aktif, reflektif dan kreatif, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan.Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan
masyarakat.Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.Perspektif interaksi simbolik
berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia
membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi,
objek dan bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Mulyana, 2001: 68.
Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara ringkas, interaksionisme simbolik
didasarkan pada premis-premis berikut: pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang
terdapat dalam komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan
melalui penggunaan bahasa.Ketiga, makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.
I.7 Kerangka Konsep
Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama Bungin, 2005: 73. Kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah: - Culture shock
Universitas Sumatera Utara
I.8 Operasional Konsep
Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka agar konsep operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian,
maka dioperasionalkan sebagai berikut: Konsep
Operasional Operasional Konsep
Culture shock
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi culture shock sesuai dengan variabel-variabel komunikasi dalam akulturasi :
1. Komunikasi Personafactor intrapersonal, meliputi:
a. Karakteristik personal b. Motivasi individu
c. Pengetahuan individu d. Pengalaman sebelumnya
2. Komunikasi Sosial, yakni komunikasi antarpersona baik verbal maupun non verbal.
3. Lingkungan komunikasi B. Tingkatan culture shock :
1. Fase Optimistik Optimistic Phase 2. Fase Masalah Kultural Cultural Problems
3. Fase Kesembuhan Recovery Phase 4. Fase Penyesuaian Adjustment Phase
Karakteristik Informan
1. Usia 2. Jenis Kelamin
3. Asal Fakultas 4. Lama menetap
Universitas Sumatera Utara
I.9 Definisi Operasional
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi culture shock : 1. Komunikasi PersonaFaktor intrapersonal:
a. Karakteristik personal, watak dan kepribadian mahasiswa asal Minang. b. Motivasi individu, kehendak, kemauan, kebutuhan dan dorongan mahasiswa asal
Minang untuk belajar tentang dan berpartisipasi serta terlibat komunikasi antarbudaya dengan orang-orang Medan.
c. Persepsi individu, persepsi mahasiswa asal Minang tentang lingkungan barunya, yakni Kota Medan dan orang-orang di dalamnya.
d. Pengetahuan individu, pengetahuan kemampuan kognitif tentang budaya dan pola-pola dan aturan sistem komunikasi budaya baru, yaitu Medan.
e. Pengalaman sebelumnya, ada tidaknya pengalaman terdahulu dari mahasiswa asal Minang tentang Medan.
2. Komunikasi Sosial, yakni komunikasi antarpersona mahasiswa asal Minang dengan orang-orang Medan.
3. Lingkungan, suasana lingkungan komunikasi USU. B. Tingkatan culture shock:
1. Fase optimistik Optimistic Phase, fase berisi kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euphoria sebagai antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru. Dalam
penelitian ini, fase optimistik adalah fase dimana mahasiswa asal Minang di USU merasa sangat antusias akan memasuki budaya baru.
2. Masalah Kultural Cultural Problems, fase kedua di mana masalah dengan lingkungan baru mulai berkembang. Mahasiswa asal Minang mengalami gegar
budaya ketika memasuki lingkungan baru.
Universitas Sumatera Utara
3. Fase Kesembuhan Recovery Phase, fase ketiga dimana orang mulai mengerti mengenai budaya barunya. Mahasiswa asal Minang mulai mengenal budaya baru
yang dimasukinya. 4. Fase Penyesuaian Adjustment Phase, fase terakhir dimana mahasiswa asal
Minang telah mengerti elemen kunci dari budaya barunya. Karakteristik Informan:
1. Usia: umur dari informan 2. Jenis kelamin: laki laki atau perempuan
3. Asal fakultas: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Fakultas Ilmu Budaya
4. Lama menetap: lama informan menetap di Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi Antarbudaya II.1.1Sejarah Komunikasi Antarbudaya