Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Terhadap Penerimaan Pajak di Kota Medan

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

LASMEY NURWINI SINAGA

107018016/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK DI KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

LASMEY NURWINI SINAGA

107018016/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KOTAMEDAN

Nama Mahasiswa : Lasmey Nurwini Sinaga Nomor Pokok : 107018016

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, SE, MS) (Dr. Bastari, SE, MM Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.Syaad Afifuddin,SE,M.Ec.) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang,MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. Anggota : 1. Dr. Bastari, S.E., M.M.

2. Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec. 3. Dr. Rahmanta, M.Si.


(5)

PERNYATAAN

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK DI KOTA MEDAN”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Oktober 2012 Penulis,

Lasmey Nurwini Sinaga Materai


(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Angka pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang melaksanakan kegiatan pembangunan, yang salah satunya adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan. Tujuan pembangunan nasional itu adalah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Pembangunan nasional tersebut dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan dana yang cukup. Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan nasional tersebut salah satunya bersumber dari pajak. Penerimaan pajak memiliki peranan yang strategis dalam menunjang pembangunan nasional. Seiring upaya mengurangi ketergantungan dana eksternal (hutang luar negeri) dan untuk menunjang berlangsungnya kebijakan fiskal yang mandiri dan berkelanjutan, maka sumber pembiayaan pembangunan internal yakni penerimaan pajak terus ditingkatkan. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Keberhasilan dalam pencapaian target penerimaan yang telah dibebankan kepada Direktorat Jenderal Pajak melalui unit-unit vertikalnya tergantung pada peran serta masyarakat (yaitu Wajib Pajak) dalam perpajakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta tersebut secara simultan dapat mempengaruhi peran serta masyarakat dalam Penerimaan Pajak di Kota Medan. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, umur, gender, dan performance Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak di Kota Medan sedangkan jenis pekerjaan berpengaruh negative terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

Kata kunci : Penerimaan Pajak, Peran Serta Masyarakat dalam Perpajakan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Jenis Pekerjaan, Umur, Gender, Performance Direktorat Jenderal Pajak


(7)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE PUBLIC PARTICIPATION OF MEDAN’S TAX REVENUE

ABSTRACT

Economic growth of a country is one measure of the country's economic success. Indonesia is one of the developing countries that carry out development activities, one of which is of national development. National development activity is ongoing and continuous. National development goals it is for the welfare of the Indonesian people in a fair, prosperous and equitable. National development can work well when supported by adequate funding. The funds required for the implementation of national development are one of them comes from taxes. Tax revenues have a strategic role in supporting national development. As an effort to reduce dependence on external funds (debt) and to support the ongoing fiscal policies independently and sustainably, the internal construction of the source of financing tax revenues continue to be improved. Payment of tax liability embodies the role of the state and taxpayers to directly and jointly implement the tax obligations for financing the state and national development. Success in achieving its goals, which have been charged to the Directorate General of Taxation vertical units depending on the role of the community (ie the taxpayer) in taxation. Factors affecting the role and can simultaneously affect public participation in Tax Revenue in Medan. Education level, income level, age, gender, and performance Directorate General of Taxation positive effect on tax revenue in the city of Medan while the negative effect of the type of work of tax revenue in the city of Medan.

Keywords: Tax Revenue, Public Participation in Taxation, Education Level, Income Level, Type of Work, Age, Gender, Performance Directorate General of Taxation


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah, karena dengan izin, berkat, dan kasih-Nyalah tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat terhadap Penerimaan di Kota Medan” ini dapat diselesaikan dan sampai ke tangan pembaca dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penulis sangat bangga serta mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

Prof.Dr. Ramli, S.E., M.S. Dr. Bastari, S.E., M.M.

selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah mendorong, membimbing, juga memberikan tenaga, pikiran, waktu dan semangat kepada penulis agar tetap berjuang dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE., M.Ec., Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec., Bapak Dr. Rahmanta, M.Si., Bapak Dr. Rujiman, MA, sebagai Dosen Penguji.

5. Seluruh dosen pengajar Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan USU, yang dengan sabar telah membimbing penulis selama belajar di Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan USU.

6. Bapak Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Propinsi Sumatera Utara I yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan perkuliahaan.


(9)

7. Kepala KPP Pratama Medan Polonia, Kepala Seksi Waskon I, dan rekan-rekan di KPP Pratama Medan Polonia atas dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIX Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, terutama Bapak Pulung, Sugeng, Tugino, Rosleni Sitindaon, Henry, Lenny Herlina, Ade Viera dan Rismauli, yang selalu mendukung dalam perkuliahan.

9. Seluruh staf dan karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, seluruh pengelola perpustakaan USU atas dukungan literatur dan bantuan yang diberikan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada orang tua, mertua, serta suami tercinta Sumarlin Parulian Siregar, dan buah hatiku tercinta: Petra Maria Sriulina Siregar, Puspa Merkava Shawna Siregar dan Philip Leo Siregar, yang telah memberikan dorongan, semangat, inspirasi, dan dukungan yang luar biasa.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan nilai manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kemajuan keilmuan dan perpajakan di masa yang akan datang. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2012 Penulis


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

N a m a : Lasmey Nurwini Sinaga A g a m a : Kristen Protestan

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Tempat/Tanggal lahir : Medan, 5 Mei 1978 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Suami : Sumarlin Parulian Siregar Anak : Petra Maria Sriulina Siregar

: Puspa Merkava Shawna Siregar : Philip Leo Siregar

Nama Orangtua laki-laki : Wilfrid Sinaga

Nama Orangtua perempuan : Rosmany Simanjuntak, Amd. (alm)

Riwayat Pendidikan Formal:

1. Sekolah Dasar Negeri No. 064012 Medan Lulus Tahun 1990 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri I Medan Lulus Tahun 1992 3. Sekolah Menengah Atas Negeri V Medan Lulus Tahun 1995

4. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Prodip I Perpajakan Medan Lulus 1996 5. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Pembantu Akuntan, Jakarta Lulus Tahun

2002

6. Sarjana Ekonomi Universitas Medan Area Lulus Tahun 2007


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1. Perpajakan ... 7

2.1.2. Unsur Pajak ... 8

2.1.3. Fungsi Pajak ... 9

2.1.4. Azas-Azas dalam Perpajakan ... 10

2.1.5. Teori Pemungutan Pajak ... 11

2.1.6. Pengelompokan Pajak ... 12

2.1.7. Sistem Pemungutan Pajak ... 13

2.1.8. Pajak Penghasilan ... 15

2.1.9. Subjek Pajak Penghasilan ... 16

2.1.10.Objek Pajak Penghasilan ... 18

2.1.11.Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan ... 19

2.2. Karakteristik ... 21

2.2.1. Peran Serta Masyarakat... 21

2.2.2. Tingkat Pendidikan ... 22

2.2.3. Tingkat Pendapatan ... 23

2.2.4. Umur ... 24

2.2.5. Gender ... 25

2.2.6. Performance Direktorat Jenderal Pajak ... 25

2.3. Penelitian Terdahulu ... 28

2.4. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 29

2.4.1. Kerangka Konseptual ... 29

2.4.2. Hipotesis Penelitian ... 31


(12)

