam hubungan sosial. . Tetapi secara resmi, Jamaa’ah Salafiyyah masuk ke Indonesia pasca kemerdekaan, bersamaan dengan dibukanya Lembaga Pengkajian Bahasa Arab (LPBA) di Jakarta. Belakangan lembaga ini berganti nama menjadi Lembaga Ilmu Islam dan Sastera Arab (LIPIA), yang dibiayai oleh pemerintah Arab Saudi. Melalui lembaga inilah diperkenalkan pemikiran-pemikiran ulama dari Arab Saudi yang beraliran Salafi Wahabi. LIPIA merupakan cabang dari Universitas Muhammad Ibnu Saud di Riyadh, Arab Saudi. Universitas Muhammad Ibnu Saud membuka cabang ketiga di Jakarta setelah sebelumnya di Djibuti (Pakistan) dan Mauritania atas persetujuan pemerintah Indonesia (Iqbal M, 2008).

Pembukaan cabang ketiga di Indonesia ini terkait dengan gerakan penyebaran ajaran Wahabi yang berwajah Salafi ke seluruh dunia yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi pasca melonjaknya harga minyak dunia pertengahan 1970-an. Ajaran Salafi ini pun berkembang di Indonesia hingga sekarang. Perkembangannya diawali dari dunia pendidikan yang berkembang ke berbagai universitas. Hal ini juga didukung oleh banyaknya guru-guru Salafi yang bersentuhan dengan dunia pendidikan.

2


(19)

Beberapa kasus yang terdapat di berbagai daerah yang menunjukkan penolakan terhadap Jama’ah Salafiyyah seperti pembakaran pesantren Salafi di Nusa Tenggara Barat, dokrin Wahabi dan sebagainya. Begitu juga di universitas, meskipun jama’ah ini berkembang di dunia pendidikan, akan tetapi masih ada komunitas dalam dunia pendidikan yang melarang kajian Jama’ah Salafiyyah seperti yang terjadi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kasus-kasus ini menunjukkan adanya penolakan terhadap Jama’ah Salafiyyah.

Ajaran Salafiyyah sebenarnya bukanlah hal yang asing di tengah masyarakat. Istilah Salafiyyah sebenarnya sudah banyak dikenal masyarakat Islam terutama pada masyarakat santri (pelajar Islam), walau hanya sebatas pemahaman bukan pada ajaran. Di kalangan masyarakat NU (Nahdatul Ulama) sistem pendidikan Islam klasik (pondok pesantren) disebut sebagai pendidikan Salafi karena merujuk kepada metode pendidikan terdahulu. Oleh karena itu istilah Salafi hanya masyarakat santrilah kebanyakan yang tahu, sedangkan masyarakat awam tidak begitu mengetahui istilah itu. Mereka lebih mengetahui istilah santri, kiyai, ustads sebagai orang yang paham akan ajaran agama.

Kaum Wahabilah yang mempopulerkan istilah Jama'ah Salafiyyah sebagi gelar untuk golongannya. Hal ini disebabkan istilah Wahabi sudah banyak tidak disenangi oleh sebagian besar masyarakat Islam3

3

. Dapat dilihat dari berbagai kegiatan agama yang mereka lakukan selalu membawa nama Salafiyyah, baik itu yang bersifat pendidikan, pola tingkah laku, maupun dalam bentuk karya-karya ilmiah mereka (http//:www.salafimodern.com/diakses 01/12/2009).


(20)

Perkembangan Jama’ah Salafiyyah dapat dikatakan meningkat dari tahun ketahun, terutama di Universitas Sumatera Utara. Banyaknya jumlah mahasiswa yang mamasuki ajaran Salafiyyah pada setiap rutinitas dakwah yang mereka adakan menjadi indicator penting untuk melihat peningkatan ini. Ada daya tarik tersendiri yang mereka berikan. Mereka mampu menjelaskan agama dengan pola berpikir yang masuk akal namun tidak menyalahi aturan agama yang ada. Dari segi pola tingkah laku, mahasiswa yang mengikuti ajaran Salafiyyah dapat dilihat banyak yang berubah terutama dari segi tingkah laku, berbusana dan nilai-nilai kesehariannya. Sehingga dari satu sisi dapat menciptakan kesenjangan bagi komunitas mahasiswa lainnya. Dari sinilah penulis tertarik meneliti tentang pola interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah, khususnya di Universitas Sumatera Utara (USU).

1.2Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah yang akan diangkat adalah

1. Bagaimana interaksi sosial antar sesama mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara ?

2. Bagaimanakah interkasi sosial mahasiswa Jama’ah Salafiyyah dengan

mahasiswa yang bukan anggota Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara ?


(21)

1.3Tujuan Penelitian

Di dalam sebuah penelitian, memang membutuhkan cara pandang tujuan. Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara detail pola interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah, khususnya Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Sosiologi, serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kajian ilmiah bagi penulis dan mampu juga sebagai referensi dan rujukan penelitian yang terkait di dalam penelitian ini.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan motivasi bagi peneliti untuk mendalami tentang metode penelitian sosial, serta menerapkan prinsip-prinsip ilmiah yang ada dalam ilmu sosiologi.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Sosial

Salah satu karakteristik pribadi manusia adalah mempunyai naluri untuk melakukan interaksi sesamanya semenjak dia dilahirkan di dunia. Sehingga boleh dikatakan, interaksi sesama manusia sudah menjadi keharusan dan kebutuhan. Dengan memenuhi kebutuhan tersebut, ia juga mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang lain. Boleh disimpulkan tanpa interaksi dengan manusia lain, manusia tidak akan dapat bertahan hidup. Menurut Gillian dan Gillian(dalam Soerjono Soekanto, 1984 : 498) interaksi sosial adalah merupakan sebagai hubungan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam Sosiologi. Istilah tersebut secara kontak timbal balik atau interstimulasi dan respons antara individu-individu dan kelompok. Dalam interaksi sosial mempunyai ciri-ciri antara lain :

1. Pelaku interaksi lebih dari seorang, biasanya berjumlah dua, tiga atau lebih; 2. Komunikasi antar pelaku juga kerap menggunakan simbol- simbol;

3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung; dan

4. Mempunyai suatu tujuan tertentu.

Menurut Kimbal Young dan Raymond W Mark (dalam Soekanto,1982: 58) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena tanpa interaksi, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dalam interaksi yang


(23)

dilakukan oleh manusia mempunyai syarat- syarat agar interaksi terjadi dengan baik, yaitu :

1. Kontak

2. Komunikasi

Kontak pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok agar mempunyai makna bagi pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Penangkapan makna tersebut yang menjadi pangkal tolak untuk memberikan reaksi. Kontak dapat terjadi secara langsung melalui gerak dari fisikal organisme (action

of physic organism). Misalnya melalui melalui pembicaraan, gerak, isyarat dan dapat pula

secara tidak langsung. Misalnya melalui tulisan atau bentuk-bentuk komunikasi jarak jauh, seperti telepon, chatting dan sebagainya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Alvindan Helen Gouldner dalam Taneko (1990 : 110), interaksi adalah suatu aksi dan reaksi di antara orang-orang, jadi tidak mempedulikan secara berhadapan muka secara langsung ataukah melalui simbol-simbol seperti bahasa, tulisan, tingkah laku, pakaian dan sebagainya. Semuanya itu tercakup di dalam konsep interaksi, selama hubungan itu mengharapkan adanya satu atau lebih bentuk respons.

Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung. Terjadi kontak belum berarti telah ada komunikasi, karena komunikasi itu timbul apabila seseorang indivdu memberi tafsiran pada perilaku orang lain. Dengan tafsiran itu, lalu seseorang itu mewujudkan dengan perilaku tadi dimana perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain.

Sehubungan dengan komunikasi, Schlegd berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang dapat bergaul dengan dirinya sendiri, menafsirkan makna-makna,


(24)

objek-objek di dalam kesadaran dan memutuskan bagaimana ia bertindak secara berarti sesuai dengan penafsiran itu (Taneko, 1990 : 75). Nyatalah bahwa komunikasi merupakan proses berlangsungnya interaksi sosial secara nyata.

Oleh karena itu, dalam Jama’ah Salafiyyah perlu adanya komunikasi, komunikasi diantara sesama jama’ah maupun di luar golongannya, didalam mengajarkan ajaran agama Islam, komunikasi merupakan esensi yang terpenting dalam mengembangkan ajaran Islam karena komunikasi merupakan jembatan penghubung di dalam melaksanakan kebutuhan dalam kehidupan, komunikasi dakwah Salafiyyah bermaknakan amar ma’ruf nahi mungkar (perintah mengerjakan kebaikan dan mencegah keburukan) yang sesuai landasan Al-quran dan Sunnah. (Rahmat,65:2005) proses sosialisasi dakwah Salafiyyah didukung oleh komunikasi yang relepan di antara sesamanya dan diluar golongannya,sehingga perkembangannya cenderung terjadi karena bersentuhan langsung dengan Jama’ah Salafiyyah.

