38 a. Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
2.2. Karakteristik 2.2.1. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat secara awam diartikan sebagai warga. Berikut ini beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli :
a. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
b. Menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
c. Menurut Paul B. Horton 0 C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompokkumpulan manusia tersebut.
d. Menurut Anne Ahira, masyarakat merupakan sekelompok orang yang
membentuk suatu sistem yang semi tertutup ataupun semi terbuka, yang mana interaksi sebagian besar adalah antara perorangan yang berada di
dalam kelompok masyarakat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
39 Peran serta masyarakat adalah suatu proses yang melibatkan masyarakat,
yaitu proses komunikasi dua arah yang terus menerus meningkatkan pengertian masyarakat secara penuh atas suatu proses kegiatan Canter, 1977.
Pengertian lain dari peran serta masyarakat adalah bagaimana masyarakat dapat terlibat dalam perubahan sosial yang memungkinkan mereka mendapatkan
bagian keuntungan dari kelompok yang berpengaruh Arnstein, 1969.
2.2.2. Tingkat Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 2003, indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian
jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:
a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 sembilan tahun pertama masa sekolah anak-anak yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar. c. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan yang dipakai
peneliti adalah tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Universitas Sumatera Utara
40 SLTASMA, Diploma yaitu Diploma I dan Diploma III, Strata 1
S1, dan Strata 2 S2Pasca Sarjana.
2.2.3. Tingkat Pendapatan
Beberapa definisi pendapatan adalah :
1. Menurut Budiono, pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-
faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
2. Menurut Winardi, pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi
lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.
3. Menurut Niswonger 1992:22, pendapatan adalah jumlah yang
ditagih kepada pelanggan atas barang ataupun jasa yang diberikan
kepada mereka. Pada buku yang sama, Niswonger 1992;56 juga
menjelaskan bahwa pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau gross dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan
barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewa harta, peminjam uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi
yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan. 4. Badan Pusat Statistik BPS, 2008 membedakan pendapatan menjadi 4
golongan adalah : a. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-
rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan. b. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 2.500.000,00 – sd Rp. 3.500.000,00 per bulan.
Universitas Sumatera Utara
41 c. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata
antara Rp. 1.500.000,00 sd Rp. 2.500.000,00 per bulan. d. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata
1.500.000,00 per bulan. Di dalam penelitian ini, peneliti memberikan keterbukaan kepada
responden untuk mencantumkan berapa besaran pendapatan yang diperoleh responden selama sebulan, yang kemudian dibuat skala sebagai berikut :
a. tingkat pendapatan kurang dari Rp 1.500.000,00 b. tingkat pendapatan antara Rp 1.500.000,00 s.d. Rp 3.500.000,00
c. tingkat pendapatan antara Rp 3.500.001,00 s.d. Rp 5.000.000,00 d. tingkat pendapatan lebih dari Rp 5.000.000,00
2.2.4. Umur
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah
41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut 60 tahun; umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan Harlock, 2004.
Di dalam penelitian ini, peneliti memberikan keterbukaan kepada responden untuk mencantumkan berapa umur responden, yang kemudian dibuat
skala sebagai berikut : a.
umur dibawah 30 tahun b. umur diantara 30 tahun s.d. 40 tahun
c. umur diantara 41 tahun s.d. 50 tahun
d. umur diatas 50 tahun
Universitas Sumatera Utara
42
2.2.4. Gender
Beberapa pengertian gender menurut para ahli, antara lain : a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan
ditentukan Suprijadi dan Seskiel, 2004. b. Gender adalah perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki
yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku dalam periode waktu tertentu WHO, 2001.
c. Gender adalah perbedaan peran dan tanggung jawab sosial bagi perempuan dan laki-laki yang dibentuk oeh budaya Azwar, 2001.
d. Gender adalah jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin Suryadi dan Idris,
2004. Di dalam penelitian ini, gender yang dimaksud oleh peneliti adalah jenis kelamin,
yaitu laki-laki atau perempuan.
2.2.6. Performance Direktorat Jenderal Pajak
Perjalanan reformasi birokrasi di dalam Direktorat Jenderal Pajak DJP sudah dimulai sejak tahun 2002. Dengan dilakukannya reformasi di DJP,
diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dan pelaksanaan good governance, sehingga target penerimaan pajak dapat tercapai.
DJP adalah instansi yang berkewajiban untuk memasukkan penerimaan APBN yang bersumber dari sektor pajak.