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.4.1. Populasi ... 34

3.4.2. Sampel ... 34

3.4. Definisi Operasional Variabel ... 36

3.5. Model Analisis Data ... 39

3.6. Pengolahan Data ... 40

3.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodeness of Fit) ... 40

3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square). ... 40

3.7.2. Uji t-Statistik ... 41

3.7.3. Uji F-Statistik ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan ... 45

4.2. Hasil Penelitian ... 47

4.2.1. Karakteristik Responden ... 47

4.2.2. Peran Serta Masyarakat ... 48

4.2.3. Performance Direktorat Jenderal Pajak ... 51

4.3. Analisis dan Pembahasan ... 53

4.3.1. Persamaan Substruktural 1 ... 56

4.3.2. Persamaan Substruktural 2 ... 70

4.3.3. Persamaan Substruktural 3 ... 78

4.3.4. Persamaan Substruktural 4 ... 80

4.3.5. Pembahasan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1. Kesimpulan ... 92

5.2. Saran ... 93


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor J udul Halaman

3.1 Besar Sampel per Wilayah KPP35

4.1 Realisasi Penerimaan PPh Orang Pribadi Kota Medan Tahun 2010 ... 45

4.2 Realisasi Penerimaan PPh Orang Pribadi Kota Medan Tahun 2010 ... 47

4.3 Karakteristik Responden ... 49

4.4 Penyampaian Surat Pemberitahuna (SPT) Tahunan Orang Pribadi ... 49

4.5 Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi... 50

4.6 Sosialisasi Perpajakan tentang Pengisian SPT Tahunan Orang Pribadi 50 4.7 Frekwensi Mengikuti Sosialisasi Perpajakan tentang Pengisian SPT Tahunan OP ... 50

4.8 Pendapat Responden terhadap Performance Direktorat Jenderal Pajak 53 4.9 Hasil Regresi Penerimaan Pajak di Kota Medan (Y) dengan Tingkat Pendidikan (X1), Tingkat Pendapatan (X2),Jenis Pekerjaan (X3), Umur (X4),Gender (X5), Performance Direktorat Jenderal Pajak (X6), Peran Serta Masyarakat (Z) ... 56

4.10 Hasil Regresi Peran Serta Masyarakat (Z) dengan Tingkat Pendidikan (X1), Tingkat Pendapatan (X2),Jenis Pekerjaan (X3), Umur (X4), Gender (X5), Performance Direktorat Jenderal Pajak (X6) ... 71

4.11 Hasil Regresi Tingkat Pendapatan (X2) dengan Tingkat Pendidikan (X1) ... 79 4.12 Hasil Regresi Jenis Pekerjaan (X3) dengan Tingkat Pendidikan (X1). 81


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor J udul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 30 4.1 Hasil Analisis Diagram Jalur Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan,

Tingkat Pendapatan, Jenis Pekerjaan, Umur, Gender, Performance Direktorat Jenderal Pajak, Peran Serta Masyarakat Terhadap


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor J udul Halaman 1. Kuesioner ... 96 2. Data Hasil Pengisian Kuesioner ... 99 3. Hasil Regresi Tingkat Pendidikan (X1), Tingkat Pendapatan (X2),

Jenis Pekerjaan (X3), Umur (X4), Gender (X5), Performance Direktorat Jenderal Pajak (X6), Peran Serta Masyarakat (Z)

terhadap Penerimaan Pajak di Kota Medan (Y) ... 103 4. Hasil Regresi Tingkat Pendidikan (X1), Tingkat Pendapatan (X2),

Jenis Pekerjaan (X3), Umur (X4), Gender (X5), Performance

Direktorat Jenderal Pajak (X6) terhadap Peran Serta Masyarakat ... 105 5. Hasil Regresi Tingkat Pendidikan (X1) terhadap Tingkat Pendapatan

(X2) ... 107 6. Hasil Regresi Tingkat Pendidikan (X1) terhadap Jenis Pekerjaan

(X3) ... 109 7. F-tabel ... 112 8. t-tabel ... 113


(16)

DAFTAR SINGKATAN

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

KANWIL = Kantor Wilayah

DJP = Direktorat Jenderal Pajak KPP = Kantor Pelayanan Pajak PPh = Pajak Penghasilan PPN = Pajak Pertambahan Nilai

OP = Orang Pribadi

WP = Wajib Pajak

KUP = Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan PBB = Pajak Bumi dan Bangunan

BUMN = Badan Usaha Milik Negara

BUMD = Badan Usaha Milik Daerah

KARIKPA = Kantor Pemeriksaan Pajak

BPHTB = Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan KP.PBB = Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan LTO = Large Taxpayers Office

MTO = Medium Taxpayers Office STO = Small Taxpayers Office AR = Account Representative OLS = Ordinary Least Square

SPSS = Statistical Product and Service Solution BLUE = Best Linier Unbiased Estimate

CLRM = Classical Linear Regression Model

DW = Durbin Watson

PNS = Pegawai Negeri Sipil SPT = Surat Pemberitahuan TPT = Tempat Pelayanan Terpadu


(17)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Angka pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang melaksanakan kegiatan pembangunan, yang salah satunya adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan. Tujuan pembangunan nasional itu adalah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Pembangunan nasional tersebut dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan dana yang cukup. Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan nasional tersebut salah satunya bersumber dari pajak. Penerimaan pajak memiliki peranan yang strategis dalam menunjang pembangunan nasional. Seiring upaya mengurangi ketergantungan dana eksternal (hutang luar negeri) dan untuk menunjang berlangsungnya kebijakan fiskal yang mandiri dan berkelanjutan, maka sumber pembiayaan pembangunan internal yakni penerimaan pajak terus ditingkatkan. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Keberhasilan dalam pencapaian target penerimaan yang telah dibebankan kepada Direktorat Jenderal Pajak melalui unit-unit vertikalnya tergantung pada peran serta masyarakat (yaitu Wajib Pajak) dalam perpajakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta tersebut secara simultan dapat mempengaruhi peran serta masyarakat dalam Penerimaan Pajak di Kota Medan. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, umur, gender, dan performance Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak di Kota Medan sedangkan jenis pekerjaan berpengaruh negative terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

