Dakwah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara

49 dan Abdul Fattah di Johor menolak dan kajian Salafiyyah di Denai mendukung dengan ustads Faisal Jamil. Diuniversitas Sumatera Utara sendiri, Jama’ah Salafiyyah Johor lebih diakui dan kajiannya tetap berjalan hingga saat ini.

4.7 Dakwah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara

Seiring berkembangnya universitas ini, perilaku mahasiswa pun mulai berubah dari yang bersifat akademis pasif ke akademis aktif. Mahasiswa aktif dalam melakukan perubahan-perubahan yang bertujuan mencerdasakan pendidikan dan penalaran akademis. Maka lahirlah golongan-golongan dan kelompok sosial, begitu juga dengan organisasi-organisasi seperti HMI, GMKI, KAMMI, IMM yang semuanya beroerientasi untuk menjadikan mahasiswa sebagai pergerakan yang aktif, mencerdaskan kehidupan mahasiswa. Di samping itu masih banyak kajian-kajian dan kelompok ekstra mahasiswa, bukan hanya untuk kepentingan akademis, akan tetapi untuk keinginan yang dituju dan dicapai oleh mahasiswa itu dibidang akademis. Dakwah Salafiyyah adalah salah satu diantaranya. Kajian Salafiyyah masuk ke universitas ini tidak bersifat formal, akan tetapi atas dasar partisipasi mahasiswa yang menghendaki kajian Salafi di dunia kampus. Dakwah Salafiyyah diperkirakan masuk pada awal tahun 2000-an, tidak ada data yang relevan. Era Reformasi sangat berpengaruh dalam perkembangan Salafiyah di Universitas Sumatera Utara, karena dimasa inilah kebebasan untuk menentukan bagi mahasiswa sangat digalakkan sehingga perjalanan reformasi berjalan seiring dengan perubahan-perubahan sosial. Universitas Sumatera Utara 50 Dakwah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara diisi oleh berbagai ustads atau penceramah yang diundang dari luar kampus. Adapun sebagai penangung jawab kajian ini adalah Forum Silaturahmi Salafi FORSIL, yang beranggotakan mahasiswa Sumatera Utara. FORSIL bertujuan untuk menghimpun Jama’ah Salafi serta menjalin komunikasi untuk mengikuti kajian Salafiyyah. Adapun bentuk kajian dari Salafiyyah ini diistilahkan dengan ta’lim mengaji. Kegiatan ta’lim berlokasi di empat di Universitas Sumatera Utara, yaitu Mesjid Dakwah USU, mushalla Fakultas Teknik, mushalla Fakultas Ekonomi, dan musholla FMIPA. Sehingga dengan adanya kajian ini di dalam kampus, memudahkan bagi mahasiswa untuk bersentuhan langsung dengan ajaran Salafi. Kajian Salafi berkembang pesat di Universitas Sumatera Utara, tetapi bukan berarti kajian ini berjalan mulus. Di dalam berbagai hasil wawancara dengan Jama’ah Salafiyyah, kajian Salafi kerap dijauhi dan ditentang oleh komunitas Islam lainnya, seperti dikatakan sebelumnya bahwa kajian Salafi yang kerap dipersoalkan dan dipertentangkan karena ajarannya di pandang terlalu kaku dan keras. Sedangkan yang dipahami oleh Jama’ah Salafiyyah kajian itu bukan keras akan tetapi tegas karena ada dalil yang valid yang mendukungnya, menurut jama’ah ini memerangi adat kebiasaan di luar Islam, kemudian amalan-amalan yang tidak ada dasarnya dalam Islam merupakan tindakan ber amar ma’ruf nahi munkar perbuatan menerapkan kebaikan dan mencegah segala perbuatan yang buruk atau merusak nilai agama seperti memasukkan unsur budaya terhadap nilai agama, dalam praktek kegiatan agama budaya lokal sudah berdampingan dengan norma-norma Islam sudah relatif lama dan mengakar di tubuh umat islam secara turun temurun. Dengan ketegasan inilah Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara 51 pandang keras di dalam mengajarkan ajaran Islam sehingga menimbulkan polemik pertentangan dan perpecahan dengan komunitas Islam lainnya. Pada tahun 2006 hampir setiap musholla fakultas di Universitas Sumatera Utara ada jadwal kajian Salafiyyahnya, di antaranya Fakultas Sastra, musholla FISIP, musholla Teknik, FMIPA, Fakultas Ekonomi, ditambah lagi di Masjid besar Kampus USU yaitu Masjid Dakwah USU, tetapi sekarang yang bertahan hanya di Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, dan Masjid Dakwah USU. Adapun faktor penyebabnya adalah dikarenakan kebanyakan penghuni musholla fakultas di Universitas Sumatera Utara komunitas Islam Tarbiyyah yang berorientasi kepada pergerakan politik dan kenegaraan. Komunitas Islam Tarbiyah mempunyai partai politik ditingkat nasional yaitu Partai Keadilan Sejahtera PKS. Partai ini mulai berkembang pesat dan mengembangkan sayap politiknya ke dunia kampus dengan istilah ajang rekrutmen bagi mahasiswa untuk memasuki kendaraan politiknya. Secara politis gerakan dakwah Salafiyyah sangat bertentangan dengan komunitas Tarbiyyah karena ajaran Salafiyyah mereka tidak masuk kebarisan dunia politik negara bahkan golput didalam pemilu, mereka mengakui pemerintahan di dalam satu negara tetapi tidak terlibat dalam pemilu dan demokrasi, pandangan yang sangat berbeda dalam komunitas Tarbiyyah yang terlibah langsung dalam politik kenegaraan. Jama’ah Salafiyyah menolak partisipasi politik ini disebabkan demokrasi bukan bersumberkan dari ajaran Islam, demokrasi adalah suatu konsep pemikiran yang diimpor dari luar agama Islam dan berseberangan dengan ajaran Islam. Meskipun demikian Jama’ah Salafiyyah masih menganggap negara ini sebagai negara Islam disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara 52 pemerintah masih membolehkan siar-siar agama Islam dikembangkan di negara ini dengan berpedoman kepada tafsir Ibnu Abbas merka mengatakan, “Apabila seorang muslim itu meyakini hukum Allah itu lebih baik dari hukum manusia dan ia diatur oleh hukum manusia dengan keadaan terpaksa maka ia tidak kafir, tetapi apabila seorang muslim itu meyakini hukum manusia lebih baik dari hukum Allah dan ia lebih memilih hukum buatan manusia maka ia jatuh kepada kekafiran”. hasil wawancara Selasa24112009. Oleh karenanya Jama’ah Salafi bersikap kondusif terhadap pemerintah, mereka tidak terlibat di dalam pergerakan politik pemerintah orientasi mereka hanya dakwah dan menyeru umat Islam untuk mengesahkan Tuhan. Kekhawatiran komunitas Tarbiyah ini adalah sesuatu hal yang wajar karena apabila masyarakat banyak yang mengikuti ajaran Salafiyyah maka masyarakat akan banyak yang golput golongan putih, secara substansi akan menurunkan suara umat Islam pada pemilihan Umum, tetapi bagi Jama’ah Salafiyyah hal itu adalah sesuatu yang mesti terjadi karena berseberangan dengan norma Islam yang mereka alami. Meskipun sarana tempat kajian Salafiyyah menurun tinggal dua tempat lagi di Universitas Sumatera Utara, tetapi tidak menghalangi perkembangan ajaran Salafiyyah di Universitas ini. Umumnya mereka mahasiswa yang ikut Jama’ah Salafiyyah cenderung aktif beribadah di mushola-mushola fakultas, dari sini mereka bersentuhan dengan mahasiswa lainnya kadang terjadi diskusi masalah agama dan secara tidak langsung ajaran salafiyyah masuk kepada mahasiswa lain melalui diskusi itu. Bagi mahasiswa yang tertarik akan mengikuti kajian salafiyyah dengan Jama’ah Salafi lainnya. Tetapi ada juga mahasiswa lainnya masuk Jama’ah Salafi lainnya melalui pergaulan dengan Jama’ah Salafiyyah. Berbagai hal yang melatarbelakangi mahasiswa memasuki kajian Salafiyyah di Univearsitas ini, sehingga dengan memasuki jama’ah ini kita mendapati mereka Universitas Sumatera Utara 53 mengalami perubahan dari prilaku dan busana mereka, seakan ada nilai dan norma yang kuat mendorong mereka untuk berprilaku demikian dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kajian Salafi di Universitas Sumatera Utara tidak hanya di jauhi oleh komunitas tarbiyah akan tetapi komunitas Islam lainnya yang belum siap menerima keberadaan ajaran mereka, seperti halnya dengan para dosen banyak juga yang mempermasalahkan ajaran ini karena dianggap terlalu mengkritsi umat Islam lainnya. Akan tetapi pertentangan ini tidak membuat surut oleh Jama’ah Salafi di Universitas karena bagi mereka justru makin ditentang keyakinan mereka semakin di uji, sebenarnya dalam keyakinan mereka terhadap Manhaj Salaf. Perkembangan dakwah Salafiyyah di Universitas ini membuat kreativitas sendiri bagi Jama’ah Salafiyyah di Universitas, mereka sudah dapat membangun perpustakaan mini Syababussunnah Forsil USU, dimana terdapat ratusan koleksi buku-buku Salafi, di tambah dengan majalah-majalah bulanan Salafiyyah, disini juga orientasi perkembangan interaksi mereka selalu terjalin. Perpustakaan ini berada di jalan Sei Padang nomor 138 Medan. Meskipun tempatnya masih bersifat sewaan tetapi hal itu sudah menggambarkan orientasi dakwah mereka berjalan di atas kesungguhan dan keilmuan. Kajian Salafiyyah di Universitas ini selalu diadakan secara rutinitas setiap minggunya yang diadakan setiap hari sabtu dua kali pertemuan yaitu setelah Zuhur dan waktu Asar. Yang berada di dua tempat Musholla Fakultas Teknik dengan Masjid Dakwaah USU, gerakan dakwaah ajaran Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara bertujuan untuk memperkenalkan dan mengamalkan ajaran Salafiyyah di Universitas ini Universitas Sumatera Utara 54 dimana sasarannya adalah mahasiswa yang kerap disandingkan agen perubahan dalam masyarakat, tujuan dari dakwah ini adalah memperdalam agama Islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

