Teori Interaksionisme Simbolik .1 Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik

sekolah baru dan lain-lain. Fase ini biasanya ditandai dengan rasa kecewa dan ketidakpuasan.Ini adalah periode krisis dalam culture shock.Orang menjadi bingung dan tercengang dengan sekitarnya dan dapat menjadi frustasi dan mudah tersinggung, bersikap bermusuhan, mudah marah, tidak sabar dan bahkan menjadi tidak kompeten. 3. Fase Kesembuhan Recovery Phase, fase ketiga dimana orang mulai mengerti mengenai budaya barunya. Pada tahap ini, individu secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan untuk menanggulangi budaya baru.Orang-orang dan peristiwa dalam lingkungan baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan. 4. Fase penyesuaian Adjustment Phase, fase terakhir, pada puncak kanan U, individu telah mengerti elemen kunci dari budaya barunya nilai-nilai, pola komunikasi, keyakinan dan lain- lain. Kemampuan untuk hidup dalam dua budaya yang berbeda, biasanya juga disertai dengan rasa puas dan menikmati. Namun beberapa ahli menyatakan bahwa untuk dapat hidup dalam dua budaya berbeda, seseorang akan perlu beradaptasi kembali dengan budayanya terdahulu. II.4 Teori Interaksionisme Simbolik II.4.1 Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead merupakan pelopor interaksionisme simbolik, meskipun dalam perintisan teori ini banyak ilmuwan lain yang ikut serta memberikan sumbangsihnya, seperti James Mark Baldwin, William James, Charles H. Cooley, John Dewey dan William I. Thomas. Mead mengembangkan teori interaksionisme simbolik pada tahun 1920-an ketika beliau menjadi profesor filsafat di Universitas Chicago. Namun gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan dan kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interaksionisme simbolik, yakni mind, self and society Mulyana, 2001: 68.Karya Mead yang paling terkenal ini menggarisbawahi tiga konsep kritis yang Universitas Sumatera Utara dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme simbolik. Tiga konsep ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme simbolik. Dari itu, pikiran manusia mind dan interaksi sosial diriself dengan yang lain digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat society di mana kita hidup. Makna berasal dari interaksi dan tidak dari cara yang lain. Pada saat yang sama “pikiran” dan “diri” timbul dalam konteks sosial masyarakat. Pengaruh timbal balik antara masyarakat, pengalaman individu dan interaksi menjadi bahan bagi penelahaan dalam tradisi interaksionisme simbolik Elvinaro, 2007: 136 Perspektif interaksi simbolik sebenarnya berada di bawah payung perspektif yang lebih besar lagi, yakni perspektif fenomenologis atau perspektif interpretif. Secara konseptual, fenomenologi merupakan studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran atau cara kita sampai pada pemahaman tentang objek-objek atau kejadian-kejadian yang secara sadar kita alami. Fenomenologi melihat objek-objek dan peristiwa-peristiwa dari perspektif seseorang sebagai perceiver.Sebuah fenomena adalah penampakan sebuah objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi individu Rahardjo, 2005: 44.Interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini, individu itu bukanlah sesorang yang bersifat pasif, yang keseluruhan perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur- struktur lain yang ada di luar dirinya, melainkan bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Oleh karena individu akan terus berubah maka masyarakat pun akan berubah melalui interaksi itu. Struktur itu tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama Mulyana, 2001: 59. Jadi, pada intinya, bukan struktur masyarakat melainkan interaksi lah yang dianggap sebagai variabel penting dalam menentukan perilaku manusia. Melalui percakapan dengan orang lain, kita lebih dapat memahami diri kita sendiri dan juga Universitas Sumatera Utara pengertian yang lebih baik akan pesan-pesan yang kita dan orang lain kirim dan terima West, 2008: 93 Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan masyarakat.Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yangdiberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Sebagaimana ditegaskan Blumer, dalam pandangan interaksi simbolik, proses sosial dalam kehidupan kelompok yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan sebaliknya. Dalam konteks ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial Mulyana, 2001: 68-70. Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara ringkas, interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut: pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.Ketiga, makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Teori ini berpandangan bahwa kenyataan sosial didasarkan Universitas Sumatera Utara kepada definisi dan penilaian subjektif individu. Struktur sosial merupakan definisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang cocok, yang menghubungkannya satu sama lain. Tindakan-tindakan individu dan juga pola interaksinya dibimbing oleh definisi bersama yang sedemikian itu dan dikonstruksikan melalui proses interaksi. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara Sejak awal pendiriannya, USU dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di kawasan Barat Indonesia. Sewaktu didirikan pada tahun 1952, USU merupakan sebuah yayasan, kemudian beralih status menjadi PTN pada tahun 1957, dan selanjutnya menjadi PT-BHMN pada tahun 2003. Sejarah Universitas Sumatera Utara USU dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut: Abdul Hakim Ketua; Dr. T. Mansoer Wakil Ketua; Dr. Soemarsono SekretarisBendahara; Ir. R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum Anggota. Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia,pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Universitas Sumatera Utara Danunagoro, dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultas. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Tanggal 20 Agustus 1952 telah ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat 1954, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1956, dan Fakultas Pertanian 1956. Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja Banda Aceh yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan 1960 di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi 1961, Fakultas Sastra 1965, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1965, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1982, Sekolah Pascasarjana 1992, Fakultas Kesehatan Masyarakat 1993, Fakultas Farmasi 2007, Fakultas Psikologi 2008, dan Fakultas Keperawatan 2009. Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri PTN menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara BHMN. Perubahan status USU dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI 2004 dan UNAIR 2006. Universitas Sumatera Utara Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP Negeri Medan 1964, yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan UNIMED yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan 1999, yang semula adalah Politeknik USU. USU memiliki 14 fakultas yaitu: 1. Kedokteran, 2. Hukum, 3. Pertanian, 4. Teknik, 5. Kedokteran Gigi, 6. Ekonomi, 7. Ilmu Budaya, 8. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 9. Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 10. Kesehatan Masyarakat, 11. Farmasi, 12. Psikologi, 13. Keperawatan dan 14. Pascasarjana. Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000 di antaranya adalah mahasiswa asing. Universitas Sumatera Utara USU memiliki visi menjadi University for Industry UfI, dengan misi: 1mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat bermoral dengan kemampuan akademik danatau profesional danatau vokasional untuk menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 2 mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni terutama pada kerjasama berbasis industri, dan pengembangan aplikasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional, dan 3 mendukung pengembangan masyarakat sipil yang demokratis melalui peran USU sebagai suatu kekuatan moral yang otonom untuk mencapai kemampuan yang kuat dalam lingkungan kompetisi global melalui pengelolaan secara profesional sumber daya manusia, memperluas partisipasi dalam pembelajaran, memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan memodernisasi cara pembelajaran. Kampus USU berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau danrindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan dosen. Selain itu di dalam kampus juga terdapat berbagai sarana seperti asrama, arena olah raga, wisma, kafetaria, toko, bank, dan kantor pos. Wisuda dan berbagai acara akademik lainnya diadakan di Auditorium dan Gelanggang Mahasiswa. Sebuah rumah sakit pendidikan yang berlokasi dikampus Padang bulan telah dimulai pembangunannya sejak Agustus 2009. Universitas Sumatera Utara Sebuah kampus baru seluas 300 ha yang berlokasi di Kwala Bekala, berjarak 15 km dari Kampus Padang Bulan sedang dikembangkan, yang saat ini digunakan untuk mendukung berbagai penelitian dan percobaan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, dan peternakan. Dalam upaya mengembangkan diri sebagai universitas berjangkauan luas, USU mengelola Kebun Percobaan seluas sekitar 550 ha di Langkat. USU juga telah memperoleh izin pengembangan hutan percontohan seluas 10.000 ha di Mandailing Natal. III.1.2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara a. Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Pada mulanya Fakultas Ilmu Budaya dahulu bernama Fakultas Sastra diawali dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor : 1901965 tertanggal 25 Agustus 1965. Pada awal berdirinya Fakultas Sastra melakukan kegiatan dengan menumpang di Fakultas Hukum USU dengan memiliki satu jurusan saja, yakni Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah mahasiswa sebanyak 45 orang. Kemudian tahun 1966 dibuka 1 jurusan lagi yaitu jurusan Sastra Inggris. Di tahun ini pula Fakultas Sastra pindah dan memperoleh gedung sendiri yang terletak di bahagian depan sekolah TK Dharma Wanita USU, yang berukuran sangat kecil. 