Kata kunci : Penerimaan Pajak, Peran Serta Masyarakat dalam Perpajakan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Jenis Pekerjaan, Umur, Gender, Performance Direktorat Jenderal Pajak


(18)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE PUBLIC PARTICIPATION OF MEDAN’S TAX REVENUE

ABSTRACT

Economic growth of a country is one measure of the country's economic success. Indonesia is one of the developing countries that carry out development activities, one of which is of national development. National development activity is ongoing and continuous. National development goals it is for the welfare of the Indonesian people in a fair, prosperous and equitable. National development can work well when supported by adequate funding. The funds required for the implementation of national development are one of them comes from taxes. Tax revenues have a strategic role in supporting national development. As an effort to reduce dependence on external funds (debt) and to support the ongoing fiscal policies independently and sustainably, the internal construction of the source of financing tax revenues continue to be improved. Payment of tax liability embodies the role of the state and taxpayers to directly and jointly implement the tax obligations for financing the state and national development. Success in achieving its goals, which have been charged to the Directorate General of Taxation vertical units depending on the role of the community (ie the taxpayer) in taxation. Factors affecting the role and can simultaneously affect public participation in Tax Revenue in Medan. Education level, income level, age, gender, and performance Directorate General of Taxation positive effect on tax revenue in the city of Medan while the negative effect of the type of work of tax revenue in the city of Medan.

Keywords: Tax Revenue, Public Participation in Taxation, Education Level, Income Level, Type of Work, Age, Gender, Performance Directorate General of Taxation


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Angka pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang melaksanakan kegiatan pembangunan, yang salah satunya adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan. Tujuan pembangunan nasional itu adalah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Pembangunan nasional tersebut dapat berjalan dengan baik apabila


(20)

didukung dengan dana yang cukup. Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan nasional tersebut salah satunya bersumber dari pajak.

Penerimaan pajak memiliki peranan yang strategis dalam menunjang operasi fiskal pemerintah. Disamping sebagai sumber penerimaan utama negara (budgetary), pajak juga mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengatur (regulatory) dan mengawasi kegiatan-kegiatan swasta dalam perekonomian (Wibowo, 2000). Penentuan target penerimaan pajak dalam APBN selama ini tidak memadai lagi untuk menghadapi kondisi pengeluaran negara yang meningkat lebih cepat sehingga mengakibatkan semakin besarnya defisit anggaran.

Seiring upaya mengurangi ketergantungan dana eksternal (hutang luar negeri) dan untuk menunjang berlangsungnya kebijakan fiskal yang mandiri dan berkelanjutan, maka sumber pembiayaan pembangunan internal yakni penerimaan pajak terus ditingkatkan. Kontribusi pajak terhadap jalannya roda pemerintahan dan pembangunan terus meningkat dari waktu ke waktu. Peran penting tersebut diwujudkan dalam bentuk target penerimaan pajak di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk skala nasional. Misi utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di dalam struktur keuangan negara menjalankan tugas dan fungsi penerimaan pajak adalah Misi Fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang – Undang perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien (Rusjdi,2006). Target penerimaan pajak dialokasikan kepada instansi vertikal Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) di daerah dan selanjutnya, setiap Kanwil DJP di masing – masing daerah juga mengalokasikan target tersebut kepada setiap


(21)

Kantor Pelayanan Pajak yang berada di masing – masing wilayahnya sebagai unit operasional. Target penerimaan yang besar yang dibebankan kepada pajak ini akan tercapai apabila didukung oleh kesadaran dan kepedulian masyarakat, khususnya Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya.

Penerimaan pajak dapat berasal dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), maupun pajak-pajak lainnya. Penerimaan pajak sebagai realisasi dari penentuan target pajak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi penerimaan pajak berupa kebijakan dalam menentukan dasar pengenaan pajak (tax base) atau objek pajak, jika dasar pengenaan pajak dan objek pajak dapat diperluas berdasarkan Undang-Undang maka hal ini berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak, disamping itu kebijakan penerapan pajak yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar dapat berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak. Sistem perpajakan di Indonesia juga harus disusun menjadi lebih kondusif agar dapat meningkatkan wajib pajak, kepercayaan dan produktifitas. Penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh tarif pajak (tax rate) dan basis pajak (tax based). Tarif pajak dan basis pajak perlu disesuaikan pada tingkat yang rasional sehingga dapat meningkatkan daya saing dan menggairahkan dunia usaha yang pada akhirnya memberi dampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam APBN penerimaan pajak berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dari penerimaan PPh pada umumnya diharapkan masih dapat ditingkatkan karena memiliki potensi yang cukup besar dan masih banyak yang belum tergali, terutama dari sektor PPh Pasal 21. Penggalian potensi PPh Pasal 21 tersebut akan berujung pada


(22)

peningkatan PPh Orang Pribadi (OP) mengingat jumlah penduduk yang semakin besar dan pertumbuhan ekonomi yang harus tetap berlanjut.

Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masih belum optimal. Tidak hanya untuk para Wajib Pajak (WP) perseorangan, minimnya tingkat kesadaran membayar pajak tersebut juga kerap kali terjadi pada badan usaha yang dimiliki pengusaha.

Saat ini pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak berusaha untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak (ekstensifikasi pajak). Semakin meningkatnya jumlah Wajib Pajak suatu daerah diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak di daerah tersebut. Usaha lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, terutama dalam meningkatkan penerimaan PPh Pasal 21 adalah dengan meningkatkan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak dalam membayar pajak (Silalahi, 2000). Dalam hal penerimaan PPh Pasal 21, ini terkait dengan Wajib Pajak Orang Pribadi dan juga Wajib Pajak Bendahara.

Berdasarkan realisasi penerimaan pajak penghasilan orang pribadi (PPh OP) tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat bahwa penerimaan PPh OP di Kota Medan mengalami penurunan. Penentuan target pajak memerlukan suatu perencanaan yang wajar dan objektif dalam arti tidak hanya berorientasi pada pencapaian penerimaan semata, tetapi juga harus melihat faktor-faktor ekonomi eksternal secara makro yang dapat mempengaruhi di dalam penentuan suatu target penerimaan pajak. Seperti telah diuraikan sebelumnya, ada banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Salah satunya adalah Wajib Pajak, yang dalam hal ini adalah masyarakat yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).


(23)

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajibannya. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut oleh Sistem Perpajakan Indonesia. Sangat diperlukan peran serta dari masyarakat untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak, yang pada akhirnya akan menunjang kelangsungan pembangunan. Peran serta dan kepedulian masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sangat penting di dalam tercapainya target penerimaan pajak yang telah ditetapkan.