Komunikasi dakwah Salafiyyah juga berbentuk tidak langsung seperti banyaknya buku-buku Salafi yang beredar di tengah masyarakat, mencontohkan perilaku-perilaku Islam di tengah masyarakat, seperti halnya yang terdapat dalam Jama’ah Salafiyyah FISIP Universitas Sumatera Utara mereka berbeda dari mahasiswa lainnya, baik dari segi berpakaian maupun dari segi pergaulan. Mereka lebih betah di musholla dari pada bergaul sebagaimana mahasiswa FISIP pada umumnya, seperti nongkrong di kantin di DPR (di bawah pohon rindang). Sepintas dilihat prilaku mereka cendrung tertutup dari luar akan tetapi di musholla mereka selalu menjalin komunikasi dengan komunitas atau mahasiswa lainnya.


(25)

2.2 Tindakan Sosial

Tindakan sosial adalah tindakan individu atau seseorang yang bertindak yang mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 2007). Menurut Max Weber, metode yang bisa digunakan untuk memahami arti-arti subjektif tindakan sosial seseorang adalah dengan verstehen. Istilah ini tidak hanya sekedar merupakan intropeksi yang cuma bisa digunakan untuk memahami arti subjektif tindakan diri sendiri, bukan tindakan subjektif orang lain. Sebaliknya, apa yang dimaksud Weber dengan verstehen adalah kemampuan untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu (Johnson, 1986:216).

Max Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat. Keempat jenis tindakan social itu adalah :

1. Rasionalitas instrumental. Disini tindakan sosial yang dilakukan seseorang dilakukan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya, seorang anak pensiunan pegawai negeri golongan tiga memutuskan kuliah di perguruan tinggi negeri atau memilih kuliah di program diploma karena menyadari tidak memiliki biaya yang cukup untuk masuk kuliah.

2. Rasionalitas yang berorientasi nilai. Sifat rasional tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan


(26)

nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Artinya, nilai itu merupakan nilai akhir bagi individu yang bersangkutan dan bersifat non-rasional sehingga tidak memperhitungkan alternatif. Contoh tindakan jenis ini adalah seorang yang beribadah.

3. Tindakan tradisional. Dalam tindakan jenis ini seorang memperlihatkan

perilaku tertentu karena kebiasaannya yang diperoleh dari nenek moyang tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Contohnya, sebuah keluarga di kota yang melaksanakan syukuran karena pindah rumah tanpa tahu dengan pasti apa manfaatnya.

4. Tindakan afektif. Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa

refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya, seorang yang menangis tersedu-sedu karena sedih atau seseorang yang gemetar dan wajahnya pusat pasi karena ketakutan.

Max Weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial ini yang merupakan tipe ideal dan jarang bisa ditemukan di dalam kenyataan. Namun biar bagaimana pun, untuk mengetahui arti subjektif dan motivasi individu yang bertindak, yang diperlukan adalah kemampuan untuk berempati pada peranan orang lain.

2.3 Interaksionisme Simbolik

Diantara berbagai pendekatan yang digunakan di dalam menanggapi interaksi sosial masyarakat, pendekatan interaksionalisme simbolik juga di jumpai di dalam


(27)

kehidupan masyarakat,pendekatan ini bersumber dari pemikiran George Herbert Mead, menurut Mead (dalam Sunarto,50:2004) simbol merupakan sesuatu yang dinilai atau maknanya di berikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya, makna simbol hanya dapat di tangkap melalui cara non-sensoris.

Makna interaksionalisme simbolik bisa dipahami bagi mereka yang paham dan mengerti peranan simbol yang dibawa atau yang diartikan dengan sendirinya. Menurut Blumer (dalam Sunarto,50:2004) pokok pikiran interaksionalisme simbolik ada tiga yaitu pertama, adalah manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya, artinya seseorang yang memahami suatu benda atau simbol sesuai dengan pemahaman yang ia ketahui dari dirinya. Sebagai contoh, pandangan seorang penganut agama Hindu terhadap seekor sapi akan berbeda dengan pandangan seorang penganut agama Islam karena bagi masing-masing orang tersebut sapi mempunyai makna yang berbeda. Mungkin saja bagi orang Hindu sapi merupakan binatang suci yang dilindungi dan dipelihara, tetapi bagi umat Islam sapi merupakan hewan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan terutama untuk konsumsi. Kedua,makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya, yaitu suatu simbol yang lahir dari pikirnya berasal dari hubungan sosial di antara sesamanya. Sebagai contoh adalah seseorang yang berpakaian hitam dipandang sebagai orang yang bersedih atau berbela sungkawa, warna merah cendrung diartikan wujud keberanian dan sebagainya. Yang ketiga adalah makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process) yang digunakan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Maksudnya di sini adalah seseorang tidak menerima begitu saja apa yang dilakukan orang lain terhadap


(28)

dirinya, melainkan ia tafsirkan lebih dahulu maksud dari perbuatan tersebut. Sebagai contoh, apakah seseorang akan menanggapi dengan baik ucapan ”assalamu’alaikum atau selamat pagi !”. Misalnya hal itu tergantung pada penafsirannya apakah si pemberi salam tersebut berniat baik atau buruk.

Interaksi simbolik mempunyai makna tersendiri yang dapat didefenisikan menurut situasi dan kondisi. Dalam situasi dan kondisi itu dapat kita pahami interaksi yang sedang berlangsung. W.I. Thomas (1968) mendefenisikan situasi sebagai suatu tindakan seseorang yang didahului suatu tahapan penilaian dan pertimbangan atau proses seleksi rangsangan dari luar. Dalam proses ini orang yang bersangkutan akan memberi makna pada rangsangan yang diterimanya. Thomas juga membedakan dua macam defenisi situasi, yaitu defenisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu dan defenisi situasi yang dibuat oleh masyarakat (Kamanto,2004).

Disamping defenisi ini, dalam interaksi sosial hal yang juga perlu diperhatikan menurut Hall (dalam Kamanto,2004) tidak hanya memperhatiakan komunikasi atau apa yang dikatakan oleh orang lain, tetapi tindakan yang dilakukannya perlu juga diperhatikan. Hal ini disebut sebagai komunikasi non-verbal atau bahasa tubuh. Komunikasi dilakukan secara sadar. Dalam sosiologis dinamakan kinesicks (bahasa isyarat atau tubuh), lebih jauhnya dapat dikatakan dalam gerakan tubuh yang dilakukan oleh seseorang terdapat makna yang perlu untuk dipahami.


(29)

2.4 In Group dan Out Group 2.4.1 In Group

Kemunculan gerakan Salafi berbeda dengan gerakan umat Islam lainnya. Di dalam kelompok ini terdapat larangan sebagaimana perintah terhadap umat Islam lainnya, sehingga dengan sebab inilah Jama’ah Salafiyyah tidak pernah berbaur dengan Umat Islam lainnya, dalam hal keagamaan atau hal lain yang bersifat ibadah. Seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj yang selalu diadakan masyarakat Indonesia. Namun Jama’ah Salafiyyah menganggap hal tersebut sebagai sebuah penambahan dalam syariat Islam. Dan setiap penambahan dalam syariat dipandang sebagai bid’ah meskipun sudah diakui ulama-ulama Islam terdahulu.

Orientasi dakwah kelompok Jama’ah Salafiyyah adalah berdasarkan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai agama Islam yang kerap mereka namakan sebagai sunnah rasul. Kehidupan kelompok ini selalu mengutamakan sunnah rasul, baik dalam bertingkah laku dan interaksi sehari-hari. Mereka pun memiliki figur ulama tersendiri yang mereka anggap mampu memahami ajaran Islam secara baik. Jama’ah Salafiyyah anti terhadap ulama yang berpikiran sufi dan filsafat, karena menurut mereka ajaran sufi dan filsafat bukan dari ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan ulama-ulama yang ada di Indonesia, yang kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh pemikiran sufi dan filsafat-filsafat Islam (Zainu Jamil, 2006).

Kehidupan Jama’ah Salafiyyah sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Keislaman yang mereka pahami dari berbagai ulama dan syekh di Timur Tengah. Diantaranya adalah Syekh Ibnu Taimiyah (728), Az Zahabi (748), Ibnu Qayyim (751), Ibnu Katsir (774), Muhammad bin Abdul Wahhab (1206) dan sejumlah murid dan pengikutnya di


(30)

saat sekarang ini, seperti Syekh Abdul Azis bin Baz (ketua perkumpulan ulama Arab Saudi), dan Muhammad Nashiruddin Al Albani, seorang imam hadis abad 20 yang berasal dari Yordania. Figur-figur ulama inilah yang mereka jadikan panutan dalam memahami ajaran Islam. Adapun ulama yang tidak sejalan dengan pemikiran ulama-ulama tersebut, mereka cenderung menghindarinya.