1 satu tahun kemudian Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung eks PU di Jalan Prof. Muhammad Yusuf juga dengan ukuran yang sangat minim dan tidak memenuhi syarat karena hanya terdiri dari 2 dua ruangan untuk kuliah dan 2 ruangan untuk administrasi. Pada tahun 1967, Fakultas Sastra pindah lagi ke gedung Pancasila sekarang Pendopo USU yang luasnya sudah memenuhi kebutuhan tetapi terkendala dengan masalah air dan listrik. Dalam perkembangannya Fakultas Sastra membuka lagi jurusan baru yaitu Jurusan Sejarah pada tahun 1968, namun jurusan ini belum langsung aktif melaksanakan kegiatannya dikarenakan ketiadaan mahasiswa, dan tahun 1970 adalah tahun pertama jurusan ini mulai menerima mahasiswa baru. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1972 Fakultas Sastra mendapat tiga gedung permanen, dua telah direnovasi menjadi ruang kuliah dan satu ruang seminar. Dengan bertambahnya gedung dan ruang bagi kelancaran belajar engajar di Fakultas Sastra saat itu, pada tahun 1979 kembali dibuka jurusan baru di Fakultas Sastra yaitu Jurusan Sastra dan Sastra Melayu dan Sastra Daerah untuk Sastra Batak. Pada tahun ini pula dibuka jurusan Etnomusikologi, satu-satunya yang ada di Indonesia sampai tahun 1989. Jurusan ini banyak sekali mendapat perhatian dan bantuan terutama dari FORD Foundation Jakarta antara lain berupa beasiswa bagi mahasiswa dan staf pengajar serta bantuan tenaga konsultan. Selain itu jurusan ini juga mendapat bantuan dari PEMDA Kota Madya Medan berupa satu Gedung untuk perkuliahanpraktek. Selanjutnya pada tahun 1980 dibuka Program Studi S1 Bahasa Arab, Jurusan Ilmu Antropologi dan Jurusan Ilmu Perpustakaan, namun pada tahun 1983 Jurusan Ilmu Perpustakaan ditutup dan sebagai gantinya dibuka Program Studi D3 Perpustakaan, sedangkan Jurusan Antropologi dipindahkan ke FISIP USU dengan SK Rektor USU Nomor : 163PT05SK086 tanggal 4 Mei 1986. Tahun 1990 Fakultas Sastra kembali mendapat tambahan gedung, yakni eks gedung BAAK dan eks Perpustakaan USU dan pada tahun 2003 mendapat tambahan 1 unit gedung eks USU Press dan kemudian direnovasi menjadi kantor Pariwisata D3 dan Kantor jurusan bahasa Jepang. Tahun Akademik 20072008 dibuka jurusan baru yakni Program Studi Sastra China. Hal ini merupakan kerjasama Universitas Sumatera Utara dengan Jinan University. Adapun perkembangan tahun 2009 ini adalah dibukanya Program Studi Magister S2 Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Sastra USU. Proses penerimaan siswa untuk Program S2 ini mulai dibuka pada bulan Juli 2009 sampai bulan Agustus 2009 yang kemudian menerima sebanyak 18 orang siswa. Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni jenjang Magister S2 ini sendiri disahkan oleh Rektor Universitas Sumatera Utara pada tanggal 27 Agustus 2009 berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 924H5.1.RSKPRS 2009. Universitas Sumatera Utara Perkembangan berikutnya adalah perubahan nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya sesuai SK Rektor Universitas Sumatera Utara No. 981H5.1.RSKPRS2011 tanggal 5 April Tahun 2011. Fakultas Sastra USU didirikan oleh 12 orang berikut: 1.Alm. Prof. Mahadi, S.H. 2.Alm. Dr. Septy Ruzui 3.Alm. Drs. Sabaruddin Ahmad 4.Alm. T. Mahmuddin 5.Dr. Rustam Amir Effendi, M.A. 6.Alm. Drs. Burhanuddin Ch. Usman 7.Alm. Prof. A. Hamid Hasan Lubis 8.Alm. Drs. Chairuddin Rahman 9.Drs. Danil Ahmad, DPFE 10.Alm. Drs. Syahdan Manurung, MPFE 11.Drs. Abubakar 12.Alm. Drs, Tasril Ismail Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, awalnya Fakultas Sastra hanya memiliki 1 jurusan saja, namun seiring dengn dengan meningkatnya kebutuhan sarjana Sastra dalam berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan maka Fakultas Sastra USU selanjutnya membuka jurusan-jurusanprogram studi Strata 1 S1 dan Diploma 3 D3, sebagai berikut : 1965, dibuka jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah mahasiswa 45 orang. 1966, dibuka jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dengan jumlah mahasiswa 50 orang. 1968, dibuka jurusan Ilmu Sejarah tetapi belum ada kegiatan karena mahasiswanya belum ada dan pada tahun 1970 barulah pertama kali menerima mahasiswa. 1979, dibuka jurusan Sastra Daerah : Universitas Sumatera Utara a.Bahasa dan Sastra Melayu b.Bahasa dan Sastra Batak 1979, dibuka jurusan Etnomusikologi satu-satunya yang ada di Indonesia sampai tahun 1989. Jurusan ini banyak sekali mendapat perhatian dan bantuan terutama dari FORD Foundation Jakarta antara lain beasiswa bagi mahasiswa dan staf pengajar serta bantuan tenaga konsultan. 1980, dibuka Program S1 Bahasa Arab, Jurusan Antropologi, dan Jurusan Ilmu Perpustakaan namun pada tahun 1983 Jurusan Ilmu Perpustakaan ditutup dan sebagai gantinya dibuka Program Studi D3 Perpustakaan. Sedangkan Jurusan Antropologi dipindahkan ke FISIP USU .

b. Visi dan Misi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Visi