Dilatarbelakangi oleh pemikiran-pemikiran tersebut diatas, dalam tesis ini, penulis mencoba untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang dan uraian yang telah diuraikan,terdapat beberapa rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini untuk mempermudah dalam


(24)

penulisan tesis dan diperlukan untuk mengambil keputusan pada akhir penulisan tesis ini. Rumusan masalah tersebut antara lain :

1. Apakah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, peran serta masyarakat berpengaruh terhadap penerimaan pajak di Kota Medan?

2. Apakah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, , jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak di Kota Medan?

3. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan? 4. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap jenis pekerjaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, peran serta masyarakat terhadap penerimaan pajak di Kota Medan. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan.


(25)

4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap jenis pekerjaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak) mengenai pengaruh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, peran serta masyarakat terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

2. Sebagai studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU, terutama bagi mahasiswa Magister Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Perpajakan

Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang merupakan perubahan keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah UU KUP, adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak


(26)

4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap jenis pekerjaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak) mengenai pengaruh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, peran serta masyarakat terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

2. Sebagai studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU, terutama bagi mahasiswa Magister Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Perpajakan

Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang merupakan perubahan keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah UU KUP, adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak


(27)

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo dan Ilyas, 2000).

Menurut H. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2006). Definisi tersebut kemudian dikoreksinya menjadi : Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R., Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.


(28)

Dari berbagai pengertian pajak yang telah diuraikan sbelumnya, baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak antara lain :

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.

Azas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan : “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dalam undang-undang”.

b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung.

c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintah, baik rutin maupun pembangunan.

d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan, apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial.


(29)

Peranan Pajak sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Beberapa fungsi pajak antara lain :

a. Fungsi budgeter (anggaran). Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (baik pengeluaran rutin maupun pembangunan).

b. Fungsi Regulerend (mengatur). Di dalam fungsi ini, kebijaksanaan perpajakan digunakan pemerintah dalam mengatur pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, untuk menarik penanaman modal, baik dalam maupun luar negeri, diberikan fasilitas keringanan pajak.

c. Fungsi stabilisator. Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.

d. Fungsi redistribusi pendapatan. Pajak yang sudah disetorkan ke kas negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.1.4. Azas-azas dalam perpajakan

Teori klasik tentang sistem perpajakan dimulai sejak Adam Smith dalam bukunya “The Wealth of Nations” (Waluyo 2006) yang menyatakan bahwa penungutan pajak hendaknya didasarkan pada :


(30)

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.

b) Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

c) Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn.

d) Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

Azas keadilan dalam sistem perpajakan telah banyak didiskusikan secara luas, dan hal ini merupakan bagian terpenting dalam mengevaluasi setiap pengajuan dalam pembuatan kebijakan perpajakan. Musgrave (Laksana, 2001) memberikan pandangan yang adil tentang distribusi beban pajak, beban administrasi dan pengaruh insentif pajak terhadap penerimaan pajak. Diantara


(31)

keempat azas diatas, Musgrave juga menekankan pada tiga azas lainnya yaitu : azas netralitas (neutrality), azas perbaikan (reformation), dan azas kestabilan dan pertumbuhan (growth and stability).

2.1.5. Teori pemungutan pajak

Beberapa teori pemungutan pajak (Mardiasmo, 2006) antara lain :

a. Teori Asuransi. Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

b. Teori Kepentingan. Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, maka makin tinggi pajak yang harus dibayar.

c. Teori Daya Pikul. Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu unsur objektif (yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki seseorang) maupun unsur subjektif (yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi).

d. Teori Bakti. Dalam teori ini, pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Untuk mewujudkan sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebaga suatukewajiban.


(32)

e. Teori Asas Daya Beli. Berdasarkan teori ini, dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Pemungutan pajak dilakukan untuk menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara, yang selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan masyarakat lebih diutamakan.

2.1.6. Pengelompokan pajak

Pajak dapat dikelompokkan menjadi (Mardiasmo, 2006) : 1. Berdasarkan Golongan

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Berdasarkan Sifat

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

3. Berdasarkan Lembaga Pemungut

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai.


(33)

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

2.1.7. Sistem pemungutan pajak

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Dalam mengefektifkan pemungutan pajak dibutuhkan sistem yang tepat sehingga penerimaan pajak meningkat.

Menurut Mardiasmo (2006), ada 3 (tiga) sistem pemungutan pajak, yaitu :

a. Official Assessment System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. c. With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang terhadap Wajib Pajak.

Sejak 1 Januari 1984, pemerintah melakukan Reformasi Perpajakan dengan mengubah sistem pemungutan pajak “valuasi pemerintah” (official assessment) dalam pengumpulan pajak diganti menjadi “penghitungan diri” (self assessment). Sistem pemungutan pajak self assessment diterapkan dengan tujuan membawa misi dan konsekuensi adanya perubahan sikap kesadaran warga


(34)

masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela. Karena dari sisi administrasi dan pengawasan, maka semakin besar tingkat kepatuhan sukarela (voluntary compliance) semakin kecil pula kebutuhan untuk mengawasinya.

Keberhasilan Self Assessment System (Soemitro, 2000) ditentukan oleh : a. Kesadaran Pajak dari Wajib Pajak

Tingkat kesadaran akan membayar pajak didasarkan oleh tingkat kepatuhan wajib pajak yang berpijak pada tingginya kesadaran hukum dalam membayar pajak. Dalam hal ini peran fiskus amatlah berarti karena pada dasarnya tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan tingkat pemahaman yang baik seputar pajak.

b. Kejujuran Wajib Pajak

Faktor kejujuran dalam membayar pajak sangatlah penting karena dengan self assessment system, pemerintah memberikan sepenuhnya kepercayaan masyarakat untuk menetapkan berapa jumlah pajak yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan. Masyarakat diharapkan melaporkan jumlah kewajiban pajak-pajaknya sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi. Kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kejujuran WP sendiri dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.

c. Hasrat untuk Membayar Pajak (Tax Mindedness)

Hasrat untuk membayar pajak pada dasarnya kepatuhan sukarela dalam membayar pajak, dengan frame pemikiran bahwa kesadaran dalam


(35)

membayar pajak haruslah diikuti oleh hasrat yang tinggi untuk membayar pajak.

Kemauan WP dalam membayar pajak merupakan hal yang penting. Penyebab kurangnya hasrat WP untuk membayar pajak antara lain adalah asas perpajakan yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak secara langsung dapat dinikmati oleh masyarakat.

d. Disiplin dalam Membayar Pajak (Tax Disipline)

Tax Disipline berdasar pada tingkat pemahaman yang sesuai terhadap hukum pajak yang dianut suatu negara serta sanksi-sanksi yang meyertainya, dengan tidak menunda-nunda dalam membayar pajak.