Dalam Jama’ah Salafiyyah, penyatuan kelompok sosial didasarkan pada ideologi dan pemahaman yang sama, dalam memahami ajaran Islam. Kelompok ini tidak berbentuk organisasi, akan tetapi lebih kebada kesamaan ideologi atau mazhab. Dari sinilah timbul interaksi dalam kehidupan bersama, hingga membentuk kelompok untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu pengikut salafus assoleh (orang-orang saleh terdahulu) di dalam Islam.

Di kalangan Jama'ah Salafiyyah ada anggapan bahwa merekalah generasi penerus risalah nabi dan para sahabatnya setelah banyaknya perbedaan pemahaman agama di kalangan umat Islam. Adapun metode yang mereka ambil adalah dengan jalan menelaah (meneliti) hadis-hadis Rasul secara valid atau shahih. Berangkat dari sinilah mereka berdalil dan mengamalkan ajaran Islam, baik yang bersifat aqidah, fiqih dan sunnah-sunnah lainnya.

2.4.2.Out Group

Keberadaan Jama’ah Salafiyyah dipandang oleh komunitas lain dari umat Islam sangatlah berbeda. Bagi umat Islam lainnya, Jama’ah Salafiyyah mempunyai sejarah tersendiri. Kelompok ini dipandang radikal dan anti mazhab dari imam yang empat (mazhab dalam Islam). Kelompok yang dipelopori oleh Syekh Muhammad bin Abdul


(31)

Wahhab ini dipandang berbeda dari ajaran umat Islam terdahulu yang cenderung mengambil mazhab dalam penerapan nilai dan norma ajaran Islam. Seperti komunitas Nahdatul Ulama (NU), NU menganggap Jama’ah Salafiyyah yang sekarang ini bukan Jamaa’ah Salafiyyah yang sebenarnya, akan tetapi lebih kepada ajaran lain di luar Islam itu sendiri, sehingga peseberangan ini membuat banyaknya perbedaan dalam tubuh umat Islam (Sirajuddin, 2002).

Komunikasi Jama’ah Salafiyyah pun sangatlah tidak bisa masuk kepada jama’ah Islam lainnya, karena dipandang sangat keras dan berseberangan dengan ajaran Islam di masa awal. Dari sinilah kenapa Jama’ah Salafiyyah sangat sulit untuk dimasuki oleh masyarakat awam. Jama’ah Salafiyyah pun sebenarnya dipengaruhi oleh pemahaman mereka sendiri terhadap nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat awam yang tidak paham cenderung memvonis mereka kepada islam yang pembawaannya radikal, Sebagian dikalangan mahasiswa menyebut mereka idiealis karena sangat menolak kebenaran yang berasal dari luar sumber intisari agama islam,baik berupa budaya,busana dan prilaku sehari-hari.

2.5 Dakwah Jama’ah Salafiyyah

Dakwah Jama’ah Salafiyah adalah salah satu bentuk komunikasi kaum salafi untuk mengajak dan menyeru umat Islam kepada ajaran agama Islam. Berbeda dari komunikasi dakwah Islam lainnya, Jama’ah Salafiyyah juga mencontohkan ajaran Islam lainnya. Jama’ah Salafiyyah juga mencontohkan ajaran Islam dari segi tingkah laku, pakaian dan karakteristik muslim lainnya. Artinya, dakwah Islam bukan hanya sekadar


(32)

ucapan, akan tetapi lebih kepada pengaplikasian sehari-hari sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW (Zainu, 2006).

Tujuan dari dakwah Salafiyyah adalah pemurnian ajaran Islam yang menurut mereka Islam sudah ternodai oleh budaya, pemikiran dan kebiasaan yang terdapat di dalam masyarakat, sehingga dipandang bid’ah dari sudut pandang agama. Pada dasarnya komunikasi dan interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah dengan masyarakat adalah hal yang bersifat biasa. Akan tetapi, karena suatu pola tingkah laku yang ada pada masyarakat tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, baik ia bersifat wajib maupun yang diharuskan, yang pada akhirnya mereka sering menghindarinya. Di sinilah kadang kala sering terjadi muncul masalah dalam kehidupan mereka di tengah masyarakat terutama dalam hal interaksi.

Meskipun demikian, bagaimana pun Jama’ah Salafiyyah adalah kelompok dakwah Islam Yang memiliki cara sendiri di dalam melakukan pendekatan melalui interaksi sosial kepada masyarakat di sekitarnya (Abdullah Zein , 2007).

Secara historis, dakwah Salafiyyah mulai terasa di Indonesia pada tahun 80-an meskipun sebelumnya sudah ada ustads Salafi, tetapi belum berbentuk lembaga, masih berbaur dengan ustads/muballigh Islam lainnya seperti ulama-ulama pembaharu dari Minangkabau antara lain DR. HAMKA, Mohammad Natsir, Jamaluddin dan sebagainya. Dakwah salafi mulai melembaga setelah kedatangan Ustads Ja’far Umar Thalib dari Timur Tengah ke Indonesia sekaligus pengasuh Pesantren Assunnah di Jawa Timur (Abdullah , 2008).

Dari sinilah dakwah Salafiyyah berkembang ke kota-kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Kota Medan. Di kota ini, dakwah Salafiyyah sangat berkembang


(33)

pesat, ditambah lagi kondisi masyarakat Kota Medan sangat demokratis dalam menilai perbedaan kelompok/golongan, sehingga kelompok sosial kerap tumbuh dan berkembang di kota ini.

2.6Defenisi Konsep

1. Kelompk sosial

Kelompk sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga daripadanya terdapat pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka.

2. Interaksi sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok

3. Organisasi

Organisasi adalah kesatuan individu dalam kelompok sosial yang mempunyai tujuan dan visi misi untuk melakukan dan mewujudkan kepentingan bersama.

4. Jama’ah

Jama’ah adalah suatu kalimat yang berasal dari bahasa Arab yaitu al-jama’I yang artinya banyak dan berkumpul jama’ah disini diartikan sebagai suatu kelompok yang diikat oleh nilai yang berlandaskan agama dan memiliki tradisi sendiri dalam kelompoknya.


(34)

5. Jama’ah Salafiyyah

Jama’ah Salafiyyah adalah kelompok sosial agama/ golongan yang terdapat dalam agama Islam yang merujuk pada jalan orang-orang salaf.

6. Salafi

Salafi dalam kaidah berasal dari kata al salaf yang berarti orang-orang yang mendahului, atau orang-orang terdahulu. Di sini yang bermakna orang-orang soleh, yang mengikuti metode dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Atau secara terminologis adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya:

“ Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) dimasa ku kemudian yang mengikuti mereka (H.R. Bukhari Muslim). Berdasarkan hadis ini, maka yang

dimaksud dengan as salaf adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW, kemudian ulama-ulama yang mengikutinya (Ikhsan , 2006).

7. Bid’ah

Bid’ah adalah tradisi yang muncul dalam masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan agama namun tidak memiliki sumber yang jelas dalam Al Qur’an dan sunnah.

8. Sunnah

Sunnah adalah segala perbuatan, ucapan, dan tingkah laku yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW (Rifai , 1978).

9. Dakwah


(35)

10.Syariah

Syariah adalah peraturan dan hukum bagi umat Islam yang diatur dalam Al Qur’an dan sunnah serta pedoman umat Islam dalam kehidupan.

11.Manhaj

Manhaj merupakan pemahaman tentang agama islam yang berupa idiologi atau mazhab.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan,mencari dan menganalisa fakta-fakta mengenai suatu masalah dengan menggunakan suatu metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya (objektif dan valid) mengenai masalah alam dan sosial.

Adapun bentuk dari penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan dengan menggunakan penjabaran analisis kasus. Studi kasus adalah tipe penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan scara mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal, 1995: 22). Studi kasus dapat juga didefenisikan sebagai suatu metode yang dipergunakan dalam penelitian ilmu sosial, memberikan penekanan pada pengumpulan data mengenai sebagian atau seluruh unsur kehidupan seseprang atau suatu kelompok maupun hubungannya dengan pihak-pihak lain dalam situasi sosial atau budaya tertentu.Nazir(1992:66) mendefenisikan bahwa penelitian kasus(case study) adalah penelitian yang berkenaan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personlitas.

Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat-sifat kasus di atas akan di jadikan suatu hal yang bersifat umum.


(37)

3.2Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi tempat lokasi penelitian ini adalah di sekitar Universitas Sumatera Utara(USU), alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena ingin mengetahui keberadaan Jama'ah Salafiyyah di universitas ini ditambah lagi banyaknya jama'ah ini yang berasal dari kalangan mahasiswa yang ikut mengikuti kajian (pendidikan) salafiyyah yang dilakukan di musholla-musholla Universitas Sumatera Utara(USU).