4.7.1 Profil Informan Anggota Jama’ah Salafiyyah

4.7.1.1 Informan Kunci 4.7.1.1.1 Muhammad Jaka Pratama Beliau adalah mahasiswa pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Politik, stambuk 2005, dan sudah menjadi anggota Jama’ah Salafiyyah hampir 5 tahun. Pada mulanya beliau adalah seorang mahasiswa biasa, bahkan tidak tahu-menahu tentang ajaran Islam. Keinginannya untuk kuliah di Universitas Sumatera Utara sangat kuat meskipun secara ekonomi keluarganya kurang mendukung. Karena alasan itulah dia berinisiatif untuk tinggal di musholla FISIP USU pada awalnya. Di sini ia bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa yang aktif pada berbagai organisasi keagamaan seperti dengan mahasiswa-mahasiswa yang aktif pada berbagai organisasi keagamaan seperti KAMMI, UKMI dan HMI. Dari persentuhan inilah ia termotivasi untuk mencari dan memperdalam pengetahuan Islamnya. Pada awalnya, ia belajar ke organisasi tarbiyah KAMMI, tetapi belum mendapat kepuasan. Dia pun mencoba mencari di HMI. Pada organisasi ini dia belum juga mendapat kepuasan. Beliau pun mendengar ada jama’ah lainnya di kampus seperti jama’ah Tabligh, Hizbut Tahrir Indonesia dan Salafi. Beliau terus termotivasi untuk memasukinya. Dari sekian banyak yang coba dia ikuti, hanya Salafiyyah yang menurutnya kebenaran Islam yang ia cari seperti ucapannya. Universitas Sumatera Utara 55 “Dua tahun saya berkelana mengikuti kajian-kajian Islam di kampus bahkandi kota Medan ini. Hanya Salafiyyah menurut ku yang cocok diamalkan. Alasannya adalah karena ajaran Salafiyyah tidak terbantahkan, karena Salafi menggunakan dalil, bukan akal”. Wawancara Selasa15122009. Dari sinilah beliau tetap tertarik untuk belajar ajaran Salafiyyah. Dia pun termotivasi untuk berdakwah dengan menjual produk-produk yang berbau Salaf, seperti buku-buku, minyak wangi dan madu. Menurutnya ajaran Salafiyyah adalah sebuah ajaran kebenaran yang tidak terbantahkan karena mempunyai dasar dan dalik yang valid. Adapaun interaksisosial Jama’ah Salafiyyah menurut beliau di antara sesama komunitas adalah biasa-biasa saja, akan tetapi mereka lebih kepada pembahasan. Daurah pengajian salaf terkadang mereka berdiskusi dan saling mengingatkan. Sedangkan interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah di luar golongan Salafiyyah beliau membaginya ke dalam beberapa aspek. Aspek pertama adalah muamalah pergaulan dengan sesama manusia, kedua adalah masalah aqidah ketauhidan. Pada aspek pertama, ia merasa interaksinya biasa- biasa saja sebagaimana mestinya hukum di tengah masyarakat berlaku, tetapi kadang mereka tegas karena dan kondisinya. Sedangkan pada aspek kedua, mereka berinteraksi sangat tegas karena masalah agama tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dari sinilah mereka dipandang keras karena dakwah Salafiyyah yang mereka praktekkan cenderung membid’ahkan komunitas Islam lainnya menurutnya, ketegasan di dalam menyampaikan dakwah itu adalah salah satu bagian dari sifat Nabi Muhammad SAW. Permasalah-permasalahan dakwah Salafiyyah yang dipandang komunitas Islam lainnya sebagai suatu Islam radikal, keras, tidak beradab, menurutnya adalah karena ketidakpahaman mereka terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Menurutnya, interaksi Universitas Sumatera Utara 56 sosial Jama’ah Salafiyyah di bidang akidah merupakan amar ma’ruf nahi munkar penyeruan kepada kebaikan dan pencegahan terhadap kemungkaran di dalam Islam. Meskipun ia sendiri mengakui banyaknya tantangan dari komunitas lainnya,tetapi tantangan itu ia hibur dengan hadist nabi sebagai sumber pokok ajaran Islam. “Memang saya akui ajaran salafiyyah banyak yang tidak disukai oleh masyarakat bahkan dianggap asing,dan bagi kami beruntunglah orang-orang yang asing sebagaimana ajaran Islam suatu saat akan dipadang asing di tengah masyarakat dan beruntunglah bagi mereka yang terasing, begitu sabda Rasullah dalam hadisnya”, wawancara, Selasa1512 2009. Jaka juga membenarkan bahwa keterasingan Jama’ah Salafiyyah ini di tengah masyarakat yang membuktikan bahwa kebenaran itu ada di pihak Jama’ah Salafiyyah, karena kenyataannya jama’ah ini dianggap asing sendiri umat Islam lainnya. Hal ini mengangkat keyakinan Muhammad Jaka Pratama tentang ajaran Salafiyyah ini. Karena menurutnya ajaran Salafi ini sangat mudah dan rasional. Dia sangat aktif dalam pengajian salafi, bahkan di luar kampus USU sekalipun. Ia akan mendatangi dan mengikutinya untuk menuntut ilmu didalamnya. Di samping itu, ketertarikannya kepada ajaran Salafi ini ialah karena ajarannya menolak untuk taklid fanatik terhadap mazhab golongan tertentu. Menurutnya seorang muslim itu hanya boleh taklid kepada Nabi Muhammad SAW, bukan kepada imam dan ulama. “Kenapa kita harus taklid kepada salah satu imam, padahal jalan kepada Rasulullah terbuka lebar, kenapa kita harus mencari jalan yang sempit di dalam memahami agama Islam toh semua umat islam mengharapkan syafaat Rasululloh termasuk imam mazhab dalam umat islam,merekapun sama dengan kita tidak bebas dari kesalahan.”. kutipan wawancara, 1512 2009. Disini Jaka mengatakan jalan Salafi adalah bukan jalan orang-orang yang taklid. Seorang muslim itu bebas mendapatkan ajaran Islam sesuai dengan ajaran yang paling Universitas Sumatera Utara 57 shaheh valid. Hanya dengan jalan Salafi inilah seorang muslim itu mendapatkan hidayah dan ridhonya Allah SWT. Meskipun begitu menurutnya ia tidak memaksakan ajaran ini kepada muslim lainnya. Mereka hanya sekedar menghimbau dan mengajak, mau tatau tidaknya itu adalah pilihan dan hidayah Allah. Jaka juga mengakui semenjak memasuki Jama’ah Salafiyyah ini, banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya, terutama dalam hal bertingkah laku. Dia mengatakan sangat berhati-hati dan telah banyak meninggalkan perilaku-perilaku buruk sebelumnya. Dia juga menyadari akan pentingnya ilmu agama, karena merupakan tujuan dari hidup. Menurut beliau sangat disayangkan seorang pemuda yang jauh dari agamanya dan tidak tahu akan agamanya. Jama’ah Salafi juga tidak menolak perubahan selama perubahan selama perubahan itu tidak bertentangan dengan akidah Islam. Salafi itupun muncul karena pada dasarnya ingin merubah kebiasaan-kebiasaan adat yang tertanam kuat di tengah masyarakat Islam. Sehingga menurut Jaka karena mengetahui itulah, makanya dakwah Salafi dipandang keras, padahal yang sebenarnya bukan keras, tetapi tegas. Oleh karena itu, menurut beliau sebenarnya interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah biasa-biasa saja, akan tetapi karena dimasuki oleh ajaran Salafi yang tegas di dalamnya mengambil suatu keputusan dan perkara hukum banyak orang mengakategorikan kepada kekerasan. Hal itu menurutnya karena ketidakpahaman seseorang akan ajaran Islam itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 58