2.1.8. Pajak Penghasilan

Definisi penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 adalah : setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Menurut Subekti dan Asrori (2003), Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak.

Berdasarkan definisi di atas, dapat diketahui adanya ciri-ciri Pajak Penghasilan yaitu :

a. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh karena suatu hal


(36)

dimana tambahan kemampuan ekonomis tersebut dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan.

b. Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Tahun Pajak adalah jangka waktu takwim atau satu tahun buku.

c. Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik dari dalam negeri atau luar negeri serta penghasilan yang berasal dari Indonesia yang diperoleh orang luar negeri.

2.1.9. Subjek pajak penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Subjek Pajak Dalam Negeri

Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah :

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niatan untuk bertempat tinggal di Indonesia

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

3. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak.

b. Subjek Pajak Luar Negeri


(37)

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia

2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan

3. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.

2.1.10. Objek pajak penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, yang menjadi objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, premi asuransi jiwa dan asuransi


(38)

kesehatan yang dibayar oleh pemberi kerja, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. 3. Laba Usaha

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya

karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, dan anggota. c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, atau pengambilalihan usaha.

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepeda pemegang polis, dan pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi.

8. Royalti.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.


(39)

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. 13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. 14. Premi asuransi.

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotanya.

16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

2.1.11. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak penghasilan

Di dalam pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan, penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan adalah :

1. a). Bantuan atau sumbangan

b). Harta hibahan yang diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Warisan

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.


(40)

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura ataupun kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah.

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi beasiswa.

6. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai, dan penghasilan yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

8. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi-bagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi.

9. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatannya di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :


(41)

a. Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

2.2. Karakteristik

2.2.1. Peran Serta Masyarakat

Masyarakat secara awam diartikan sebagai warga. Berikut ini beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli :

a. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

b. Menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

c. Menurut Paul B. Horton & 0 C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut.

d. Menurut Anne Ahira, masyarakat merupakan sekelompok orang yang membentuk suatu sistem yang semi tertutup ataupun semi terbuka, yang mana interaksi sebagian besar adalah antara perorangan yang berada di dalam kelompok masyarakat tersebut.


(42)

Peran serta masyarakat adalah suatu proses yang melibatkan masyarakat, yaitu proses komunikasi dua arah yang terus menerus meningkatkan pengertian masyarakat secara penuh atas suatu proses kegiatan (Canter, 1977).

Pengertian lain dari peran serta masyarakat adalah bagaimana masyarakat dapat terlibat dalam perubahan sosial yang memungkinkan mereka mendapatkan bagian keuntungan dari kelompok yang berpengaruh (Arnstein, 1969).

2.2.2. Tingkat Pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:

a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan

pendidikan dasar.

c. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan yang dipakai peneliti adalah tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas


(43)

(SLTA/SMA), Diploma (yaitu Diploma I dan Diploma III), Strata 1 (S1), dan Strata 2 (S2/Pasca Sarjana).

2.2.3. Tingkat Pendapatan

Beberapa definisi pendapatan adalah :

1. Menurut Budiono, pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.

2. Menurut Winardi, pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

3. Menurut Niswonger (1992:22), pendapatan adalah jumlah yang ditagih kepada pelanggan atas barang ataupun jasa yang diberikan kepada mereka. Pada buku yang sama, Niswonger (1992;56) juga menjelaskan bahwa pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau gross dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewa harta, peminjam uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.

4. Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah :

a. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan.

b. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan.


(44)

c. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan.

d. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata 1.500.000,00 per bulan.

Di dalam penelitian ini, peneliti memberikan keterbukaan kepada responden untuk mencantumkan berapa besaran pendapatan yang diperoleh responden selama sebulan, yang kemudian dibuat skala sebagai berikut :

a. tingkat pendapatan kurang dari Rp 1.500.000,00

b. tingkat pendapatan antara Rp 1.500.000,00 s.d. Rp 3.500.000,00 c. tingkat pendapatan antara Rp 3.500.001,00 s.d. Rp 5.000.000,00 d. tingkat pendapatan lebih dari Rp 5.000.000,00

2.2.4. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun; umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).

Di dalam penelitian ini, peneliti memberikan keterbukaan kepada responden untuk mencantumkan berapa umur responden, yang kemudian dibuat skala sebagai berikut :

a. umur dibawah 30 tahun

b. umur diantara 30 tahun s.d. 40 tahun c. umur diantara 41 tahun s.d. 50 tahun d. umur diatas 50 tahun


(45)

2.2.4. Gender

Beberapa pengertian gender menurut para ahli, antara lain :

a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi dan Seskiel, 2004).

b. Gender adalah perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku dalam periode waktu tertentu (WHO, 2001).

c. Gender adalah perbedaan peran dan tanggung jawab sosial bagi perempuan dan laki-laki yang dibentuk oeh budaya (Azwar, 2001).

d. Gender adalah jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin (Suryadi dan Idris, 2004).

Di dalam penelitian ini, gender yang dimaksud oleh peneliti adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki atau perempuan.

2.2.6. Performance Direktorat Jenderal Pajak

Perjalanan reformasi birokrasi di dalam Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sudah dimulai sejak tahun 2002. Dengan dilakukannya reformasi di DJP, diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dan pelaksanaan good governance, sehingga target penerimaan pajak dapat tercapai. DJP adalah instansi yang berkewajiban untuk memasukkan penerimaan APBN yang bersumber dari sektor pajak.

Dengan meningkatnya penerimaan dari sektor pajak, diharapkan pemerintah mampu meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat melalui pembangunan nasional yang didanai secara mandiri. Untuk mencapai kemandirian


(46)

pendanaan pembangunan nasional ini adalah dengan meningkatkan peran serta seluruh masyarakat Indonesia secara aktif melalui pembayaran pajak. Reformasi di dalam DJP, lebih dikenal dengan modernisasi. Modernisasi tidak hanya sebatas peraturan (kebijakan) perpajakan seperti yang terdahulu yaitu Amandemen Undang-Undang Pajak, melainkan melakukan modernisasi di seluruh instrument perpajakan, antara lain : sistem, institusi, pelayanan kepada masyarakat wajib pajak, pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan, serta yang terpenting adalah moral, etika, dan integritas pegawai DJP.

Perjalanan reformasi di DJP sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1983 dengan mengubah sistem pemungutan pajak dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Terjadi perubahan nama dari Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Fungsi pelayanan di KPP berdasarkan jenis pajak seperti seksi PPh Badan, PPh Perseorangan, PPh Pemotongan Pemungutan,dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pada struktur ini fungsi pelayanan dilakukan oleh KPP, sedangkan untuk pemeriksaan selain dilakukan di KPP juga dilakukan di Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa), Fungsional Kantor Wilayah (Kanwil), dan Fungsional Kantor PusatDJP. Belum lagi dengan pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang dilaksanakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP.PBB).Keseluruhannya tidak bersifat pelayanan satu atap (one stop service). Hal-hal tersebutlah yang mendorong terbentuknya KPP Modern.