3.3Informan Penelitian 1. Unit Analisis

Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah Jama’ah Salafiyyah yang aktif dalam pengajian Jama’ah Salafiyah.

2. Informan

Adapun sebagai informan yang dicari dalam penelitian ini adalah

1) Informan dari kalangan mahasiswa senior yang aktif dalam pengajian Jama’ah Salafiyyah dengan kriteria : telah megikuti pengajian Jama’ah Salafiyyah lebih dari empat tahun, dan ustads atau guru yang memberikan pengajian dalam Jama’ah Salafiyyah.

2) Informan yang bukan dari kalangan mahasiswa, yang aktif dalam pengajian

rutinitas Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara, atau yang mengikuti pengajian Salafiyyah pada tahap awal, dan simpatisan yang mengetahui dakwah Salafiyyah.


(38)

3) Informan yang bukan dari kalangan mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah, atau mahasiswa yang mengenal Jama’ah Salafiyyah tetapi tidak mengikuti pengajian Jama’ah Salafiyyah.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara objektif (Mallo, 1990 :109). Data penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

a. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya yang diteliti (Bungin, 2008).

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan


(39)

sosial yang relatif lama. Dengan demikian kekuasaan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

2.Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Metode dokumentasi yang diterapkan ialah dengan cara mengumpulkan bahan, data literatur dan tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode penelitian yang digunakan adalah studi dokumentasi, yaitu pengamatan terhadap gejala-gejala objek yang diteliti dengan menggunakan dokumen, buku dan majalah.

3.5Interpretasi Data

Bogdan dan Biklen (Maleong, 2006 : 248) menjelaskan bahwa interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola apa yang penting dan pola apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Data yang diperoleh terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan objektivitas dan relevansi dengan masalah yang diteliti. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan interpretasi data yang mengacu pada tinjauan pustaka. Kemudian, hasil observasi diuraikan dan dinarasikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data secara keseluruhan.


(40)

3.6Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini di sebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis untuk melakukan penelitian ilmiah,terutama dalam hal metodologi penelitian(teknik wawancara),di samping itu adanya keterbatasan buku atau referensi mengenai teori interaksi mengenai teori interaksi dan tindakan sosial menyebabkan kurang lengkapnya sajian penulis di dalam menganalisis data.

Kendala yang lain adalah kurangnya waktu di dalam meneliti informan disebabkan keterbatasan waktu luang mereka.terkadang mereka disibukkan dengan dengan hal-hal akademik,keluarga serta mata pencaharian yang mereka usahakan dari sinilah terkadang peneliti mengusahan waktu yang sedikit dengan semaksimal mungkin.


(41)

(42)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kampus Universitas Sumatera utara terletak di Jalan Letjend. Jamin Ginting Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kampus ini berdiri sejak tahun 1957. Sebelumnya beberapa fakultas di lingkungan USU menggunakan sejumlah gedung yang tersebar di kota Medan termasuk di antaranya berlokasi di Jalan Seram, Jalan Cik Di tiro, Jalan Sempali, dan Jalan Ghandi. Kampus Padang Bulan yang awalnya berada di pinggiran kota, kemudian dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada di tengah-tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100Ha yang berada di tengahnya.

Universitas Sumatera Utara dapat dicapai dengan mudah baik dari pusat kota maupun dari bandar udara. Jarak kampus dengan kota (Lapangan Merdeka) sekitar 15 km yang dapat ditempuh dengan menggunakan taksi selama 20 menit atau dengan angkutan kota sekitar 30 menit. Jarak kampus dengan bandara Polonia sekitar 6 km dan dapat ditempuh dengan menggunakan taksi sekitar 15 menit.

Jumlah mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam satu dekade terakhir, lebih dari 30.000 orang tahun 2007, dan diperkirakan akan terus meningkat dua kali lipat pada tahun 2020. Dari segi kuantitas ini telah membuat pihak universitas untuk menyediakan berbagai fasilitas kebutuhan mahasiswa di universitas.

Berbagai fasilitas penunjang kegiatan mahasiswa di dalam kampus ini untuk mendorong minat dan belajar mahasiswa tersebut. Di samping kegiatan akademik


(43)

mahasiswa USU juga mempunyai pusat kelembagaan pers mahasiswa Suara USU, dan banyak unit kegiatan mahasiswa lainnya. Hal itu membuktikan mahasiswa USU mempunyai kreativitas yang tinggi di dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) nya. Begitu juga dengan pergerakan-pergerakan sosial. Hampir 50 persen mahasiswa berada dalam komunitas atau kelompok sosial (organisasi) sebagai sarana pengembangan diri, baik untuk dunia kampus maupun pendidikan. Akan tetapi tidak sedikit juga yang mencari pengembangan diri di luar kampus sebagai bagian dari usaha mencari ilmu pengetahuan lebih seperti ilmu agama. Salah satu diantaranya adalah Jama’ah Salafiyyah Universitas Sumatera Utara. Pada dasarnya mereka hanyalah bagian dari mahasiswa biasa, akan tetapi dengan banyaknya minat mahasiswa USU terhadap kajian Salafiyyah telah mendorong berdirinya komunitas kajian Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara.(ww.usu.ac.id/kamis/17/2009)

Kegiatan dakwah Salafiyyah dipusatkan di masjid dakwah USU yang berada Jalan DR. Mansur. Kegiatannya juga diadakan di lingkungan kampus USU seperti musholla Fakultas Teknik yang kegiatan pengajiannya ditangani oleh Forum Silaturrahmi (FORSIL) Salafi yang beranggotakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.


(44)

Denah Kampus USU

4.2 Deskripsi Jama’ah Salafiyyah

Munculnya gerakan dakwah Jama'ah Salafiyyah sebenarnya dilatarbelakangi oleh terjadinya masa pembaharuan besar-besaran di dunia Islam. Persentuhan dengan


(45)

budaya sosial di luar Islam yang didorong oleh kebangkitan bangsa Eropa atau dunia barat di Perancis khususnya dan juga masih banyak praktik-praktik budaya sosial pegaisme yang masih mengakar dan membudaya di tengah masyarakat. Harun Nasution membagainya dalam periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (yang dimulai tahun 1800 M). Ia mengakui bahwa ide-ide pembaharuan Islam sudah mulai muncul bahkan sejak sebelum Islam memasuki periode modern. Dalam masa pra modern inilah beberapa usaha dan pemikiran terjadi diseputar pembaharuan Islam, antara lain :

1. Pembaharuan Kerajaan Turki Utsmani

Pembaharuan di kerajaan Turki Utsmani lebih kepada modernisasi, yaitu adanya persentuhan dengan bangsa-bangsa Eropa. Kekalahan yang terjadi pada abad ke-17, telah mendorong para pemuka kerajaan untuk menyelidiki rahasia keunggulan lawan mereka. Kemudian kerajaan Turki Utsmani melakukan penelitian ke Eropa untuk melihat lebih dekat perubahan yang terjadi. Hasil dari penelitian ini telah mendorong Sultan Mehmed III (1703-1730) yang pada waktu itu berkuasa memulai pembaharuan besar-besaran di kerajaan Turki Utsmani.

2. India

Di india juga terjadi pembaharuan oleh pemuka agama. Pembaharuan ini didorong oleh kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan dan bercampurnya budaya terhadap agama. Syekh Waliulloh (1703-1762) yang terlahir dari kalangan Islam Sufi menjadi tokoh utama dalam usaha pembaharuan ini. Waliulloh juga beranggapan bahwa sistem pemerintahan umat


(46)

Islam harus dikembalikan berdasarkan kekhalifahan yang lebih mendekati demokrasi dan menjunjung tinggi pendapat musyawarah.

3. Arabia

Di Arabia (Arab Saudi) juga muncul pembaharuan dengan Syekh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) sebagai pelopornya, yang kemudian dikenal aliran Wahabiyah. Ia melihat bahwa ajaran tauhid (keesaan Tuhan) Islam saat itu telah dirusak oleh pemikiran sufiisme yang berkembang di dunia Islam sejak abad ke-13.Di setiap negara Islam yang ia kunjungi, ia melihat tokoh-tokoh sufi dan kuburan para wali yang seperti itu banyak didatangi umat Islam untuk meminta pertolongan, ada yang meminta pertolongan supaya mendapat anak, memecahkan permasalahan yang dihadapi meminta penyembuhan dan lain-lain.

Hal ini dilihat oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab sebagai syirik (menyekutukan Tuhan) sebab itu harus dihilangkan. Oleh karena itu tujuan dari gerakan Wahabiyah ini adalah kembali kepada Islam murni dan penekanan aspek hukum. Gerakan pembaharuan yang sering disebut gerakan radikal di zamannya ini mempunyai pengaruh yang sangat luas. Gerakan ini juga menolak taklid dan menganut ijtihad serta menjadikan Al Qur'an dan hadist sebagai sumber utama ajaran Islam.