4.7.1.1.2 Rizki Khairil

Beliau juga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Sosiologi dan sudah mengikuti kajian Salafi sekitar tiga tahun lebih. Sebelumnya, dia juga mahasiswa biasa-biasa saja dan awalnya belum mengenal sama sekali apa itu Salafi. Pada awalnya, mahasiswa stambuk 2006 ini tertarik pada kegiatan organisasi musholla kampus, yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Islam UKMI. Di organisasi ini ia mengatakan ia beraktivitas biasa-biasa saja. Pertama kali dia tahu istilah Salafi. Pada waktu itu kajian salafi ada di Musholla FISIP. Dari sinilah dia mendengar, sekaligus mengikuti kajian Salafi. Lama kelamaan dia tertarik dan konsisten mengikuti kajian Salafi. Rizki Khairil termasuk di dalam pengurus Forum Silaturahmi Forsil Salafi yang dibentuk dengan tujuan mengelola kajian dakwah Salafi di Universitas Sumatera Utara. Forsil ini sifatnya hanya sebagai penghubung komunikasi saja, tidak seperti suatu lembaga atau organisasi, melainkan hanya sebagai penampung sarana dakwah di Univesitas Sumatera Utara. Rizki juga mengakui sifatnya berubah semanjak mengikuti kajian Salafi ini. Dia pun meninggalkan seluruh organisasi yang diikutinya karena sudah tak relevan dan bertentangan dengan ajaran Salaf. Dari segi pakaian, ia juga sudah berbeda. Kemana-mana ia menggunakan celana gantung dan hal ini menunjukkan kekonsistenannya terhadap ajaran Salafi. Dia juga sudah memelihara jenggot. Menurutnya hal yang biasa, tidak ada resiko dan tantangan, bahkan jenggot menunjukkan identitas seorang pria, di samping itu juga merupakan sunnah nabi. Riski juga menanggapi bahwa interaksi sosial jama’ah Salafiyyah biasa- biasa saja selama itu masih berhubungan dengan masalah muaamalah dan tidak terkait Universitas Sumatera Utara 59 dengan akidah atau tauhid. Sedangkan menurutnya, interaksi sosial dikalangan Salafi sangat erat dengan konsep keislaman. Di masyarakat Salafi ini dapat ditemui istilah tahzir, yaitu teguran berupa boikot kepada seseorang jama’ah atau ustad Salafi yang dinilai sudah menyimpang dari ajaran Salaf. Tahzir berpedoman kepada perilaku Nabi Muhammad yang mentahzir sahabatnya karnea tidak ikut masuk barisan untuk menunaikan panggilan jihad berperang. Dari sinilah menurutnya Salafi mengambil konsep pedoman bahwa tahzir berlaku bagi umat Islam. Keengganan Jama’ah dalam mengikuti kajian komunitas Islam lainnya adalah karena sudah berseberangan dalam memahami ajaran Islam. Maka dari itu ajaran di luar Manhaj Salaf dipandang sebagai ahlul bid’ah pelaku perbuatan yang mengadakan perkara baru dalam agama. Mereka dijauhi secara akidah dan berperilaku biasa-biasa saja secra muamalah. Terkadang disinilah terjadi permasalah dengan komunitas Islam lainnya, karena kebanyakan dari mereka tidak memahami. Akan tetapi menurut Rizki, Jama’ah Salafi tidak menentukan jumlah yang banyak mengikuti manhaj ini melainkan kekonsistenan jamaah dalam melaksanakan ajaran-ajaran Salafi. Menanggapi adanya pelabelan dari sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa dakwah Salafi itu keras, Rizki mengatakan bahwa itu bagian dari menganjurkan kebaikan dari dakwah Islam, dan juga menegaskan tentang pentingnya suatu kebenaran dalam agama Islam. Yang ada hanya masyarakat tidak mengetahuinya. Menurutnya kebenaran dakwah Salafiyyah banyak didukung oleh dalil-dalil dari nash Al Qur’an dan juga hadis- hadis yang diakui kevalidannya. Tidak seperti umat Islam lainnya yang banyak Universitas Sumatera Utara 60 mengamalkan hadis-hadis lemah bahkan palsu ini memang suatu penyakit di dalam masyarakat Islam yang harus diberantas. Meskipun begitu menurutnya dakwah Salafi hanya disampaikan bagi masyarakat sesuai dengan ilmunya.

4.7.1.1.3 Muhammad Nofri Hendri Silaen

Mahasiswa yang satu ini adalah mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonimi. Sebenarnya beliau adalah stambuk 2004, namun pada waktu itu dia mengambil program Diploma 3 Keuangan dan melanjutkannya kembali pada tahun 2007, departemen Manajemen. Beliau memasuki Jama’ah Salafi pada tahun 2006. meskipun masih baru, tetapi beliau sudah mendalami kajian Salafi. Terlibat dari pola pikirnya, perawakan dan penampilannya yang menunjukkan dari luar akan pemahamannya terhadap ajaran Salafi. Beliaupun selalau menanggapi akal hal yang terjadi dan terkait dengan perkembangan dakwah Salafiyyah. Banyak hal yang melatarbelakanginya memasuki manhajideologi salafi ini. Sebelumnya ia mengatakan bahwa dirinya adalah Jama’ah Tarbiyah pemahanideologi PKS sejak SMA. Dia pun sempat berkiprah lama di Partai Keadilan Sejahtera di tingkat kabupaten hingga ia masuk ke dunia kampus di Universitas Sumatera Utara. Di universitas ini, dia menjumpai banyak golongan-golongan di tubuh umat Islam yang terlingkup di dalam organisasikelompok sosial. Di kampus ini juga ia melihat banyaknya doktrin-doktrin terhadap sesama umat Islam. Pada waktu masih aktif di Jama’ah Tarbiyyah, ia dilarang mengikuti kajian umat Islam lainnya seperti Sufi, Jama’ah Universitas Sumatera Utara 61 Tabligh, Jama’ah Salafiyyah dan lainnya. Di sini timbul pertanyaan dalam dirinya, ia ingin mengenal lebih jauh jama’ah-jama’ah itu sebagaimana dalam komentarnya. “Pada waktu saya di Tarbiyyah, saya dilarang oleh para ikhwan pementor untuk memasuki jama’ah-jama’ah Islam lainnya. Dan hal itu membuat pertanyaan di dalam diri saya,sehingga saya termotivasi untuk mengenal semua kelompok- kelompok didalam tubuh umat islam “Wawancara Selasa242009. Dengan timbulnya rasa penasaran itu, Nafri pun memasuki jama’ah Islam lainnya terutama Jama’ah Salafiyyah. Karena jama’ah ini pada waktuitu sudah banyak berada di Fakultas Ekonomi. Dari situ dia bertanya dan mengikuti kajian Salafi. Memasuki Jama’ah Salafi ini banyak perubahan yang dia dapatkan. Dia mengatakan bahwa di Salafi ini baru menemukan ajaran Islam yang sebenarnya, jauh dari kepentingan-kepentingan lain, terutama kepentingan dunia yang dimaksudkan ke dalam Islam. Menurut Nafri, kebenaran ajaran Salafi karena setiap perbuatan dan amalannya diiringi oleh dalil-dalil yang valid dari Al Qur’an dan Sunnah. Di samping itu ajaran itu terpelihara dengan mengambil metode pola pikir orang-orang solehalim dari zaman nabi, sahabat dan tabi’in, dan bukan sekadar penafsiran. Nafri juga menanggapi akan tudingan-tudingan yang buruk dari luar terhadap Jama’ah Salafiyyah terutama di dalam interaksi sosial. Nafri mengakui akan adanya sebagian orang-orang Salafi yang terlalu keras di dalam mandakwahkan ajaran Salaf. Akan tetapi menurutnya, hal itu harus dibeda-bedakan antara ajaran Salaf dan orang- orang Salaf. “Jangan karena karena kesalahan orang Salafi dalam menyampaikan, lantas anda menyalahkan ajaran Salafi,bedakan antara ajarannya dengan orangnya, ajaran salafi adalah ajaran islam,tapi terkadang tidaksemua diantara kita yang dapat menyampaikannya secara lugas dan baik” Hasil wawancara Selasa, 2009. Universitas Sumatera Utara 62 Menurut beliau, dakwah Salafi adalah dakwah Islam. Yang menuding dakwah Salafi yang bukan-bukan, menurutnya disebabkan ketidakpahaman orang tersebut terhadap ajaran Salafi. Menurut dia, orang lebih banyak menilainya dari sisi luarnya, dari pada mengetahui ajaran Salafi yang sebenarnya. Menurut beliau, Salafi semena-mena dalam memvonis dan menilai seseorang atau kelompok Islam lainnya. Salafi sangat berhati-hati dan mempunyai tahapan-tahapan yang menjatuhkan seseorang itu layak untuk diberi vonis. Dia memisahkan seorang itu kalau dinyatakan masuk kepada vonis kekafiran ada syarat-syarat yang harus diketahui. Yang pertama seseorang itu harus dipastikan baligh dewasa, tidak gila waras. Kemudian ia menyatakan menghendaki atas diri sendiri tanpa ada paksaan. Ketiga, seseorang itu ingkar setelah disampaikan dalil kepadanya, namun ia mengingkari dan mencelanya. Keempat, melakukan pentakwilan sembarangan terhadap agama. Kelima, tidak menghukumi kafir kecuali ada dalil yang menyatakan. Jadi tidak sembarangan seseorang itu jatuh kepada kekafiran dan kepada ahli neraka. Dakwah Salafi menurut beliau sangat berhati-hati, jadi tidak layak dikatakan apabila Salafi itu keras terhadap komunitas Islam lainnya. Begitu juga dengan interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah. Beliau menilai sangat hati-hati dan kadang-kadang ada ketegasan setelah ada dalil yang mengatakannya. Menurut beliau orang menolak dakwah itu secara tidak langsung telah menolak dakwah nabi Muhammad SAW. Di dalam dakwah Salafiyyah juga ada tahzir. Menurut beliau tahzir sama sekali sebelumnya, yaitu teguran yang berupa boikot yang dijatuhkan bagi umat Islam yang secara nyata menyalahi perintah Allah dan rasulNya, dan hal ini sudah pernah Universitas Sumatera Utara 63 dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan tidak menyalahi syariat. Oleh karena itu menurut beliau, dakwah dan interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah adalah interaksi yang dibangun sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri.