Dengan meningkatnya penerimaan dari sektor pajak, diharapkan pemerintah mampu meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat melalui
pembangunan nasional yang didanai secara mandiri. Untuk mencapai kemandirian
Universitas Sumatera Utara
43 pendanaan pembangunan nasional ini adalah dengan meningkatkan peran serta
seluruh masyarakat Indonesia secara aktif melalui pembayaran pajak. Reformasi
di dalam DJP, lebih dikenal dengan modernisasi. Modernisasi tidak hanya
sebatas peraturan kebijakan perpajakan seperti yang terdahulu yaitu Amandemen Undang-Undang Pajak, melainkan melakukan modernisasi di
seluruh instrument perpajakan, antara lain : sistem, institusi, pelayanan kepada masyarakat wajib pajak, pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan,
serta yang terpenting adalah moral, etika, dan integritas pegawai DJP. Perjalanan reformasi di DJP sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1983
dengan mengubah sistem pemungutan pajak dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Terjadi perubahan nama dari Kantor Inspeksi
Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak KPP. Fungsi pelayanan di KPP berdasarkan jenis pajak seperti seksi PPh Badan, PPh Perseorangan, PPh
Pemotongan Pemungutan,dan Pajak Pertambahan Nilai PPN. Pada struktur ini fungsi pelayanan dilakukan oleh KPP, sedangkan untuk pemeriksaan selain
dilakukan di KPP juga dilakukan di Kantor Pemeriksaan Pajak Karikpa, Fungsional Kantor Wilayah Kanwil, dan Fungsional Kantor PusatDJP. Belum
lagi dengan pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB yang dilaksanakan Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan KP.PBB.Keseluruhannya tidak bersifat pelayanan satu atap one stop service. Hal-hal tersebutlah yang mendorong terbentuknya KPP
Modern. Pada pertengahan tahun 2002 dimulailah modernisasi perpajakan, salah
satu yang baru adalah dibentuk dua KPP LTO Large Taxpayers Office yang
Universitas Sumatera Utara
44 kemudian disebut KPP WP Besar, dibentuk KPP MTO Medium Taxpayers
Office yang disebut KPP Madya yang berjumlah satu dimasing-masing Kanwil, dan kemudian dibentuk KPP STO Small Taxpayers Office yang kemudian
disebut KPP Pratama dengan total 357 KPP Pratama di seluruh Kanwil. Dengan modernisasi yang dilakukan, DJP berusaha untuk memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat dalam hal ini Wajib Pajak. Di era modernisasi ini, DJP berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada WP melalui one stop service. Pelayanan berkualitas yang diberikan kepada
wajib pajak antara lain: Pertama, prosedur administrasi pajak dibuat sederhana
agar mudah dipahami oleh semua wajib pajak. Pendaftaran NPWP, adanya sistem informasi perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, sehingga sistem ini
pelayanan prima kepada WP menjadi semakin nyata. Kedua, petugas pajak atau
Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam skill, knowledge, dan experience dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan
perpajakan, pelayanan petugas bank tempat pembayaran wajib melayani dan memberikan penjelasan terhadap wajib pajak dengan ramah agar wajib pajak
benar-benar paham sesuai yang diharapkan atau diinginkan. Ketiga, KPP
memberikan kemudahan dalam pembayaran yang dilakukan melalui e-Banking yang bisa dilakukan dimana saja. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat
dilakukan dimana saja, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar, disediakan sistem pelaporan melalui e-SPT dan e- filling. NPWP yang dapat
dilakukan secara onlinemelalui e-Register dari website pajak. Keempat, KPP
memberikan perluasan tempat pelayanan terpadu TPT, dengan perluasan ini dapat meningkatkan pelayanan wajib pajak dengan menetapkan suatu pelayanan
Universitas Sumatera Utara
45 yang terpadu untuk setiap KPP, sehingga dapat
memberikan.
Di DJP juga terdapat Account Representative AR yang akan membantu WP untuk mengkonsultasikan
seluruh masalah perpajakannya. Dan dari waktu ke waktu DJP berusaha untuk meningkatkan pelayanan, juga menyediakan fasilitas-fasilitas yang
memungkinkan masyarakat khususnya WP untuk lebih mudah dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Yogi Rahmayanti 2006 mengenai analisis potensi pajak menyatakan bahwa yang menentukan penerimaan pajak yaitu Tax
Rate, Tax Base GDP don Collection System. Dalam penelitian ini ditekankan pada dua jenis pajak yang mempunyai peran yang signifikan terhadap penerimaan
pajak di Indonesia yaitu PPh dan PPN. Salah satu hasil estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa Tax Base GDP dan time trend trend waktu mempunyai
hubungan yang positif terhadap penerimaan PPh. Hasil regresi menunjukkan bahwa tax base mempunyai hubungan positif terhadap penerimaan PPh dengan
koefisien sebesar 0,78 dan terhadap PPN dengan koefisien sebesar 1,156. ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Tax Base GDP sebesar satu persen akan
meningkatkan penerimaan PPh sebesar 0,78 persen dan penerimaan PPn sebesar 1,156 persen. Time trend trend waktu mempunyai hubungan yang positif
dengan dengan penerimaan PPh dengan koefisien sebesar 0,53 persen dan terhadap PPN dengan koefisien sebesar 0,37 persen.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasution 2003 yang merupakan penelitian ex post facto yang merupakan penelitian dari peristiwa yang telah
Universitas Sumatera Utara
46 terjadi dan kemudian dirunut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dari
berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dan pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan selama dasawarsa 1990-2000 di antaranya
dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh faktor-faktor Produk Domestik Bruto, Jumlah Wajib Pajak, dan Jumlah Kantor Pelayanan Pajak
yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam penelitiannya Sarastika Indrawati dan Daryono Soebagiyo 2006,
dengan judul “Analisis Uji Kasualitas Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah di Kota Surakarta Dengan Menggunakan Metode Granger tahun 1978-
2003”. Dengan menggunakan data tahunan secara time series untuk tahun 1978- 2003, hasil analisisnya menyebutkan bahwa ada hubungan sebab dan akibat tidak
langsung bentuk satu arah antara pendapatan pajak dengan pengeluaran pemerintah di Surakarta. Maksudnya, bahwa peningkatan pendapatan pajak akan
mendorong pengeluaran pemerintah. Tetapi, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu mendorong peningkatan pajak di Surakarta.
2.4. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.4.1. Kerangka konseptual