Dari gerakan pembaharuan Wahabi ini gerakan dakwah Salafiyyah muncul. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab tidak menamakan gerakannya sebagai Wahabi akan tetapi "muwahidin" (mengesakan Tuhan), dan oleh


(47)

pengikutnya, gerakan ini dinamakan gerakan orang-orang saleh terdahulu atau Salaf, dengan mengambil istilah Ibnu Taimiyyah yang telah memunculkan istilah salaf pada abad pertengahan. Pemikiran Syekh Muhammad bin Abdul Wahab sendiri banyak diilhami dari pemikiran Ibnu Taimiyyah.

Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab banyak diilhami oleh pemikiran dan fatwa-fatwa Ibnu Taimiyyah yang telah ratusan tahun redup karena dihambat penguasa di zamannya. Muhammad bin Abdul Wahab menyandarkan

pemikirannya pada pemikiran Ibnu Taimiyyah4

Istilah Salafiyyah diangkat dari ulama-ulama pembaharu di zaman pertengahan umat Islam yang menganjurkan untuk kembali kepada ajaran murni umat Islam. Dakwah Salafiyyah bukanlah suatu pergerakan politik, dakwah Salafiyyah merupakan Islam

untuk menyerang kebiasaan-kebiasan (adat/tradisi) umat Islam yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam yang murni. Pengikutnya sendiri memunculkan istilah Salafi untuk mendukung ajaran dan fatwa-fatwanya.

Gerakan dakwah ini mengajarkan ketaatan yang total kepada Nabi Muhammad SAW dan Assalaf Assalih. Assalaf merupakan kata umum yang menunjukkan pelopor Islam yang salih dan semua orang Islam yang mengikuti jalan mereka dalam keyakinan, moral, dan tingkah laku. Sedangkan Assalih menunjukkan kepada tiga generasi terbaik umat Islam yaitu sahabat nabi, tabi'I, tabiut, tabi'in (generasi penerus agama) yang telah dijanjikan Nabi Muhammad bahwa "sebaik-baik umatku adalah generasiku kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (HR. Bukhori dan Muslim).


(48)

dalam totalitasnya yang menuntun manusia apapun budayanya, ras atau warna kulitnya. Dakwah Salafiyyah merupakan ajaran yang lengkap dan sempurna dalam memahami Islam dan melaksananakan tindakan sesuai dengan ajaran-ajarannya dan sumbernya (Rahmad,2005:61).

Golongan Salafi juga mengatakan bahwa mereka adalah penganut paham

Ahlussunnah wal Jamaah5

a. Yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan dan orang yang menyembah selain dari Tuhan telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.

sejati. Bagi mereka dakwah Salafiyyah merupakan satu-satunya Islam yang benar dengan klaim bahwa seorang muslim tidak ada pilihan lain selain menjadi kaum Salaf. Untuk itu mereka harus mentaati kelompok yang telah dijamin berhasil menang dan selamat dari pengadilan akhirat. Merujuk kepada Ibnu Taimiyyah, mereka menyatakan bahwa siapa pun yang berbeda dan berseberangan dari ajaran Nabi Muhammad SAW sesudah jalan yang benar dan diperlihatkan secara jelas kepada mereka, berarti telah keluar dari agama Islam yang sebenarnya, dan siapa pun yang mengikuti ajaran kaum Salaf berarti ia telah mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW (Rahmad,2005:63).

Berikut ciri-ciri ajaran Salafi Wahabi :

b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya

karena mereka mencintai pertolongan bukan lagi dari Tuhan tetapi dari syekh atau wali dan dari kekuatan ghaib, orang islam demikian juga telah menjadi musyrik.


(49)

c. Menyebut nama Nabi, syekh atau malaikat sebagai perantara dalam do'a yang merupakan syirik.

d. Meminta syafaat selain kepada Tuhan juga syirik. e. Bernazar kepada selain dari Tuhan juga syirik.

f. Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur'an, hadist dan qiyas (analogi) merupakan kekufuran.

g. Tidak percaya kepada kada dan kadar Tuhan juga merupakan kekufuran.

h. Demikian pula menafsirkan Al Qur'an dengan takwil (interpretasi bebas)

merupakan kekufuran (Nasution,2003).

Dakwah Salafi dibangun atas beberapa prinsip tauhid dan taskiyah. Tauhid berarti menerima dan percaya dengan keesaan Allah dan keunikan pesan-Nya. Artinya untuk beribadah hanya semata-mata kepada Allah dan untuk mengabdi kepadaNya menurut tata aturan-aturanNya. Tauhid juga menuntut ketaatan kepada nabi secara penuh. Yang disayangkan oleh Jama'ah Salafiyyah adalah ketaatan yang benar kepada nabi Muhammad SAW dan cinta yang benar telah melemah dan menghilang di kalangan umat Islam. Menurut Jama’ah Salafi USU, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

a.Umat Islam telah meninggalkan sunnah Nabinya dan tidak mempraktekkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

b.Menyebarkan sejumlah hadist lemah dan palsu dikalangan umat Islam sehingga mereka beribadah dan berdalil dengannya.

c.Munculnya berbagai bid'ah di kalangan umat Islam. d.Taklid buta terhadap salah satu mazhab tertentu.


(50)

e.Munculnya fatwa Islam tanpa pengetahuan atau dalil.

f. Berakhirnya penerapan syari'ah atau hukum Islam di seluruh negeri-negeri Islam dan diganti oleh ideologi dan huku m orang–orang kafir.

Sedangkan tazkiyah berarti memurnikan diri sendiri dengan tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah. Dalam bentuk yang sempurna tazkiyah akan menjadikan seseorang mengabdi hanya kepada Allah dengan penyerahan yang total. Adapun tujuan dari dakwah Salafiyyah adalah antara lain:

a. Kembali kepada Alqur'an dan sunnah Rasululloh yang otentik dan mengembalikan pemahaman atas keduanya sesuai dengan pemahaman dan praktek kaum Salaf.

b. Mengingatkan kaum muslimin untuk membersihkan kehidupan mereka dari

segala bentuk syirik, bid'ah, khurafat atau pemikiran lain yang tidak dikenal dalam ajaran-ajaran islamyang esensial dan murni.

c. Membersihkan sunnah dari hadist yang lemah dan palsu.

d. Mendidik kaum muslimin untuk tunduk kepada ajaran agama Islam yang benar, bertindak sesuai dengan ajaran-ajarannya dan membekali dirinya dengan moral dan etika.

e. Bekerja keras untuk menghidupkan kembali pemikiran Islam dalam bingkai prinsip-prinsip Islam dan melawan ketaatan yang buta kepada mazhab dan fanatisme kepada golongan. Masalah ini menyebabkan pemisahan kaum muslimin dari sumber-sumber Islam yang asli dan murni dan menjauhkan mereka dari persaudaran sejati sesama muslim.


(51)

f. Menghadirkan solusi Islam yang yang realistik bagi masalah kontemporer dan bekerja keras untuk mewujudkan jalan hidup yang benar dan membangun masyarakat islam yang diatur oleh hukum Islam.

Dalam mewujudkan tujuannya dakwah Salafi menekankan pada sektor pendidikan, bukan saja pada proses pendidikan akademis tetapi melalui proses pembinaan yang membuat proses pendidikan itu sempurna yang pada akhirnya menumbuhkan pribadi muslim yang paham agamanya dan menjalankannya dengan cara yang sebaik-baiknya.

4.3 Kelompok-kelompok Jama’ah Salafiyyah

Terdapat beberapa kelompok besar di dalam agama islam yang mengaku sebagai pengikut Salafiyyah. Kelompok ini terlahir di Timur Tengah dan dibedakan oleh perbedaan terhadap pemahaman ajaran Islam yang sebenarnya. Adapun kelompok-kelompok tersebut antara lain:

1. Kelompok Salafiyyah Syururiyyah

Kelompok salafiyyah ini disandarkan kepada pimpinannya yaitu syekh Muhammad syurur Zein Al Abidin(seorang ulama salaf Timur Tengah).pada awalnya kelompok ini dalah bagian dari anggota keagamaan yang direstui oleh pemerintah Arab Saudi akan tetapi setelah kelompok ini meluaskan dakwahnya ke arena perpolitikan pemerintah,kelompok ini mendapat sorotan yang tajam dari pemerintah dan tidak di akui lagi sebagai salafi sejati di negara Saudi.


(52)

2. Kelompok Salafiyyah Al Al Bani

Yaitu kelompok Salafiyyah pengikut ajaran syekh Muhammad Nasiruddin Al-Albani (seorang Ulama hadist di yordania).Kelompok ini di akui pengikut sejati ajaran salafiyyah,terutama dari kelompok salafiyyah yang berada di Arab Saudi dan merupakan salah satu kelompok salafiyyah yang paling berpengaruh hingga ke Indonesia, karena banyak kalangan salafiyyah di Indonesia yang menjalin hubungan kerjasama di bidang keagamaan dengan ulama-ulama Salafiyyah Al bani yang berpusat di Yordania.

