In Group dan Out Group .1 In Group
16
2.4 In Group dan Out Group 2.4.1 In Group
Kemunculan gerakan Salafi berbeda dengan gerakan umat Islam lainnya. Di dalam kelompok ini terdapat larangan sebagaimana perintah terhadap umat Islam lainnya,
sehingga dengan sebab inilah Jama’ah Salafiyyah tidak pernah berbaur dengan Umat Islam lainnya, dalam hal keagamaan atau hal lain yang bersifat ibadah. Seperti perayaan
Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj yang selalu diadakan masyarakat Indonesia. Namun Jama’ah Salafiyyah menganggap hal tersebut sebagai sebuah
penambahan dalam syariat Islam. Dan setiap penambahan dalam syariat dipandang sebagai bid’ah meskipun sudah diakui ulama-ulama Islam terdahulu.
Orientasi dakwah kelompok Jama’ah Salafiyyah adalah berdasarkan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai agama Islam yang kerap mereka namakan sebagai sunnah
rasul. Kehidupan kelompok ini selalu mengutamakan sunnah rasul, baik dalam bertingkah laku dan interaksi sehari-hari. Mereka pun memiliki figur ulama tersendiri
yang mereka anggap mampu memahami ajaran Islam secara baik. Jama’ah Salafiyyah anti terhadap ulama yang berpikiran sufi dan filsafat, karena menurut mereka ajaran sufi
dan filsafat bukan dari ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan ulama-ulama yang ada di Indonesia, yang kebanyakan dari mereka terpengaruh
oleh pemikiran sufi dan filsafat-filsafat Islam Zainu Jamil, 2006. Kehidupan Jama’ah Salafiyyah sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Keislaman
yang mereka pahami dari berbagai ulama dan syekh di Timur Tengah. Diantaranya adalah Syekh Ibnu Taimiyah 728, Az Zahabi 748, Ibnu Qayyim 751, Ibnu Katsir
774, Muhammad bin Abdul Wahhab 1206 dan sejumlah murid dan pengikutnya di
Universitas Sumatera Utara
17
saat sekarang ini, seperti Syekh Abdul Azis bin Baz ketua perkumpulan ulama Arab Saudi, dan Muhammad Nashiruddin Al Albani, seorang imam hadis abad 20 yang
berasal dari Yordania. Figur-figur ulama inilah yang mereka jadikan panutan dalam memahami ajaran Islam. Adapun ulama yang tidak sejalan dengan pemikiran ulama-
ulama tersebut, mereka cenderung menghindarinya. Dalam Jama’ah Salafiyyah, penyatuan kelompok sosial didasarkan pada ideologi
dan pemahaman yang sama, dalam memahami ajaran Islam. Kelompok ini tidak berbentuk organisasi, akan tetapi lebih kebada kesamaan ideologi atau mazhab. Dari
sinilah timbul interaksi dalam kehidupan bersama, hingga membentuk kelompok untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu pengikut salafus assoleh orang-orang saleh terdahulu
di dalam Islam. Di kalangan Jamaah Salafiyyah ada anggapan bahwa merekalah generasi penerus
risalah nabi dan para sahabatnya setelah banyaknya perbedaan pemahaman agama di kalangan umat Islam. Adapun metode yang mereka ambil adalah dengan jalan menelaah
meneliti hadis-hadis Rasul secara valid atau shahih. Berangkat dari sinilah mereka berdalil dan mengamalkan ajaran Islam, baik yang bersifat aqidah, fiqih dan sunnah-
sunnah lainnya.
2.4.2.Out Group
Keberadaan Jama’ah Salafiyyah dipandang oleh komunitas lain dari umat Islam sangatlah berbeda. Bagi umat Islam lainnya, Jama’ah Salafiyyah mempunyai sejarah
tersendiri. Kelompok ini dipandang radikal dan anti mazhab dari imam yang empat mazhab dalam Islam. Kelompok yang dipelopori oleh Syekh Muhammad bin Abdul
Universitas Sumatera Utara
18
Wahhab ini dipandang berbeda dari ajaran umat Islam terdahulu yang cenderung mengambil mazhab dalam penerapan nilai dan norma ajaran Islam. Seperti komunitas
Nahdatul Ulama NU, NU menganggap Jama’ah Salafiyyah yang sekarang ini bukan Jamaa’ah Salafiyyah yang sebenarnya, akan tetapi lebih kepada ajaran lain di luar Islam
itu sendiri, sehingga peseberangan ini membuat banyaknya perbedaan dalam tubuh umat Islam Sirajuddin, 2002.
Komunikasi Jama’ah Salafiyyah pun sangatlah tidak bisa masuk kepada jama’ah Islam lainnya, karena dipandang sangat keras dan berseberangan dengan ajaran Islam di
masa awal. Dari sinilah kenapa Jama’ah Salafiyyah sangat sulit untuk dimasuki oleh masyarakat awam. Jama’ah Salafiyyah pun sebenarnya dipengaruhi oleh pemahaman
mereka sendiri terhadap nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat awam yang tidak paham cenderung memvonis mereka kepada islam yang pembawaannya radikal, Sebagian
dikalangan mahasiswa menyebut mereka idiealis karena sangat menolak kebenaran yang berasal dari luar sumber intisari agama islam,baik berupa budaya,busana dan prilaku
sehari-hari.