4.7.1.1.4 Surianto

Mahasiswa yang satu ini juga telah mengikuti kajian Salafi selama kurang lebih tiga tahun. Beliau adalah mahasiswa Departemen Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Pada mulanya dia tidak tahu menahu tentang ajaran Salafi ini.Dia mengetahuinya dari senior-seniornya yang dahulu katanya pernah aktif di kajian Salaf. Di samping itu juga di musholla Fakultas Sastra, pada waktu itu masih ada kajian Salafi setiap hari Sabtu setelah Zuhur. Dari sinilah ia bersentuhan lebih banyak dengan dakwah Salafiyyah. Dia menyukai ajaran ini karena menerutnya segala pembahasan dan masalah umat Islam selalu ditunjukkan dengan dalil dan nash sandaran yang kuat lagi valid. Sehingga selama ini dia merasa tidak mengetahuinya lebih banyak tentang agama Islam. Kalaupun mengamalkan ajaran Islam dia tidak tahu pasti dalilnya, hanya mendengar dari kata-kata orang. “Dulu saya mengamalkan ajaran Islam selalu mendengar kata si fulan dan si fulan. Akan tetapi sekarang dengan belajar dari salafi, saya mengetahui langsung akan dalilnya dan dari mana sumbernya,disinilah kebenaran ajaran salafiyyah itu.” Wawancara Jum’at41222009. Dari sinilah Surianto mengetahui lebih banyak tentang Islam banyak tentang Islam yang pada sebelumnya sewaktu duduk di bangku SMA dia tidak tahu menahu sama sekali tentang agama Islam. Akan tetapi perjalanannya mengikuti kajian Salafi tidak selalu berjalan mulus, harus ada resiko yang ia terima. Apalagi di kampungn halamannya Universitas Sumatera Utara 64 di Pematang Siantar sama sekali tidak ada kajian Salafi. Dia pun merasa disindir di lingkungan keluarganya sendiri, yang dulunya kata mereka dia ramah, suka bersenda gurau, sekarang ia dinilai masyarakat begitu kaku bahkan dipandang sudah mengikuti aliran sesat. Hal tersebut dia hadapi dengan lapang dada karena ia paham menjadi menjadi seorang yang baik tidak harus bejalan mulus, pasti ada rintangan. Meskipun begitu, tidak memundurkan semangatnya untuk berusaha dan kuliah. Kesehariannya selain kuliah adalah berjualan bandrek di malam hari. Di situ kelihatan tidak ada masalah bagi pelanggannya akan sikapnya sebagai seoang Salafi. Di samping itu, resiko yang ia hadapi sendiri di lungkungan tempat tinggalnya di Medan. Dia bertempat tinggal di sebuah mesjid di daerah Pasar 2 Padang Bulan. Di situ pada awalnya dia juga dipertanyakan karena setiap perayaan Islam seperti Maulid Nabi dan Isra’Mi’raj, dia selalu tidak ada ditempat. Hal ini karena perayaan-perayaan itu menurut ajaran Salaf adalah bid’ah yang harus dijauhi dan bukan bagian dari syariat Islam. Ketika ditanya kenapa dia tertarik kepada ajaran Salafi, ia mengatakan bahwa ajaran Salafi adalah ajaran Islam yang murni, menjadikan umat Islam berilmu, mengetahui apa yang mereka amalkan, bukan sekedar ikut-ikutan didalam beramal. Jadi segala amalan yang kita kerjakan, kita mengetahui ilmunya sebagaimana hasil kutipan darinya. “Ajaran Salafi ini memurnikan tauhid Islam, menurut saya inilah ajaran Islam yang sebenarnya. Di samping itu ajaran ini juga mengajarkan kita banyak ilmu sehingga kita beramal didalam Islam mengetahui secara pasti ilmunya” Wawancara Jum’at27122009. Banyak hal sebenarnya membuat ia tertarik pada ajaran ini, tetapi pada dasarnya memang inilah yang ia rasakan. Dia juga tidak bisa menutupi akan banyaknya perbedaan Universitas Sumatera Utara 65 di tubuh Salafi, terutama dalam hal perbedaan pendapat. Namun itu tidak masalah selagi dihadapkan pada orang berilmu atau ahlinya. Akan tetapi menurutnya, perbedaan itu umumnya di dalam hukum fiqih, tidak dengan tauhid kaidah. Sehingga meskipun berbeda, mereka tetap akan akur dan bertemu dalam kesamaan pada pemahaman tauhid. Mengenai interaksi sosial, beliau juga mengatakan bahwa interaksi sosial jama’ah Salafiyyah adalah sesuai dengan pemahaman mereka tentang agamanya. Memang ada seseorang itu berubah prilakunya 80 ketika sudah memasuki jama’ah ini. Menurutnya karena biasanya yang demikian ada ketakutan untuk terlibat, terhanyut ke dalam kebodohan masyarakat lainnya sehingga mereka banyak yang berpaling dari itu semua. Tetapi menurutnya bukan semata-mata menghindari karena benci, tetapi karena kehati-hatian di dalam berbuat dan takut terjaduh ke dalam subhat hal yang meragukan didalam masyarakat. Adanya dakwah Salafiyyah yang dilihat terlalu keras kepada masyarakat sebenarnya itulah dakwah Islam yang sebenarnya. Menurutnya tidak ada ada ketakutan untuk memasuki ajaran Salafi, tinggal masyarakat itu sendiri menentukan apakah menerima atau menolaknya. Interaksi sosial sesama anggota Jama’ah Salafiyyah menurutnya pada dasarnya biasa-biasa saja. Akan tetapi, bukan berarti di Salafi itu ada perbedaan di antara satu sama lainnya. Jikalau perbedan itu sudah menyinggung maslah akidah, mereka pun melakukan tahzir peringatan boikot terhadap sesama umat Islam. Hal ini pun menurutnya dilakukan dengan kepastian dan sangat berhati-hati untuk memastikan seseorang itu masuk tahzir atau tidak. Universitas Sumatera Utara 66