Pada pertengahan tahun 2002 dimulailah modernisasi perpajakan, salah satu yang baru adalah dibentuk dua KPP LTO (Large Taxpayers Office) yang


(47)

kemudian disebut KPP WP Besar, dibentuk KPP MTO (Medium Taxpayers Office) yang disebut KPP Madya yang berjumlah satu dimasing-masing Kanwil, dan kemudian dibentuk KPP STO (Small Taxpayers Office) yang kemudian disebut KPP Pratama dengan total 357 KPP Pratama di seluruh Kanwil. Dengan modernisasi yang dilakukan, DJP berusaha untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat (dalam hal ini Wajib Pajak).

Di era modernisasi ini, DJP berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada WP melalui one stop service. Pelayanan berkualitas yang diberikan kepada wajib pajak antara lain: Pertama, prosedur administrasi pajak dibuat sederhana agar mudah dipahami oleh semua wajib pajak. Pendaftaran NPWP, adanya sistem informasi perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, sehingga sistem ini pelayanan prima kepada WP menjadi semakin nyata. Kedua, petugas pajak atau Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam skill, knowledge, dan experience dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan, pelayanan petugas bank tempat pembayaran wajib melayani dan memberikan penjelasan terhadap wajib pajak dengan ramah agar wajib pajak benar-benar paham sesuai yang diharapkan atau diinginkan. Ketiga, KPP memberikan kemudahan dalam pembayaran yang dilakukan melalui e-Banking yang bisa dilakukan dimana saja. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan dimana saja, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar, disediakan sistem pelaporan melalui e-SPT dan e- filling. NPWP yang dapat dilakukan secara onlinemelalui e-Register dari website pajak. Keempat, KPP memberikan perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT), dengan perluasan ini dapat meningkatkan pelayanan wajib pajak dengan menetapkan suatu pelayanan


(48)

yang terpadu untuk setiap KPP, sehingga dapat memberikan. Di DJP juga terdapat Account Representative (AR) yang akan membantu WP untuk mengkonsultasikan seluruh masalah perpajakannya. Dan dari waktu ke waktu DJP berusaha untuk meningkatkan pelayanan, juga menyediakan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan masyarakat (khususnya WP) untuk lebih mudah dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yogi Rahmayanti (2006) mengenai analisis potensi pajak menyatakan bahwa yang menentukan penerimaan pajak yaitu Tax Rate, Tax Base (GDP) don Collection System. Dalam penelitian ini ditekankan pada dua jenis pajak yang mempunyai peran yang signifikan terhadap penerimaan pajak di Indonesia yaitu PPh dan PPN. Salah satu hasil estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa Tax Base (GDP) dan time trend (trend waktu) mempunyai hubungan yang positif terhadap penerimaan PPh. Hasil regresi menunjukkan bahwa tax base mempunyai hubungan positif terhadap penerimaan PPh dengan koefisien sebesar 0,78 dan terhadap PPN dengan koefisien sebesar 1,156. ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Tax Base (GDP) sebesar satu persen akan meningkatkan penerimaan PPh sebesar 0,78 persen dan penerimaan PPn sebesar 1,156 persen. Time trend (trend waktu) mempunyai hubungan yang positif dengan dengan penerimaan PPh dengan koefisien sebesar 0,53 persen dan terhadap PPN dengan koefisien sebesar 0,37 persen.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2003) yang merupakan penelitian ex post facto yang merupakan penelitian dari peristiwa yang telah


(49)

terjadi dan kemudian dirunut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dan pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan selama dasawarsa 1990-2000 di antaranya dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh faktor-faktor Produk Domestik Bruto, Jumlah Wajib Pajak, dan Jumlah Kantor Pelayanan Pajak yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam penelitiannya Sarastika Indrawati dan Daryono Soebagiyo (2006), dengan judul “Analisis Uji Kasualitas Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah di Kota Surakarta Dengan Menggunakan Metode Granger tahun 2003”. Dengan menggunakan data tahunan secara time series untuk tahun 1978-2003, hasil analisisnya menyebutkan bahwa ada hubungan sebab dan akibat tidak langsung/ bentuk satu arah antara pendapatan pajak dengan pengeluaran pemerintah di Surakarta. Maksudnya, bahwa peningkatan pendapatan pajak akan mendorong pengeluaran pemerintah. Tetapi, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu mendorong peningkatan pajak di Surakarta.

2.4. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.4.1. Kerangka konseptual

Pada penulisan tesis ini, penulis menjelaskan variable-variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual. Di dalam kerangka konseptual ini terdapat tiga jenis variabel, yaitu :

a. Variabel eksogen, yaitu variable yang ditentukan oleh penyebab lain diluar susunan model atau teori yang diajukan. Dalam model yang ditentukan tidak ada variabel lain yang mendahului variabel eksogen.


(50)

b. Variabel endogen, yaitu variable yang ditentukan oleh variabel eksogen atau variabel endogen lainnya.

c. Variabel intervening, yaitu variable yang berada diantara variabel independen dan variabel dependen. Oleh sebab itu, variable intervening dapat menempati posisi sebagai variable independen maupun dependen.

Berikut adalah gambar Kerangka Konseptual yang dibuat oleh peneliti : PYX2

PYX1

PX2X1 PZX2

PZX1

PX3X1 PZX3

PYZ PZX4 PZX5 PZX6 PYX3 PYX4 PYX5 PYX6 Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Peran

Serta

M

a

s

y

a

r

a

k

a

t

(Z)

P E N E R I M A A N PAJAK (Y) Tingkat Pendi- dikan

(X1)

Gender (X5) Umur

(X4)

Performance DJP (X6)

Tingkat Pendapatan

(X2)

Jenis Pekerjaan


(51)

Dalam kerangka konseptual ini, penerimaan pajak merupakan variabel Y yang disebut sebagai variabel endogen atau variabel terikat atau variabel dependen. Keseluruhan variabel exogen (variabel bebas) yaitu variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, dan peran serta masyarakat akan diteliti pengaruhnya terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

Peran serta masyarakat merupakan variabel intervening, sehingga peran serta masyarakat dapat berperan sebagai variabel independen maupun dependen. Sebagai variabel independen, peran serta masyarakata merupakan variabel yang mempengaruhi penerimaan pajak di Kota Medan. Sedangkan sebagai variabel dependen, peran serta masyarakat akan dipengaruhi oleh variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, dan performance Direktorat Jenderal Pajak.