3. Kelompok Salafiyyah Arab Saudi

Umumnya ulama-ulama Saudi yang telah direstui pemerintah telah di nyatakan sebagai Ulama salaf.Hal ini di sebabkan oleh pernyataan pemerintah Arab Saudi bahwa ideology islam yang di sahkan di negara Saudi harus ber Ideologi Salafi yaitu suatu pemahaman islam yang harus merujuk terhadap pemahaman islam sebelumnya.Ulama-Ulama salaf di berikan keistimewaan di dalam pemerintahan seperti penasehat Pemerintah,Mufti Masjidil Haram Mekah dan Masjid Nabawi Madinah.

Adapun Ulama salaf yang sangat berpengaruh di Arab Saudi adalah Syekh Abdul Aziz bin Baz dan muridnya syekh Utsaimin.Pengaruh kedua Ulama ini bukan hanya terdapat di Arab Saudi akan tetapi sampai ke Jama’ah Salafiyyah yang berada di Indonesia.

Ketiganya sebenarnya mempunyai akar yang sama yaitu dari pemikiran Syekh Muhammad bin Abdul wahab sebagai ikon gerakan Salafi. Akan tetapi satu dari ketiga


(53)

kelompok ini mulai dikucilkan yaitu Salafiyyah Syururiyah karena dakwahnya sudah dianggap bertentangan oleh kedua kelompok Salafiyyah lainnya.

Bagan I. Kelompok Jama’ah Salafiyyah

Kelompok Salafiyyah Al bani dengan Salafiyyah Arab Saudi menjadi yang paling populer di Indonesia. Mereka berada di berbagai wilayah, termasuk Medan populer di Indonesia hingga ke kota Medan, Sumatera Utara. Di kota Medan, ulama-ulama dari Yordania dan Arab Saudi kerap diundang untuk memperdalam pengetahuan tentang kajian Salafi (Rahmad,2005:69).

4.4 Dakwah Salafiyyah di Indonesia

Orang-orang Salafi mengklaim bahwa dakwah Salafiyyah di Indonesia sudah dimulai pada abad ke-18 oleh golongan paderi di Sumatera Barat yang berusaha membersihkan pengaruh adat didalam agama. Akan tetapi golongan ini pun banyak

Tarbiyyah Majelis Mujahidin

Indonesia

Salafy Indonesia

Salafy Sururi Salafy Saudi Salafy Albani

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab (Ikon Gerakan

Salafi)


(54)

penentangnya sehingga tidak berbekas sampai sekarang, tetapi secara resmi persinggungan awal para aktivis gerakan dakwah Salafi di Indonesia dengan pemikiran Salafisme terjadi pada tahun 1980-an bersamaan dengan dibukanya Lembaga Pengajaran Bahasa Arab (LPBA) di Jakarta yang kemudian berganti nama menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Sastera Arab (LIPIA). Lembaga ini memberikan sarana untuk mengenal dan mendalami pemikiran-pemikiran ulama-ulama Salafi. LIPIA merupakan cabang dari Universitas Muhammad ibnu Saud di Riyadh setelah cabang di beberapa negara seperti Djibouti dan Mauritania. Tidak bisa dipungkiri pembukaan cabang ketiga di Indonesia ini terkait dengan gerakan penyebaran ajaran Wahabi yang berwajah Salafi ke seluruh dunia Islam yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi pasca melonjaknya harga minyak dunia pada pertengahan tahun 1970-an. Sejak masa booming minyak itu, terdapat beberapa lembaga Islam yang mendapat bantuan dana maupun bentuk lain dari pemerintahan Arab Saudi. Di Indonesia bantuan ini sebagian besar diterima oleh lembaga–lembaga atau organisasi-organisasi yang bersifat puritan (organisasi pergerakan) seperti Persis, Al Irsyad, Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islamiyyah (DDI.).

Pemerintah Arab Saudi juga menyediakan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan di Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi mendirikan lembaga pendidikan ini dengan misi menyebarkan ajaran Wahabi Salafiyyah dan penyebaran bahasa Arab pada pertengahan tahun 1980-an. Pada awalnya lembaga yang memberikan beasiswa penuh ini hanya bersifat pengajaran bahasa Arab tetapi setelah melihat perkembangan lembaga ini kemudian memperluas sayapnya dengan


(55)

mendirikan berbagai fakultas seperti syariah, hadis dan diploma. Lembaga ini berubah menjadi lembaga pengajaran bahasa Arab atau LIPIA sebagai pusat kajian sastera Islam.

Pembukaan cabang pendidikan di Indonesia diawali dengan kedatangan Syekh Abdul Aziz Abdullah Al-Ammai, utusan ulama Saudi murid Syekh bin Baz seorang ulama Salafi paling berpengaruh di Arab Saudi. Oleh Syekh bin Baz ia disuruh untuk bertemu Muhammad Natsir. Di Jakarta Muhammad Natsir (mantan perdana menteri Indonesia) menyambut baik rencana pendirian lembaga ini dan bersedia menjadi mediator penghubung dengan pemerintah Indonesia. Maka sejak awal berdirinya lembaga ini sebagian besar mahasiswanya berasal dari anggota-anggota dan lembaga-lembaga pendidikan yang bersifat puritan yaitu seperti Persis, Muhammadiyah, dan Al Irsyad.

Lembaga pendidikan ini mengikuti kurikulum lembaga induknya yaitu Universitas Imam Muhammad ibnu Saud di Riyadh. Di setiap fakultasnya, ulama-ulama Saudi yang berpaham Salafi yang dikirim langsung dari Arab Saudi. Selain itu lembaga ini juga memberikan beasiswa penuh mencakup buku-buku dan kebutuhan hidup yang standard 100 hingga 300 real, atau setara dengan 82 US$. Terdapat juga sejumlah mahasiswa yang berprestasi untuk melanjutkan program studinya hingga kejenjang program master dan doktoral di Riyadh Arab Saudi. Di antara lulusan pertama lembaga ini yang kenudian menjadi tokoh Salafi di Indonesia yaitu Abdul Hakim Abdat, Abdul Qodir Yazid Jawas, Farid Akbah, Ainul Harits, Abu Baker M Atway, Ja'far Umar Thalib,dan Yusuf Usman Baisya(Rahmad,2005:101).

Lulusan pertama ini yang menjadi cikal bakal ustads Salafi di Indonesia. Perjalanan dakwah salafiyyah di Indonesia sangat panjang. Dakwah Salafiyah mulai dikenal kembali setelah adanya konflik berbau SARA di Ambon dan Maluku, dimana


(56)

ustads Ja'far Umar Thalib sebagai pimpinan Laskar Jihad, merupakan seorang tokoh Salafi yang disegani di Indonesia. Sejak itu, banyak ilmuan yang coba mempelajari ideologi Salafi yang tampak berbeda dari ormas Islam lainnya. Ditambah kasus ustads Ja'far Umar Thalib yang menghukum rajam (mati) laskarnya karena karena terbukti berzina dalam perjalanan jihad yang menuai kontrofersi karena Indonesia adalah negara hukum dan tidak dibenarkan main hukum sendiri.

Sebagaimana gerakan dakwah Salafiyyah di seluruh dunia pada umumnya, gerakan Salafi di Indonesia memberi perhatian lebih pada sektor pendidikan bukan hanya yang bersifat akademis tapi juga pada proses menyeluruh non formal dengan tujuan menumbuhkan pribadi muslim yang paham agamanya dan menjalankan agamanya itu dengan sebaik-baiknya. Berikut ini pengajian salafi di berbagai daerah di Indonesia.

4.5 Konflik Di Dalam Jama’ah Salafiyyah

Setiap realitas kehidupan pasti mempunyai suatu permasalahan tidak terkecuali Jama’ah Salafiyyah di Indonesia. Mereka sempat pecah dalam beberapa tahun sebagai akibat dari perbedaan pandangan mengenai bantuan dari Kuawit, semisal bantuan dana dari Yayasan At-Turats Al-islami Kuawit kepada yayasan yang dikelola oleh Abu Nida (ustads Salafi) di Yogyakarta. Ja’far Umar Thalib menilai Yayasan At-Turats yang ada di Kuwait itu sudah dikuasai oleh tokoh-tokoh Sururiyyah dan kalangan Ikhwanul Muslimin6

6

Ikhwanul Muslimin adalah pergerakan Islam di Mesir yang didirikan oleh Hasan Albanna.