4.7.1.1.5 Andika Putera

Beliau adalah mahasiswa jurusan Administrasi Negara,Fakultas ilmu Sosial Dan Ilmu Politik stambuk 2004. Beliau termasuk mahasiswa yang paling lama mengikuti ajaran Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara,pertama kali beliau ,mengikuti ajaran ini adalah pada semester kedua di bangku kuliah,yang pada mulanya ia adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Islam FISIP USU, akan tetapi disini ia tidak mendapatkan ajaran islam yang ia cari, ia pun memasuki kajian salafi yang pada waktu itu sudah ada di masjid Dakawah USU setiap hari sabtu, disini ia merasakan sudah menemukan ajaran islam yang sebenarnya dia pun ia memutuskan untuk mengikuti dan memasuki ajaran salafiyyah dan meninggalkan UKMI FISIP. Andika termasuk mahasiswa yang meramaikan Jama’ah Salafiyyah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.dengan interksinya di musholla FISIP banyak mahasiswa yang mengikuti jejaknya mengikuti kajian salafiyyah,menurutnya kajian salafiyyah adalah kajian islam yang sebenarnya dan layak di kembangkan di tengah umat islam.ketika di tanya tentang interaksi sosial jama’ah salafiyyah diantara sesama jama’ah salafiyyah beliau mengatakan bahwa interaksi sesama merekalebih kepada nasehat dan pembahasan kajian islam pada dasarnya biasa-biasa saja meskipun selalu bertemakan agama.kehidupan mereka di jadwalkan lebih banyak menuntut ilmu agama karena menurutnya orang yang menyia-nyiakan ilmu agama adalah orang yang sia-sia di dalam hidupnya. ”para ulama-ulama dahulu munghabiskan hidup dan umurnya untuk menuntut ilmu agama alangkah naifnya kita di zaman sekarang ini tidak mengikuti jejak mereka karena ilmu agama adalah kepentingan kita di akhirat, jadi orientasi Universitas Sumatera Utara 67 pergerakan kami di dalam jama’ah ini adalah mengkaji dan menuntut ilmu”Wawancara Senin2772009 Beliau juga mengatakan di antara sesama jama’ah mereka senantiasa mengingatkan kan pentingnya mendekatkan diri dan melaksanakan jaran gama berdasarkan ilmu yang valid di dalam islam.ketika di tanya tentang interaksi sosial jama’ah salafiyyah diluar jama’ah, beliau mengatakan pada dasarnya biasa-biasa saja asal tidak menyalahi dalam aturan agama seperti hubungan jual beli,kehidupan keseharian,serta bermasyrakat. Kehidupan mereka di kampus ini seperti mahasiswa lainnya lebih kepada pencapaian kegiatan akademik akantetapi mengenai pergaulan mereka lebih membatasi, karena mereka tidak mau bergaul dengan menyia-nyiakan diri didalam hal pergaulan mahasiswa yang lainnya yang cendrung nongkrong di kantin, mojok di taman dan sebagainya. Dalam kenyataannya mereka lebih menghabiskan waktu di musholla ketika kuliah lagi kosong, serta ke perpustakaan terdekat.di musholla inilah mereka lebih banyak berinteraksi dengan mahasiswa lainnya.sehingga mereka lebih bisa mengaplikasikan pemikirannya di tempat ini, meskipun demikian menurutnya tidak sedikit juga mahasiswa yang lainnya yang menganggap mereka aneh dari umat islam lainnya karena simbol busana yang mereka bawa,tetapi hal itu mereka pahami dengan unsur ketidak tahuan mahasiswa lainnya terhadap jama’ah salafiyyah. Beliau juga tidak bisa mengingkari adanya ketidak senangan mahasiswa islam lainnya terhadap mereka dikarenakan ajaran dan pemahaman Islam yang berbeda, beliaupun mengatakan siap untuk berdiskusi mengenai masalah keislaman jika di butuhkan. ”Memang terkadang kami tidak disukai mungkinkarena pemikiran dan ajaran islam yang kami bawa tetapi menurut saya hal itu di sebabkan ketidak tahuan oleh Universitas Sumatera Utara 68 umat islamlainnya jika saja mereka mau belajar hal ini tidak perlu terjadi..karena ajaran salafi adalah ajaran yang paling mendekati akan kebenaran dalam ajaran Islam yang sebenarnya”. Wawancara, Senin2772009 4.7.1.2 Informan Biasa 4.7.1.2.1 Rozi Putera Beliau 4 tahun mengikuti dakwah Salafi. Memang ada dasarnya ia tertarik untuk mendalami agama Islam, apalagi ia dibesarkan di lingkungan madrasah bukan sekolah umum. Dia adalah mahasiswa Departemen Ilmu Komputer di Universitas Sumatera Utara dan tercatat sebagai mahasiswa stambuk 2004, pada masa kuliah ini dia selalu mencari ajaran dan memperdalam agama Islam. Ia juga pernah aktif di organisasi kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Ad Dakwah USU. Tetapi di organisasi ini, ia tidak mendapatkan apa yang dia cari. Di Mesjid Dakwah USU inilah dia mengenal kajian Salafi. Pada awalnya ia hanya mencoba mendengar, kemudian tertarik ada dan jadilah ia bagian dari para pengamalan ajaran Salaf. Dengan berbekal pencarian agama Islam yang sebenarnya, bagi Rozi Salafi adalah ajaran Islam yang sesungguhnya, karena berpedoman kepada ajaran ajaran orang-orang saleh sebelumnya. Menurut Rozi, jadi orang Islam saja tidak cukup harus ada Salafnya sebagaimana kutipan pembicaraannya. “Seorang pernah bertanya kepada Syekh Albani, kenapa kita harus menyandarkan ajaran ini pada Salaf bukan hanya Islam saja. Maka Syeikh menjawab Islam saja tidak cukup harus berpedoman kepada Salaf. Jadi dari sinilah saya menyimpulkan ajaran islam sebenarnya itu harus berpedoman kepada Salaf. hasil wawancara Sabtu12122009. Menurut beliau, interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah diantara sesama jama’ah biasa-biasa saja pada dasarnya. Jama’ah Salafiyyah tidak memasukkan jama’ah satu Universitas Sumatera Utara 69 pengajian saja dikatakan Salafi. Menurutnya Salafi itu banyak meskipun mereka berbeda tempat pengajian, akan tetapi berakidah sama. Maka mereka Salafi. Jadi Salafi bukan hanya satu golongan. Menurut beliau juga, tudingan-tudingan akan kerasnya dakwah Salafi adalah disebabkan seseorang itu tidak mengetahui ajaran Salafi yang sebenarnya. Di sini dari segi interaksi tidak ada masalah dengan komunitas Islam lainnya. Tetapi kalau perbedaan sangatlah banyak. Perbedaan itu terjadi dikarenakan pemahaman terhadap agama bukan karena hawa nafsu yang dibuat-buat. Ketika ditanya tentang bagaimana tanggapan Salafi terhadap komunitas Islam lainnya yang mengatakan Salafi itu tukang bid’ah, kaku, Islam radikal, beliau mengatakan apa yang sebenarnya mereka pikirkan justru karena ketidaktahuan mereka sendiri terhadap ajaran Salafi. Jama’ah Salafi berdakwah sesuai dengan kualitas ilmu yang mereka miliki, tetapi ia juga menyangkal bahwa Salafi bukan merasa paling benar, akan tetapi Salafilah yang mendekati kebenaran karena mereka mengikuti metode, cara jalannya orang-orang salaf terdahulu. Menurut beliau juga, interaksi sosial Jama’ah Salafiyah tidak ada yang menyalahi ajaran Islam. Ketika ditianya bahwa apakah Salaf itu merupakan kelompok sosial, maka beliau menjawab bahwa pada dasarnya Salafi itu bukanlah kelompok sosial, akan tetapi pengajian dan ideologi itulah yang menyebabkan Salafi seolah menjadi kelompok sosial.Beliau juga menyangkal Salafi bukanlah organisasi seperti NU, Muhammadiyah, PKS dan sebagainya. Akan tetapi lebih kepada ikatan mazhabpemahan di dalam agama Islam. Dia mengibaratkan ajaran Salafi sebagai warna benda yang pada dasarnya Islam Universitas Sumatera Utara 70 itu lahir dengan keadaan murni putih. Akan tetapi terus berkembang dan berkembang lantaran warna putih itu berubah menjadi hitam, hijau, kuning. kalau putih itu masih ada yang tersisa, itulah Jama’ah Salafiyyah. Dari sinilah menurut beliau umat Islam sekarang sudah banyak bercampur dan berbaur dengan kepentingan-kepentingan dunia sehingga tidak berwarna putih lagi,menurut beliau islam sekarang sudah dikelompokkan menurut kepentingannya masing-masing, salafi muncul sebenarnya ingin mengembalikan islam itu sebagaimana keadaan asalnya dahulu.

