Interaksionisme Simbolik Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jama''ah Salafyyyah di Sumatera Utara)

13 nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Artinya, nilai itu merupakan nilai akhir bagi individu yang bersangkutan dan bersifat non-rasional sehingga tidak memperhitungkan alternatif. Contoh tindakan jenis ini adalah seorang yang beribadah. 3. Tindakan tradisional. Dalam tindakan jenis ini seorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaannya yang diperoleh dari nenek moyang tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Contohnya, sebuah keluarga di kota yang melaksanakan syukuran karena pindah rumah tanpa tahu dengan pasti apa manfaatnya. 4. Tindakan afektif. Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya, seorang yang menangis tersedu-sedu karena sedih atau seseorang yang gemetar dan wajahnya pusat pasi karena ketakutan. Max Weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial ini yang merupakan tipe ideal dan jarang bisa ditemukan di dalam kenyataan. Namun biar bagaimana pun, untuk mengetahui arti subjektif dan motivasi individu yang bertindak, yang diperlukan adalah kemampuan untuk berempati pada peranan orang lain.

2.3 Interaksionisme Simbolik

Diantara berbagai pendekatan yang digunakan di dalam menanggapi interaksi sosial masyarakat, pendekatan interaksionalisme simbolik juga di jumpai di dalam Universitas Sumatera Utara 14 kehidupan masyarakat,pendekatan ini bersumber dari pemikiran George Herbert Mead, menurut Mead dalam Sunarto,50:2004 simbol merupakan sesuatu yang dinilai atau maknanya di berikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya, makna simbol hanya dapat di tangkap melalui cara non-sensoris. Makna interaksionalisme simbolik bisa dipahami bagi mereka yang paham dan mengerti peranan simbol yang dibawa atau yang diartikan dengan sendirinya. Menurut Blumer dalam Sunarto,50:2004 pokok pikiran interaksionalisme simbolik ada tiga yaitu pertama, adalah manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya, artinya seseorang yang memahami suatu benda atau simbol sesuai dengan pemahaman yang ia ketahui dari dirinya. Sebagai contoh, pandangan seorang penganut agama Hindu terhadap seekor sapi akan berbeda dengan pandangan seorang penganut agama Islam karena bagi masing-masing orang tersebut sapi mempunyai makna yang berbeda. Mungkin saja bagi orang Hindu sapi merupakan binatang suci yang dilindungi dan dipelihara, tetapi bagi umat Islam sapi merupakan hewan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan terutama untuk konsumsi. Kedua,makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya, yaitu suatu simbol yang lahir dari pikirnya berasal dari hubungan sosial di antara sesamanya. Sebagai contoh adalah seseorang yang berpakaian hitam dipandang sebagai orang yang bersedih atau berbela sungkawa, warna merah cendrung diartikan wujud keberanian dan sebagainya. Yang ketiga adalah makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran interpretative process yang digunakan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Maksudnya di sini adalah seseorang tidak menerima begitu saja apa yang dilakukan orang lain terhadap Universitas Sumatera Utara 15 dirinya, melainkan ia tafsirkan lebih dahulu maksud dari perbuatan tersebut. Sebagai contoh, apakah seseorang akan menanggapi dengan baik ucapan ”assalamu’alaikum atau selamat pagi ”. Misalnya hal itu tergantung pada penafsirannya apakah si pemberi salam tersebut berniat baik atau buruk. Interaksi simbolik mempunyai makna tersendiri yang dapat didefenisikan menurut situasi dan kondisi. Dalam situasi dan kondisi itu dapat kita pahami interaksi yang sedang berlangsung. W.I. Thomas 1968 mendefenisikan situasi sebagai suatu tindakan seseorang yang didahului suatu tahapan penilaian dan pertimbangan atau proses seleksi rangsangan dari luar. Dalam proses ini orang yang bersangkutan akan memberi makna pada rangsangan yang diterimanya. Thomas juga membedakan dua macam defenisi situasi, yaitu defenisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu dan defenisi situasi yang dibuat oleh masyarakat Kamanto,2004. Disamping defenisi ini, dalam interaksi sosial hal yang juga perlu diperhatikan menurut Hall dalam Kamanto,2004 tidak hanya memperhatiakan komunikasi atau apa yang dikatakan oleh orang lain, tetapi tindakan yang dilakukannya perlu juga diperhatikan. Hal ini disebut sebagai komunikasi non-verbal atau bahasa tubuh. Komunikasi dilakukan secara sadar. Dalam sosiologis dinamakan kinesicks bahasa isyarat atau tubuh, lebih jauhnya dapat dikatakan dalam gerakan tubuh yang dilakukan oleh seseorang terdapat makna yang perlu untuk dipahami. Universitas Sumatera Utara 16 2.4 In Group dan Out Group 2.4.1 In Group