. Oleh Ja’far mereka dicurigai dan mulai menuduh yayasan Abu Nida telah berganti ideologi Salafi ke Ikhwanul Muslimin atau Sururiyyah. Ja’far juga telah


(57)

memvonis tokoh-tokoh Salafi Abu Nida sebagai Sururi karena pernah berdialog dan berramah tamah dengan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin atau Sururiyyah, yang akhirnya menimbulkan perpecahan dikalangan Salafiyyah. Perpecahan ini menjalar ke seluruh wilayah Indonesia yang telah dimasuki dakwah Salafi dan menciptakan dua kubu besar Salafi di Indonesia.

Perpecahan yang terjadi diketahui oleh semua ulama salafi di Timur tengah ketika mengadakan kunjungan keagamaan rutin ke Indonesia setiap tahunnya. Mediasi telah dilakukan, akan tetapi salah satu kelompok menolak untuk berdamai dengan alasan yang tidak diketahui secara pasti. Seiring berjalannya waktu pada akhirnya Ja`far membuat gempar seluruh tokoh-tokoh Salafi di Indonesia dan ulama –ulama salafi di timur tengah dengan mengikuti majelis zikir yang dipimpin olah ustad Arifin Ilham, pimpinan majelis zikir Adz-Dzikra. Terlibatnya Ja`far dalam acara zikir bersama yang dipimpin oleh Arifin Ilham dinilai oleh tokoh- tokoh Salafi sebagai perbuatan bid`ah yang Ja`far sendiri telah mengetahui hukumnya dan sudah menyimpang dari prinsip dakwah Salafiyyah sehingga ustads Salafi yang lain memvonis Ja`far sebagai pelaku bid`ah. Sebagai salah satu ustads salafi di Indonesia, ia seharusnya tidak mencontohkan perbuatan yang demikian.

Disamping itu Ja`far juga telah menyatakan secara langsung dia telah keluar dari jalur dakwah yang ditempuh prinsip dakwah Salafiyyah dengan mengatakan dia telah keliru selama ini telah keras dalam berdakwah dengan mudah membid`ahkan orang lain yang telah menjadi ciri khas dakwah Salafiyyah menurutnya. Dengan pernyataan itu Ja`far kemudian tidak diakui lagi oleh tokoh– tokoh Salafi yang lain di Indonesia begitu juga dengan ulama-ulama Salafi di Timur Tengah baik tokoh yang berseberangan


(58)

Walapun secara nyata Ja`far tidak diakui lagi namun bukan berarti perpecahan dikalangan Salafiyyah berakhir. Posisi pemimpin pengganti Ja`far ada di tangan Umar Assewed. Dengan memakai isu-isu yang terdahulu yang ditebarkan Ja`far, Umar As Sewed menolak untuk berdamai dengan tokoh Salafi yang lain. Namun karena hilangnya figur seperti Ja`far yang telah meninggalkan dakwah mereka, Umar As Sewed seperti kehilangan pamor kepemimpinan dan membuat dakwah kalangan Salafi yang lain seperti Yazid Jawas, Abu Nida dan Amir Abdad semakin berkembang di Indonesia.

Perpecahan itu terus terjadi meskipun akhirnya Ja`far rujuk kembali menjadi komunitas Salafi yang pada pengakuannya ia telah keliru selama ini di dalam mengambil sikap, akan tetapi murid- murid Ja`far yang berada di berbagai wilayah Indonesia tetap mempertahankan kerenggangan itu, termasuk di kota Medan. Kubu Ja`far dengan muridnya M Faisal Jamil tetap renggang dengan kubu Abu Ihsan di Johor Baru dengan mengangkat isu yang sama mengenai masalah penilaian dan pemahaman. (http//www.salafy.com/ kamis 17/12/2009).

4.6 Dakwah Salafiyyah di Kota Medan

Perkembangan dakwah salafiyyah di kota Medan dapat dikatakan berkembangan dan mengalami kemajuan pesat sama halnya dengan kota-kota lainnya di pulau jawa. Perkembangan ini dapat dilihat semakin banyaknya jumlah pengajian salafi di kota Medan di tambah lagi dengan banyaknya jumlah hari kajian serta buku-buku salafi yang beredar di kota ini,keberadaan Jama’ah Salafi di kota Medan berbeda dengan keberadaan


(59)

jama’ah Islam lainnya mereka biasa berkumpul dan membentuk sebuah kelompok apabila telah mengadakan pengajian yang dilakukan secara rutin maupun tidak.

Awal kemunculan dakwah Salafi di kota Medan tidak diketahui secara pasti. Namun beberapa tokoh-tokoh Salafiyyah di kota Medan secara umum berasal dari pengikut pemahaman ajaran dalam Islam yang bersifat puritan atau pergerakan seperti organisasai dakwah dan sosial Muhammadiyah yang pada masa itu tokoh-tokoh dakwah ini banyak bersal dari Sumatera Barat (etnis Minangkabau) yang melakukan pembaharuan-pembaharuan di kota-kota besar Sumatera seperti buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Muhammad Natsir, Jamaluddin dan sebagainya.

Gerakan dakwah Salafyyah di kota Medan mulai menonjol setelah diperkenalkan oleh Ustads Jamaluddin. Ia berasal dari Muhammadiyah yang gencar melakukan pembaharuan dalam berdakwah, di tambah lagi setelah ia mendengar dakwah salafiyyah di pulau Jawa. Ia mencoba memahami dan mempelajarinya. Ia pun menjadi tokoh yang gencar menyebarkan dakwah Salafiyyah di kota Medan dan termasuk tokoh yang disegani dan banyak mendapat pujian dari tokoh – tokoh yang ada di organisasi Muhammadiyah kota Medan karena kecerdasannya dan perjuangan dakwahnya.

Pada awal pusat perkembangan dakwah dikota Medan ada di kecamatan Medan Denai yang banyak dihuni oleh warga yang berasal dari etnis Minangkabau dan berfaham Muhammadiyah sehingga ketika dakwah Salafiyyah muncul, warga setempat tidak terlalu sulit untuk menerimanya karena sifat dakwahnya adanya kemiripan dengan metode dakwah Muhammadiyah.


(60)

Ustads Jamaluddin juga mendirikan satu kompleks tempat pengadaan pengajian agama yang bersifat pesantren, masjid dan sekretariat yayasan bernama Al-Mujahadah sebagai badan hukum yang menaunginya. Dakwah Salafiyyah kian berkembang di kota Medan dan banyak bermunculan tokoh-tokoh Salafi yang telah kembali setelah mempelajari ajaran Salafiyyah, baik dari dalam maupun luar negeri. Sebagiannya adalah didikan ustads Jamaluddin.

Di anatara tokoh-tokoh Salafiyyah di kota Medan adalah Abdul Fattah,Abu Ihsan al Atsary,Ali Nur, M.Faisal jamil. Ali Ismah, Awaluddin, Nurdian Al Bukhori, M.Husnil Matondang dan sejumlah tokoh salafi lainnya. Mereka berperan besar di dalam menyebarkan dakwah salafiyyah dari masjid-kemasjid universitas-unuversitas yang ada di kota Medan hingga ke daerah-daerah yang ada di sekitar kota Medan.

Kegiatan dakwah ini tidak hanya dari masjid-ke masjid. Kegiatan lain yang dilakukan sebagaian besar oleh Jama’ah Salafiyyah di kota Medan adalah dengan silaturrahmi akbar atau pengajian dengan mendatangkan ulama dari Makkah dan Madinah serta Yordania. Umumnya, mereka adalah murid-murid langsung dari tokoh-tokoh Salafi yang terkenal di timur tengah seperti Syekh Abdul Aziz bin Baz dan Syekh Muhammad Nashiruddin Al Al bani.

Selain ustads Jamaluddin pada awal kemunculan dakwah Salafiyyah di kota Medan, nama Abdul Fattah menjadi orang yang paling dituakan sampai sekarang. Abdul Fattah berasal dari Bukittinggi Sumatera Barat, pindah ke kota Medan dan bertemu Jamaluddin. Mereka pun menyebarkan dakwah Salafiyyah di kota Medan. Kesamaan manhaj/idiologi dalam berdakwah menyebabkan mereka menjadi dekat.


(61)

Dakwah salafyyah dikota Medan semakin berkembang pesat setelah Abu Ihsan kembali dari Pakistan sekitar tahun 1980-an. Ia tidak langsung kembali ke kota Medan, ia menetap dahulu di Jawa dan menjadi tokoh terkenal Salafi di Indonesia bahkan sampai tingkat internasional. Beberapa buku karyanya diterbitkan. Tidak hanya menulis buku-buku agama,ia juga menerjemahkan kitab-kitab berbahasa arab yang dikarang oleh ulama-ulama Salafi Timur Tengah. Jadwal pengajiannya juga padat, baik di masjid, di kampus dan di berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan di berbagai negara. Karena popularitas dan keilmuannya, ia kemudian menjadi salah satu tokoh Salafi yang memiliki hubungan kuat dengan sejumlah ulama-ulama Salafi di Timur Tengah.