4.7.1.2.2 Dedek Ardiansyah Siregar

Beliau boleh dibilang paling akhir masuk Jama’at Salafiyyah, yaitu pada tahun 2008. akan tetapi pemahamannya terhadap jama’ah Salafiyyah cukup dalam dan termasuk salah satu yang disegani di kalangan Jama’ah Salafiyyah. Hal ini terjadi karena ia mencari kebenaran dalam agama berdasarkan ilmu. Pada mulanya mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial ini berada di lingkungan organisasi Muhammadiyah dan ia pun meyakini terlahir dari keluarga Muhammadiyah yang menurutnya sangat menekankan dalam meyakini ajaran Islam. Pada dasarnya menurut beliau tidak ada masalah dengan keyakinannya dalam beragama. Tetapi pada saat itu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dilaksanakan kajian Salafi setiap hari Rabu. Kebiasaan beliau sehabis kuliah adalah duduk di teras mushalla. Secara tidak langsung ia mendengarkan kajian Salafi di mushalla ini. Apalagi Universitas Sumatera Utara 71 saat itu ia mendengar isi ceramah tentang bid’ah hanya terdapat dalam kajian Muhammadiyah. Beliau pun mulai berdiskusi dengan Jama’ah Salafiyyah yang berada di FISIP USU. Pada waktu itu masih bersikeras tidak mau dikalahkan. Ia pun mencari dalil-dalil yang menguatkan pendapatnya tenang kesalahan ajaran Salafiyyah. Akan tetapi menurutnya, bukan kesalahan yang ia dapatkan, melainkan penguatan terhadap ajaran Salafi. Dari situ ia mulai mengkaji ajaran Salafi dan mulai aktif dalam kaitan Salafi. Ia meyakini terdapat banyak perbedaan antara Muhamadiyah dan Salafi. Diantaranya yang tidak ia temukan adalah pengkajian dalil-dalil di dalam mengamalkan syariat Islam. Di Muhammadiyah dia hanya menemukan contoh tanpa adanya kajian-kajian rinci dan dalam tentang agama. Di Jama’ah Salafiyyah ia menemukan hal itu sehingga dengan itu ia tidak ragu dalam mengamalkan Islam. Proses ini beliau namakan sebagai pencarian kebenaran di dalam Islam. Meskipun begitu proses menjadi Jama’ah Salafiyyah tidaklah mudah menurutnya. Banyak dianggap sebagai Islam radikal, karena kepribadiannya yang sudah berubah. Ia telah memelihara jenggot, mengenakan celana gantung dan senantiasa berpakaian kokogamis. Dan ia pun yang dulunya orang-orang yang ramah, dekat kepadanya perlahan-lahan mulai merenggang dan berhati-hati kepadanya. Meskipun demikian ia menganggap itulah cobaan bagi orang yang berjalan di atas kebaikan. Ketika ditanya tentang interaksi sosial sesama anggota Jama’ah Salafiyyah, beliau katakan pada dasarnya biasa-biasa saja. Mereka sering berjumpa di pengajian Salafi seperti di mushalla, di mesjid dan diacara-acara daurah pertemuan akbar Jama’ah Universitas Sumatera Utara 72 Salafiyyah. Mereka sering berdiskusi tentang agama serta fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini. Sehingga, komunikasi mereka tetap terjadi dengan baik. Meskipun demikian menurutnya, di Jama’ah Salafiyyah ada suatu metode peringatan bagi umat Islam terutama di kalangan Salafi dalam hal komunikasi dengan sesama umat Islam seperti ta’lif, ta’fir dan tahzir. Ta’lif merupakan metode untuk memperingatkan sesama umat Islam dengan teguran bawa perbuatan seseorang metode untuk memperingatkan sesama umat Islam dengan teguran bawa perbuatan seseorang tidak benar. Apabila ta’lif ini tidak berlaku, ia jatuh kepada ta’fir dan tahzir. Hal ini adalah pengucilanpembaikotan kepada seseorang yang melakukan kesalahan besar dalam agama dengan cara misalkan tidak mengajaknya berbicara, bergaul dan menghindarinya. Metode ini menurut beliau sudah banyak terjadi di kalangan Jama’ah Salafiyyah terutama di kalangan ustads-ustads Salafi. Seperti di Indonesia ini Ustads Ja’far Umar Tholib mentahzir ustads-ustads Salafi lainnya karena ia nilai sudah berseberangan dengan dakwah Salafiyyah yang sebenarnya. Meskipun demikian, Ta’lif dan tahzir berlaku bagi mereka yang mempunyai ilmu dan mengetahui serta menyalahi akan kebenaran di dalam ajaran Islam. Sedangkan bagi mereka yang belum mengetahui ilmu dan melakukan kesalahan tidak terjadi pentahziran disebabkan ketidakpahamannya terhadap agama. Kemudian ketika ditanya tentang interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah dengan komunitas Islam lainnya, ia mengatakan bahwa hal tersebut pada dasarnya biasa-biasa saja. Apalagi hal itu hanya berkenaan dengan kehidupan muamlah. Akan tetapi ia tidak menyangkal bahwa ada sebagian Jama’ah Salafi yang kurang mau bergaul dengan masyarakat pada umumnya disebabkan lebih kepada ketakutan dan kewaspadaan akan kebodohan masyarakat tentang agama yang membuat mereka terpengaruh ke dalamnya. Universitas Sumatera Utara 73 Disamping itu juga mereka takut berlarut-larut di dalam masyarakat dan terjerumus ke dalam subahat. Atas dasar kehati-hati inilah mereka lebih banyak menghindari masyarakat banyak. Di samping itu juga ia tidak menyangkal akan kerasnya dakwah Salafi, baik secara lisan maupun tulisan. Menurut beliau, itulah dakwah Islam yang sebenarnya karena ada dalil kuat yang menjadi pendukung di dalamnya. Jadi tidak benar keras dan tegasnya dakwah itu kehendak Jama’ah Salafiyyah, akan tetapi tuntutan agama yang mengajarkannya. Sebagaimana komentarnya ketika ditanya tentang hal itu: ”Memangterkadang dakwah kami di pandang keras akantetapi hal itu tidak lain karena tuntunan dari ajaran syariat yang kami pelajari,dan dakwah dalam islam sangatlah di tekankan...sedangkan hubungan kami dengan sesama mahasiswa lain ya biasa saja sebatas itu kebutuhan kebiasaan pada umumnya..hasil wawancaraSenin19122009”.

4.7.1.2.3 Ibnu Tawakkal

Mahasiswa Antropologi FISIP USU ini juga menjadi anggota Jama’ah Salafiyyah yang menurutnya karena kebenaran ilmu. Beliau sangat lama berkecimpung di dunia organisasi keagamaan. Ia pernah tercatat sebagai anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah IMM dan Partai Keadilan Sejahtera PKS. Meskipun begitu, mahasiswa pencinta hadis-hadis nabi ini memutuskan perjalanan akhirnya di dalam agama kepada Jama’ah Salafiyyah. Karena kebenaran yang ia lihat di dalamnya. Kebenaran yang berupa dalil Al Qur’an dan hadis- hadis shoheh valid Nabi Muhammad SAW. Pada awal ia tertarik pada ajaran Salafi sekitar tahun 2008. ia membaca buku karangan ulama Salafiyyah Syekh Robi’. Dari buku ini ia mengatakan ada sesuatu perbedaan yang ia peroleh dari jama’ah Islam lainnya. Di samping itu, ia juga sudah lama Universitas Sumatera Utara 74 mengagumi tokoh-tokoh kondang Jama’ah Salafiyyah, seperti Syekh Nasaruddin Al Albani, yang menurutnya pakar hadits mumpuni abad ini. Dari kekaguman inilah ia berawal masuk ke dalam Jama’ah Salafiyyah. Tetapi, ia juga tidak menyangkal pada masa-masa sebelumnya ia tidak sependapat dengan ajaran ini. Dan ia juga mengakui bahwa saat itu adalah masa-masa ketidakpahamannya tentang ajaran Salafi yang sesungguhnya. Ketika ditanya tentang dakwah Salafi, menurutnya hal itu sangat menarik. Kajian Islam sebenarnya adalah kajian Salafiyyah, yaitu pembahasan tentang kebenaran tauhid, kebenaran syariat dan tidak sekedar buta. Disinilah menurutnya letak keistimewaan ajaran Salafiyyah dibanding ajaran Islam lainnya yang lebih kepada keduniaan dan kontemporer. Ketika ditanya tentang dakwah Salafi, menurutnya hal itu sangat menarik. Kajian Islam sebenarnya adalah kajian Salafiyyah, yaitu pembahasan tetnang kebenaran tauhid, kebenaran syariat dan tidak sekedar taklid buta. Disinilah menurutnya letak keistimewaan ajaran Salafiyyah dibanding ajaran Islam lainnya yang lebih kepada keduniaan dan kontemporer. Ketika ditanya tentang interaksi sosial jama’ah Salafiyyah beliau tidak terlalu mempermasalahkannya. Alasannya memang itulah dakwah Islam yang sebenarnya. Baginya, dakwah Islam itu benar-benar berasal dari sumber yang asli serta valid. Kabenaran Al’quran dan Sunnah tidaklah harus serta merta dibarengi dengan akal yang rasional. Mungkin saja nash atau ayat Al-quran itu tidak bisa digali pada saat ini. Akan tetapi pada masa berikutnya ia terungkap maknanya begitulah komentarnya tentang Universitas Sumatera Utara 75 kebenaran Al-Qur’an. Dia juga memandang etika dan norma dalam Islam tidaklah harus disesuaikan dengan kehendak zaman. Apalagi zaman sekarang ini menurutnya seluruh budaya dikontrol dan diimpor dari barat. Tetapi menurutnya, zaman itulah yang harus disesuaikan dengan norma Islam, karena kebenaran ajaran Islam sudah mutlak dan tidak bisa diperbaharui lagi. Baginya, interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah kalau itu bersumber dari kitab suci, hal itu merupakan perkara yang baik bahkan lebih diutamakan. Jadi jangan karena zaman sudah berubah lantas kebenaran Al-quran itu diabaikan, dicari lagi alasan lain yang jauh dari Islam itu sendiri. Inilah menurutnya terjadi ketidaksesuaian. Dari situ ia mengambil suatu sikap kesimpulan, selama Salafi itu bersumber dari Al-Quran dan hadis, Salafi tidak layak untuk diganggugugat karena kebenaran dalam Islam bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah.

4.7.1.2.4 Baginda Sormin Siregar

Beliau adalah mahasiswa jurusan keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara stambuk 2007, dan telah mengikuti kajian salafi lebih kurang dua tahun. Pada mulanya beliau juga tertarik kepada ajaran islam kemudian berjumpa dengan senior- seniornya di musholla Fakultas Ekonomi yang banyak menunjukkan identitas keislamannya lewat simbol yang mereka bawa,dari interaksi mereka di mosholla bagindapun tertarik terhadap ajaran salafiyyah ini.dari sinilah ia membagi aktivitas kesehariannya di kampus kegiatan akademik dengan kegiatan mengikuti kajian Jama’ah Universitas Sumatera Utara 76 Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara. Bahkan terkadang ia telah rutinitas mengikuti kajian salafi di kota medan. Ketika ditanya tentang alasan kenapa ia mengikuti ajaran salafiyyah ini dia pun menjawab bahwa ajaran salafiyyah adalah ajaran islam yang sebenarnya karena ajaran ini mampu menunjukkan sandaran contoh,dan dalil bagi umat islam untuk megikuti,menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.ajaran salafiyyah menurutnya unik karena tidak terlalu fundamental dan tidak terlalu modernkali,sedang-sedang atau berada di tengah-tengah.baginya memasuki jama’ah ini adalah pilihan dan sejauh ini belum ada tantangan yang ia peroleh baik dari keluarga,pergaulan dan masyarakat Ketika di tanya mengenai interaksi sosial jama’ah salafiyyah sesama anggota jama’ah salafi beliau menjawab bahwa mereka saling mengingatkan akan imformasi yang terdapat didalam.jama’ah ini terutama dalam hal kajian terbaru salafiyyah,sejauh ini menurut beliau belum ada konflik atau pertentangan yang mereka alami sesama jama’ah paling kalau ada ikhwan atau teman yang malas mengikuti kajian ini mereka selalu saling mengingatkan kembali. ”sejauh ini belum ada di antara kami terdapat pertentangan gitu yang ada hanya saling mengingatkan satu sama lainnya,terutama dalam hal pengajian jadwal kajian dan kajian terbaru dalam jama’ah salafiyyah. Sedangkan masalah pribadi kami serahkan kepada diri masing-masing asal tidak mempengaruhinya di dalam mengikuti kajian salafiyyah ini”wawancara selasa8112009”. Sedangkan mengenai interaksi sosial jama’ah salafiyyah di luar jama’ah,beliau mengatakan sejauh tidak mempengaruhi akan ajaran salafiyyah hal itu biasa-biasa aja.beliau juga menambahkan kehidupan jama’ah salafiyyah tidak terlalu aktif bahkan tidak mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra mahasiswa sebagaimana mahasiswa lainnya.karena ajaran salafiyyah sebenarnya mengkontrol setiap prilaku kehidupan Universitas Sumatera Utara 77 manusia,menurut baginda mereka lebih dititik beratkan kepada menuntut ilmu terutama ilmu agama yang wajib di tuntut sepanjang masa. Dalam kehidupan sehari-hari di kampus mereka pun terlihat biasa-biasa aja,meskipun beliau tidak bisa mengingkari bahwa terkadang ada juga mahasiswa yang lain menganggap mereka aneh,berbeda dengan komunitas mahasiswa lainnya.menurut beliau hal itu dalah faktor tahu dengan tidak tahu.mahasiswa yang lain belum mengetahui akan ilmu yang mereka peroleh terhadap kehidupan dan simbol yang mereka bawa, sedangkan mereka sudah mengetahuinya.oleh karena itu mereka menganggap hal itu biasa- biasa aja,selagi tidak pernah di permasalahkan. Demikian juga halnya dengan para dosen dan stap akademik lainnya menurut beliau sejauh ini biasa-biasa saja,dan belum ada yang menjadi permasalahan,mereka tetap berjalan sebagaimana mahasiswa pada umumnya.

4.7.2 Informan di Luar Komunitas Jama’ah Salafiyyah

4.7.2.1 Ismuhar Ramadhan

Mahasiswa yang satu ini adalah mahasiswa Departemen Ilmu Politik Stambuk 2006. Beliau juga tertarik terhadap kajian-kajian Islam dengan alasan itulah dia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam HMI, sebuah organisasi berlafazkan agama di Universitas Sumatera Utara. Di HMI ia menjumpai berbagai pemikiran Islam, salah satu diantaranya adalah pemikiran Jama’ah Salafiyyah, ditambah kesehariannya sering bersentuhan dengan Jama’ah Salafiyyah. Universitas Sumatera Utara 78 Ketika ditanya tentang ajaran Salafiyyah menurut beliau ajaran Salafiyyah lebih kepada pembinaan diri terhadap nilai-nilai Islam, mengamalkan apa yang disebut Sunnah Nabi didalam Islam. Akan tetapi istilah sunnah disini berbeda dari komunitas Islam lainnya. Dengan alasan perbedaan pemahaman di dalam masyarakat Islam lainnya yang mengakibatkan pertentangan. Beliau juga mengatakan ajaran Salafiyyah berbeda dengan umat Islam pada umumnya. Diantaranya perbedaan itu ia katakan umat Islam ada perayaan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj Nabi. Sedangkan Jama’ah Salafiyyah justru mengharamkan perayaan itu. Di samping itu, nilai nilai Jama’ah Salafiyyah sangat tidak cocok ditetapkan pada zaman sekarang ini. Karena masyarakat lainnya sudah memandang itu suatu keanehan. Lain dari masyarakat lainnya. Bahkan terkadang menurut beliau ajaran ini mempunyai pemaksaan pemikiran terhadap komunitas lainnya sehingga orang yang sudah memasuki Jama’ah Salafiyyah akan berubah perilakunya ditambah lagi perubahan dari busana.sebagaimana komentarnya saat diwawancarai. ”saya melihat jama’ah ini tidak mengikuti arus perubahan zaman karena bagi mereka islam itu harus di terapkan sebagaimana kehidupan atau zaman Rasululloh padahal zaman kian masa kian berubah,dan mereka tampaknya tidak kompromi terhadap perubahan itu dan mereka menerapkan busana prilaku orang timur tengah pada hal bangsa indonesia mempunyai budaya tersendiri dan kecendrungan orang selalu mengikuti arusnya zaman perubahan zaman”wawancaraRabu18112009”. Mengenai interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah menurut beliau sebenarnya biasa- biasa saja. Tetapi dia melihat ada sifat idealis yang dibawa oleh Jama’ah ini. Sifat yang dibentuk oleh pemahaman mereka terhadap agama Islam. Dari sinilah mereka sebenarnya ingin berinteraksi sebagaimana biasanya. Tetapi mereka dijauhi oleh komunitas yang Universitas Sumatera Utara 79 lain, disebabkan oleh nilai yang mereka bawa. Mereka bermaksud tidak eksklusif, tetapi orang lain memandang mereka eksklusif disebabkan simbol yang mereka bawa. Menurut Ismuhar, orientasi pergerakan dakwah mereka lebih kepada kontekstualitas nilai. Dari sinilah katanya terjadi pertentangan, terkadang ada orang yang tidak menginginkan nilai itu terus dikritisi. Beliau juga tidak mengingkari segala pemikiran dan kebudayaan sekarang ini berkiblat ke barat sehingga masyarakat sekarang cenderung terpengaruh ke arah sana. Beliau juga mengatakan Jama’ah Salafiyyah tidak mengingkari teknologi mereka memakainya secara terbatas. Perbedaan mendasar dari komunitas Islam lainnya, Jama’ah Salafiyyah menurutnya banyak berkiblat kepada ulama-ulama Arab Saudi, sehingga pemikiran ulama Arab Saudi ini kerap dipaksakan ke negara lain. Padahal Indonesia berbeda dari Arab Saudi dari segi iklim, budaya bangsa dan lebih banyak lagi menurut beliau lagi pakaian lebar. Pakaian jubah dan cadar tidaklah cocok untuk bangsa Indonesia karena iklim Indonesia terlalu panas tetapi ia tetap setuju dengan adanya jilbab hanya tidak terlalu berlebihan. Ismuhar juga melihat perbedaan itu dari segi pandangan terhadap pemerintah. Menurutnya Jama’ah Salafiyyah tetap berada di barisan pendukung pemerintah meskipun pemerintahannya itu berlaku zalim. Mereka tidak suka demokrasi, demonstrasi. Jadi tidak ada proses penyadaran terhadap pemerintah sebagaimana masyarakat pada umumnya. Jadi menurut beliau, ajaran Salafiyyah ini lebih kepada penerapan realisasi nilai-nilai budaya religius tanpa unsur kekuasaan atau politik. Tetapi terkadang mereka bersifat eksklusif karena nilai-nilai yang mereka bawa. Universitas Sumatera Utara 80