Perkembangan dakwah Salafi di kota Medan tidak luput pula dari pembinaan Abdul Fattah, Abi Ihsan, dan Ali Nur Mereka mendirikan yayasan Minhajul Sunnah yang kemudian diketuai oleh seorang pengikut dakwah Salafi yang bukan tokoh tokoh dan pengajar ideologi Salafi untuk menghindari bentuk-bentuk hizbi atau pengelompokan umat Islam. Yayasan ini dibentuk untuk mengkoordinir semua kegiatan pengajian Salafi dan usaha pelegalan kegiatan-kegiatan Jama’ah Salafiyyah. Awalnya, sekretariat yayasan ini berada di rumah salah seorang pengikut dakwah Salafiyyah, namun setelah mereka mendirikan masjid sendiri yang menurut mereka masjid mengikuti sunnah nabi di daerah Medan Johor kemudian kesekretariatan yayasan di pindahkan ke masjid tersebut sebagai tempat pemusatan kegiatan yayasan. Oleh karena itu orientasi gerakan dakwah Salafiyyah di kota Medan sangat gencar terutama dakwah tauhid dalam Islam yang diadakan tiap minggu. Kajian ke-Islaman diadakan di berbagai tempat di kota Medan.


(62)

dan Abdul Fattah di Johor menolak dan kajian Salafiyyah di Denai mendukung dengan ustads Faisal Jamil. Diuniversitas Sumatera Utara sendiri, Jama’ah Salafiyyah Johor lebih diakui dan kajiannya tetap berjalan hingga saat ini.

4.7 Dakwah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara

Seiring berkembangnya universitas ini, perilaku mahasiswa pun mulai berubah dari yang bersifat akademis pasif ke akademis aktif. Mahasiswa aktif dalam melakukan perubahan-perubahan yang bertujuan mencerdasakan pendidikan dan penalaran akademis. Maka lahirlah golongan-golongan dan kelompok sosial, begitu juga dengan organisasi-organisasi seperti HMI, GMKI, KAMMI, IMM yang semuanya beroerientasi untuk menjadikan mahasiswa sebagai pergerakan yang aktif, mencerdaskan kehidupan mahasiswa. Di samping itu masih banyak kajian-kajian dan kelompok ekstra mahasiswa, bukan hanya untuk kepentingan akademis, akan tetapi untuk keinginan yang dituju dan dicapai oleh mahasiswa itu dibidang akademis.

Dakwah Salafiyyah adalah salah satu diantaranya. Kajian Salafiyyah masuk ke universitas ini tidak bersifat formal, akan tetapi atas dasar partisipasi mahasiswa yang menghendaki kajian Salafi di dunia kampus. Dakwah Salafiyyah diperkirakan masuk pada awal tahun 2000-an, tidak ada data yang relevan. Era Reformasi sangat berpengaruh dalam perkembangan Salafiyah di Universitas Sumatera Utara, karena dimasa inilah kebebasan untuk menentukan bagi mahasiswa sangat digalakkan sehingga perjalanan reformasi berjalan seiring dengan perubahan-perubahan sosial.


(1)

perbedaan itu sangat rawan akan terjadinya konflik.Adapun yang seharusnya di lakukan adalah:

1. Hendaknya berbagai pihak komunitas masyarakat dan mahasiswa tidak terburu-buru memvonis suatu komunitas lainnya. Tetapi harus ada penilaian positif serta meneliti lebih jauh tentang komunitas tersebut, baru masyarakat memberikan penilaian.

2. Meskipun dikalangan sebagian jama’ah salafiyyah ada yang keras dalam mengkritisi masyarakat,. Menyikapi hal tersebut,jangan dinilai sebagaian itu mewakili semua jama’ah salafiyyah karena diantara mereka ada yang lebih dewasa dalam memahami sesuatu.

3. Disarankan adanya jalinan komunikasi terbuka yang lebih luas bagi mahasiswa,tentang bagaimana menyikapi kelompok-kelompok tertentu.sehingga dengan adanya komunikasi itu akan tercipta kerukunan dan saling memahami tentang satu sama lain.

4. Walaupun ada yang salah terhadap sikap kelompok tertentu di sarankan mahasiswa melakukan kritik yang sehat didalam menanggapinya.


(2)

DAFTAR PUSATAKA

Abbas, Sirajuddin. 2004. I’tikad Ahlussunnah wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah Abdullah, Zaen. 2007. Hikmah dalam Berdakwah. Jakarta: Pernerbit Pustaka Muslim Ali, Muhammad. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Pustaka

Amini

Aminuddin. 2002. Sosiologi Suatu Pengendalian Awal. Jakarta: Raja Grafindo Persada An Najmi, Yahya, 2005. Menyingkap Kejahatan Aliran-aliran Sesat. Magelang:

Pustaka Hikmah Ahlussunnah

Arikunto, Suharsini. 1997. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Karya

Bagong, Suryanto. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Tunas kencana.

Bungin M. , Burhan . 2005. Penelitian Kualitatif, Cetakan Ke-2, Pustaka Kencana

Godman, Douglas dan George Ritzer. 2003. Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Cetakan Pertama, Jakarta: Penerbit Kencana

Jhonson, Doyle Paul. 2006 (Penerjemah Robert M.J. Lawang), 1998. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Karya

Jamil, Zainu. 2006.Minhaj Al Firqah an Najah wa At Tha’ifah Al Mansuroh. Jakarta: Darul Haq

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nawawi, Hadiri. 1992. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Universitas Gajah

Mada

Poloma, Margaret.2004. Sosiologi Kontemporer. Rajawali Press, PT. Grafindo

Sunarto, Kamanto.2004.Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Univeresitas Indonesia.


(3)

Rahmat,.M.Imdadun.2005.Arus baru islam radikal (Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah di indonesia) Jakarta: PT.Erlangga.

Ritzer, George. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana

Hadi, Muqbil. 2007. Menjawab Masalah Wanita. Cetakan I. Surakarta : An-Najiah

Websaite

http:/ariska.files.wordpress.com/2007/02-makalah-isdfinish.doc. diakses 29 Januari 2009 http:/parekita.wordpress.com/2007/12/04/55 diakses 21 Februari 2009

http:/salafyindonesia.net/2008/12/28 diakses 15 April 2009 http:/media-ilmu.com diakses 20 September 2009


(4)

LAMPIRAN

INTERVIEW GUIDE

PROFIL INFORMAN MAHASISWA ANGGOTA JAMA’AH SALAFIYYAH

1. Nama :

2. Stambuk :

3. Jurusan :

4. Alamat :

5. Pekerjaan :

INTERVIEW QUESTIONS

1. Sudah berapa lama anda mengikuti Jama’ah Salafiyyah !

2. Apa yang melatar belakangi anda memasuki Jama’ah Salafiyyah !

3. Bisakah anda menceritakan pengalaman anda setelah memasuki Jama’ah Salafiyyah !

4. Apakah ada resiko yang anda hadapi setelah memasuki Jama’ah Salafiyyah ?

5. Menurut saudara bagaimana ciri- ciri ajaran Jama’ah Salafiyyah !


(5)

7. Bagaimana tanggapan Jama’ah Salafiyyah terhadap komunitas islam di luar Jama’ah Salafiyyah !

8. Bagaimanakah interaksi sosial di antara sesama Jama’ah Salafiyyah ?

9. Sejauh ini apakah ada konflik terdapat di tubuh Jama’ah Salafiyyah ?

10.Apakah ada simbol-simbol yang mencirikan seseorang itu dinamakan sebagai bagian dari Jama’ah Salafiyyah ?

11.Bagaimanakah interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah dengan komunitas di luar Jama’ah Salafiyyah ?

12.Selain kegiatan akedemik, apakah ada kegiatan jama’ah salafiyyah yang lain di kampus?

13.Apakah jama’ah salafiyyah Universitas Sumetera Utara sebuah organisasi kemahasiswaan ?

14.Bagaimanakah kehidupan saudara sebagai jama’ah salafi, sehari-hari di dalam kampus?

15.Apakah saudara ada merasa terbatasi di dalam kampus?

16.Banyak mahasiswa yang lain menilai bahwa jama’ah salafiyyayh ini cendrung keras di dalam mendakwahkan islam bagaimana tanggapan saudara?

17.Apakah ada perbedaan pola interaksi sosial jama’ah salafiyyah dengan komunitas islam lainnya di dalam mendakwahkan islam?


(6)

18.Apakah tujuan dari ajaran Jama’ah Salafiyyah?

19.Sejauh ini ketika saudara menjadi jama’ah salafiyyah apakah ada hambatan bagi saudara di dalam kampus dengan memakai simbol-simbol islami sesuai dengan keyakinan Jama’ah Salafiyyah?

20.Bagaimana tanggapan saudara ketika ada sebahagian mahasiswa yang tidak senang terhadap Jama’ah Salafiyyah?