4.7.2.2 Irwanto

Irwanto adalah seorang mahasiswa Departemen Administrasi Perpajakan. Mahasiswa stambuk 2007 ini merupakan seorang pengurus organisasi Keislaman di FISIP USU, yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Islam UKMI FISIP USU, Beliau sering bersentuhan dengan Jama’ah Salafiyyah bahkan pernah bergabung dan mengikuti kajian Salafiyyah. Menurut, ajaran Salafiyyah ingin mengembalikan ajaran Islam sebagaimana murninya, yaitu sebagaimana yang diterapkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, sahabat, tabi tabi’in generasi soleh setelah masa sahabat. Dalam orientasi pergerakan dakwah mereka selalu menekankan nilai serta norma Islam dalam kehidupan sehari-hari. Beliau juga mengatakan bahwa dalam ajaran Salafiyyah tidak akan ada terlihat kesenjangan kelas antara jama’ah dengan imamnya, semua terlihat sama karena pakaiannya pada umumnya sama. Sebagaimana komentarnya. ”saya pernah mengikuti jama’ah ini di dalam beberapa kegiatan saya melihat adanya perbedaan dengan ustads-ustads yang lain di masyarakatnya yang mana ustadsnya cendrung terlalu di agungkan dan berlebihan di dalam menghormatinya,saya pernah mengikuti mereka didalam bermainfutsal dan melihat di dalam permainan itu tidak ada perbedaan mana seorang guru dan murid, mereka saling bersendagurau satu sama lainnya dari sana dapat dilihat tidak ada kesenjangan diantara mereka”.wawancara Rabu18112009. Berbeda sekali dengan ustads-ustads yang lain dikalangan umat Islam yang kerap terlalu menghormati ustads-ustadsnya sehingga ustads terkadang tidak pernah terlihat bersanda gurau dengan jama’ahnya. Tetapi di Jama’ah Salafiyyah ia pernah melihat bagaimana jama’ah ini bermain futsal dengan ustadnya, terlihat senda gurai dan canda tawa. Beliau melihat ajaran ini cukup bagus karena menerapkan sunnah nabi dalam kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 81 Ketika ditanya mengenai interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah, menurut beliau biasa-biasa saja. Tetapi ia juga tidak bisa mengingkari adanya pertentangan oleh komunitas Islam lainnya terhadap jama’ah ini, terutama dikalangan komunitasnya sendiri, yaitu di UKMI. Karena banyaknya perbedaan-perbedaan yang mendasar didalam pemahaman agama Islam. UKMI sifatnya organisasi kemahasiswaan, sementara Salahfi tidak menginginkan pembentukan organisasi karena lebih kepada hazbiyah pengelompokkan sosial meskipun mereka dianggap oleh komunitas Islam lainnya sebagai kelompok sosial. Akan tetapi mereka selalu merasa tidak bagian dari kelompok- kelompok sosial karena mereka hanya mempelajari dan mendalami ajaran Islam.

4.7.2.3 Burhan Efendi

Mahasiswa yang satu ini adalah seorang mahasiswa Departemen Sosiologi yang tinggal di mushollah FISIP USU. Dari sinilah beliau banyak bersentuhan dengan Jama’ah Salafiyyah, karena di FISIP USU banyak juga yang memasuki Jama’ah Salafiyyah. Menurut beliau jama’ah ini memang berbeda dari komunitas Islam lainnya. Perbedaan itu ia lihat dari segi pakaiannya, ibadahnya dan perilaku lainnya. Beliau juga memandang ajaran Salafi ini terpusat kepada pendalaman nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti menerapkan sunnahs nabi serta prinsip Islam lainnya. Tindakan-tindakan yang dilakukan Jama’ah Salafiyyah menurutnya adalah pengaplikasian dari nilai-nilai agama menurut pedoman Salaf, yaitu orang-orang soleh terdahulu. Tetapi ajaran ini masih sulit diterima oleh umat Islam lainnya, yang menurutnya disebabkan oleh ketidakpastian oleh komunitas Islam lainnya terhadap Universitas Sumatera Utara 82 ajaran Salafiyyah. Menurut beliau ajaran Salafiyyah senantiasa bergerak kepada penerpaan prinsip nilai Islam meskipun tidak semuanya komunitas Islam lainnya setuju disebabkan perbedaan di dalam memahami agama Islam. Ketika ditanya mengenai interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah sejauh ini menurutnya biasa-biasa saja. Diantara sesama mereka saling menghargai, bersendagurau, berkasih sayang. Dengan komunitas Islam lainnya pun sebenarnya biasa-biasa saja, walau terkadang akibat perbedaan pemahaman Islam mereka agak renggang dikarenakan ketidaksesuaian itu. Meskipun demikian, dalam kehidupan sehari-hari mereka senantiasa saling menyapa satu sama lain. Kehidupan Jama’ah Salafiyyah lebih disibukkan kepada pengajian yang rutin dilakukan tiap minggu. Interaksi mereka lebih banyak di sana. Mereka jarang berbaur dengan komunitas Islam lainya. Dari sinilah Jama’ah Salafiyyah terkadang terlihat asing dalam pandangan komunitas Islam lainnya. Mereka juga ada yang berhubungan dengan masyarakat melalui perdagangan, pendidikan serta mesjid yang sama di dalam beribadah bagi yang berhubungan langsung dengan jama’ah ini akan terasa dalam interaksinya bagaimana mereka mengutamakan ajaran Islam di dalam kehidupannya.

4.7.2.4 Darwin Parinduri

Beliau adalah mahasiswa perpustakaan Fakultas SASTRA USU, stambuk 2004. Mahasiswa yang satu ini adalah alumni pesantren di kampungnya jadi sejak semula dia sudah bersentuhan lebih banyak tentang ajaran islam.pada mulanya ia menganggap ajaran islam itu sama semuanya akan tetapi setelah ia menduduki bangku kuliah ia menemukan Universitas Sumatera Utara 83 banyak perbedaan dan kelompok sosial agama di tubuh umat islam,terutama mengenai Jama’ah Salafiyyah yang sudah banyak pengikutnya di Universitas Sumatera Utara. Menurutnya ajaran jama’ah ini sangat berbeda dari komunitas islam pada umumnya di indonesia karena sikap mereka yang terlalu keras di dalam menerapkan ajaran Islam tanpa mengikuti kaedah hukum fiqih yang yang sudah di terapkan oleh ulama ribuan tahun di dalam dunia islam. ”saya melihat jama’ah ini tidak mengikuti tahapan atau kaedah hukum piqih dalam agama islam sehingga seluruh syariat di pandang wajib semuanya.padahal dalam islam ada hukum wajib,sunnah,mubah, makruh dan haram. Jadi tahapan- tahapan ini sudah teratur tanpa adanya kekeliruan di dalam memahami ajaran islam,sedangkan jama’ah salafiyyah ini sepertinya tidak menerapkan hukum- hukum itu.”wawancaraRabu112009 Menurut beliau bahwa ajaran salafiyyah ini bahkan lebih dekat kepada ajaran wahabiah yang berkembang di Arab Saudi yang pada dasarnya sudah di tentang keberadaannya di indonesia oleh ulama-ulama dahulu.jadi dia menilai sangat berhati-hati pada ajaran ini karena menurutnya tidak memandang toleransi terhadap tradisi umat islam yang turun temurun di indonesia. Menurut Darwin banyaknya mahasiswa memasuki ajaran ini di sebabkan mereka tidak paham akan ajaran atau idiologi islam yang mereka anut turun temurun di keluarga mereka karena mereka lebih kepada ikut-ikutan,sehingga apabila ada kajian islam di kampus ini mereka tidak bisa membedakan mana yang di anut bangsa indonesia selama ini yang di takutkan adalah menurutnya ketidak harmonisanlagi seorang mahasiswa dengan kelurga krabatnya bahkan tetangga-tetangganya.jadi menurutnya seharusnya mahasiswa itu harus bertanya kepada orang yang mengetahui tentang agamanya jangan terlalu cepat mengambil sikap apalagi masalah agama adalah masalah hubungan dengan sang pencipta. Beliau juga melihat jama’ah ini tidak tertarik akan kegiatan-kegiatan kampus menurut beliau itu adalah bukti kedangkalan di dalam Universitas Sumatera Utara 84 berpikir di dalam memahami agama sehingga kadangkala kesempatan yang ada tidak dapat di pergunakan dengan sebaik-baiknya,beliau juga menambahkan bahwa pemahaman agama itu luas jadi jangan di sempit-sempitkan di dalam berpikir.

4.8 Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah di Sumatera Utara