Tingkat pendidikan sebagai variabel X1, tingkat pendapatan sebagai variabel X2, jenis pekerjaan sebagai variabel X3, umur merupakan variabel X4, gender merupakan variabel X5, performance Direktorat Jenderal Pajak sebagai variabel X6, dan peran serta masyarakat (Z). Dalam hal ini, data-data (variabel X1,X2,X3,X4, X5, X6, dan Z) diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner.

2.4.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan kerangka konseptual, diperoleh hipotesis sebagai berikut :


(52)

1. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, serta peran serta masyarakat berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak di Kota Medan. Sedangkan umur berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

2. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, gender, serta performance Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh positif terhadap peran serta masyarakat dalam perpajakan. Sedangkan umur berpengaruh negatif terhadap peran serta masyarakat dalam perpajakan.

3. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan.

4. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap jenis pekerjaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat terhadap penerimaan pajak di Kota Medan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, dan performance Direktorat Jenderal


(53)

1. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, serta peran serta masyarakat berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak di Kota Medan. Sedangkan umur berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak di Kota Medan.

2. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, gender, serta performance Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh positif terhadap peran serta masyarakat dalam perpajakan. Sedangkan umur berpengaruh negatif terhadap peran serta masyarakat dalam perpajakan.

3. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan.

4. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap jenis pekerjaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat terhadap penerimaan pajak di Kota Medan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, dan performance Direktorat Jenderal


(54)

Pajak. Keseluruhan faktor tersebut akan diteliti apakah mempunyai pengaruh terhadap peran serta masyarakat dalam perpajakan, dan peran serta masyarakat tersebut juga akan diteliti apakah mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak di Kota Medan. Peran masyarakat yang diteliti pada penelitian ini adalah peran masyarakat dalam penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

3.2. J enis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pengamatan, wawancara dan daftar pertanyaan melalui pengisian kuesioner oleh responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I. Sumber data lain yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian, jurnal-jurnal, karya ilmiah, website yang memiliki kumpulan data yang dibutuhkan seperti website Direktorat Jenderal Pajak dan Depertemen Keuangan, serta penelitian-penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Pada penelitian ini sumber data lebih ditekankan pada penggunaan kuesioner yang dibagikan untuk dijawab responden.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau dapat disebut Wajib Pajak di Kota Medan. Jumlah Populasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kota Medan tahun 2011 adalah sebanyak


(55)

619.432 Wajib Pajak.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode probability sampling, dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Menurut Sugiyono (2004), accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).

Pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan di KPP Pratama Medan Timur, KPP Pratama Medan Kota, KPP Pratama Medan Polonia, KPP Pratama Medan Barat, KPP Pratama Medan Petisah, dan KPP Pratama Medan Belawan.

Penelitian ini adalah penilian ex-post facto. Menurut Gay dalam Sukardi (2008) menyatakan bahwa penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-post facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.

Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan (dengan memakai metode ex-post facto) yaitu minimal 15 (limabelas) subyek per kelompok. Di dalam penelitian ini, jumlah


(56)

sampel (responden) yang akan diteliti oleh peneliti adalah 120 responden, dengan rincian :

Tabel 3.1. Besar Sampel per Wilayah KPP

No. Nama Kantor Pelayanan Pajak Jumlah Responden

1. KPP Pratama Medan Barat 20

2. KPP Pratama Medan Timur 20

3. KPP Pratama Medan Polonia 20

4. KPP Pratama Medan Kota 20

5. KPP Pratama Medan Petisah 20

6. KPP Pratama Medan Belawan 20

JUMLAH RESPONDEN 120

3.4. Definisi Oper asional Var iabel

Berdasarkan hipotesis yang diajukan maka definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan pajak adalah penerimaan negara yang berasal dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi (dalam satuan mata uang rupiah).

b. Peran serta masyarakat suatu proses yang melibatkan masyarakat dalam perpajakan.

Di dalam penelitian ini, peneliti memakai skala Likert untuk menentukan peran serta masyarakat dalam perpajakan, yang terdiri dari :

4 = untuk responden yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan OP (SPT Tahunan OP) setiap tahun, menyetorkan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP), dan pernah mengikuti sosialisasi perpajakan tentang pengisian SPT Tahunan OP.


(57)

menyetorkan PPh OP, dan tidak pernah mengikuti sosialisasi perpajakan tentang pengisian SPT Tahunan OP.

2 = untuk responden yang menyampaikan SPT Tahunan OP tidak setiap tahun, menyetorkan PPh OP, dan tidak pernah mengikuti sosialisasi perpajakan tentang pengisian SPT Tahunan OP.

1 = untuk responden yang menyampaikan SPT Tahunan OP tidak setiap tahun, tidak menyetorkan PPh OP, dan tidak pernah mengikuti sosialisasi perpajakan tentang pengisian SPT Tahunan OP.

c. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang dilakukan seseorang secara berjenjang dan berkesinambungan dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan :

1 = SLTA/SMA 3 = Sarjana (S1)

2 = Diploma 4 = Pasca Sarjana (S2)

d. Tingkat pendapatan adalah sejumlah uang (dalam mata uang Rupiah) yang diterima dan dimiliki oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan :

1 = responden yang mempunyai pendapatan dibawah Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah)

2 = responden yang mempunyai pendapatan Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah)

3 = responden yang mempunyai pendapatan Rp 3.500.001,00 (tiga juta lima ratus ribu satu rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)


(58)

4 = responden yang mempunyai pendapatan diatas Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

e. Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk memenuhi semua kebutuhannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan : 1 = Pegawai Negeri Sipil (PNS)

0 = Selain PNS

f. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan :

1 = dibawah 30 tahun

2 = 30 sampai dengan 40 tahun 3 = 41 sampai dengan 50 tahun 4 = diatas 50 tahun

g. Gender adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki atau perempuan. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan :

1 = Laki-laki 0 = Perempuan

h. Performance Direktorat Jenderal Pajak adalah pelayanan yang prima yang berorientasi pada kepuasan wajib pajak sehingga dapat mempermudah dan membantu wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Di dalam penelitian ini, peneliti memakai skala Likert untuk menentukan performance Direktorat Jenderal Pajak, yang terdiri dari :

4 = Apabila dari 13 pertanyaan, responden menjawab 12 sampai dengan 13 pertanyaan dengan baik/sangat baik


(59)

3 = Apabila dari 13 pertanyaan, responden menjawab 10 sampai dengan 11 pertanyaan dengan baik/sangat baik

2 = Apabila dari 13 pertanyaan, responden menjawab 6 sampai dengan 9 pertanyaan dengan baik/sangat baik

1 = Apabila dari 13 pertanyaan, responden menjawab kurang dari 6 pertanyaan dengan baik/sangat baik

3.5. Model Analisis Data

Model yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode kuadrat linier terkecil (Ordinary Least Square-OLS) dan analisis jalur (Path Analysis) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel eksogen (variable bebas) terhadap variabel endogen (variable terikat).

Untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, dan peran serta masyarakat sebagai variabel eksogen terhadap variabel penerimaan pajak di Kota Medan sebagai variabel endogen :

Penerimaan Pajak di Kota Medan (Y) =

f (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur,

gender, performance Direktorat Jenderal Pajak, peran serta masyarakat)

... (3.1)

Untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, dan performance Direktorat Jenderal


(60)

Pajak sebagai variabel eksogen terhadap variabel peran serta masyarakat dalam perpajakan sebagai variabel endogen :

Peran serta masyarakat (Z) =

f (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, umur, gender, performance Direktorat Jenderal Pajak) ... (3.2)

Untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat pendapatan terhadap variabel tingkat pendidikan :

Tingkat pendapatan= f (tingkat pendidikan) ... (3.3)

Untuk mengetahui hubungan antara variabel jenis pekerjaan terhadap variabel tingkat pendidikan :

Tingkat pendapatan = f (tingkat pendidikan) ... (3.4)

Dari fungsi tersebut dibuat model struktural sebagai berikut :

Y = PYX1+PYX2+PYX3+PYX4+PYX5+PYX6+PYZ+µ

………....(persamaan substruktural 1)

Z = PZX1+PZX2+PZX3+PZX4+PZX5+PZX6+µ ….. (persamaan

substruktural 2)

X2 = PX2X1…….………….………...…… (persamaan substruktural

3)

X3 = PX3X1+µ……….………....…… (persamaan


(61)

dimana : Y = Penerimaan pajak Z = Peran serta masyarakat X1 = Tingkat pendidikan X2 = Tingkat pendapatan X3 = Jenis Pekerjaan X4 = Umur

X5 = gender

X6 = Performance Direktorat Jenderal Pajak P = koefisien regresi

µ = term of error 3.6. Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data, digunakan bantuan software pengolah data statistik yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 19.0.

3.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodeness of Fit )

Pengujian kelayakan model (Test of Goodness Fit) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan model yang dibuat dapat menerjemahkan data yang tersedia. Pengukuran yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah:

3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Pengujian R2 dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersamaan mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai R2 yang dihasilkan dalam pengolahan model regresi. Apabila R2 = 0, berarti variabel dependen sama sekali


(62)

tidak dapat menjelaskan variabel independen. Apabila R2 = 1, maka variabel dependen dapat dijelaskan seluruhnya oleh variabel independen.

3.7.2. Uji t-Statistik

Uji t-Statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi memiliki tingkat signifikansi yang memadai terhadap variabel dependen, dengan menganggap bahwa variabel independen lainnya

konstan. Dalam melakukan pengujian ini, hipotesis yang digunakan adalah: H0 : ß1 = 0

Ha : ß1 ≠ 0

Nilai t yang dihasilkan dari pengujian kemudian dibandingkan dengan nilai t yang ada pada tabel nilai t. Bila t-hitung lebih besar dari t-tabel, H0 ditolak. Dengan demikian, berarti variabel independen yang diuji berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tujuan dilakukan uji t-statistik adalah untuk mengetahui masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan.

Dilakukan Uji t-Statistik sebagai berikut : Ho diterima jika t-hitung < t-tabel

Ha diterima jika t-hitung > t-tabel

Untuk kepentingan pengujian hipotesa, dibutuhkan nilai t dari tabel yang tersedia di buku-buku statistik atau ekonometrik. Tapi hal itu akan sulit ketika sampelnya besar, sehingga derajat bebasnya (degree of freedom) juga besar.


(63)

Sebenarnya Microsoft Excel menyediakan fasilitas untuk menghitung t-tabel, berapapun ukuran derajat bebasny

Langkah-langkah untuk menghitung t-tabel berdasarkan

1. Tempatkan kursor (pointer) di sel yang akan mengeluarkan hasil t-tabel.

2. Ketik rumus ini =TINV(0.05,9). Kemudian tekan ENTER, maka akan keluar nilai t-tabelnya. Ini kalau tingkat kesalahannya (α) = 5% dan derajat bebas = 9. Angka-angka yang diketik tersebut dapat diganti sesuai dengan kebutuhan.

Untuk menghitung derajat bebasnya atau degree of freedom adalah sebagai berikut :

df = n - k

Dimana, k = adalah jumlah seluruh variabel (variabel bebas ditambah variabel terikat)

n = adalah jumlah sampel yang diteliti

3.7.3. Uji F-Statistik

Pengujian F-Statistik dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah: (Nachrowi dan Usman, 2006, 17) H0 : ß1 = ß2 = ß3 = …. = ßk = 0

H1 : tidak demikian (paling tidak ada satu slope yang ≠ 0)

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tabel ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui nilai F-hitung. Nilai F-hitung kemudian


(64)

dibandingkan dengan nilai F-tabel, jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak. Dengan demikian berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan besar F-hitung (statistic) dengan F table.

Ho diterima jika F-hitung < F-tabel H1 diterima jika F-hitung > F-tabel

Atau dengan membandingkan besar angka signifikan (sig) penelitian dengan taraf signifikan sebesar 0.05 dengan kriteria :

Jika Sig Penelitian <0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Sig Penelitian>0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Untuk kepentingan pengujian hipotesa, dibutuhkan nilai F dari tabel yang tersedia di buku-buku statistik atau ekonometrik. Tapi hal itu akan sulit ketika sampelnya besar, sehingga derajat bebasnya (degree of freedom) juga besar. Sebenarnya Microsoft Excel menyediakan fasilitas untuk menghitung F tabel, berapapun ukuran derajat bebasny

Langkah-langkah untuk menghitung F tabel berdasarkan

1. Tempatkan kursor (pointer) di sel yang akan mengeluarkan hasil F tabel.

2. Ketik rumus ini =FINV(0.05,3,8). Kemudian tekan ENTER, maka akan keluar nilai F tabelnya. Ini kalau tingkat kesalahannya (α) = 5% dan derajat bebas 1 = 3 dan derajat bebas 2 = 8. Angka-angka yang diketik tersebut dapat diganti sesuai dengan kebutuhan.


(1)

Lampiran 4. Hasil Regresi Tingkat Pendidikan (X1) terhadap Jenis

Pekerjaan (X3) Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 X1a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: X3

Model Summaryb

Mo del R

R Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chang

e df1 df2

Sig. F Change

1 .232a .054 .046 .410 .054 6.693 1 118 .011 1.178 a. Predictors: (Constant), X1


(2)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.123 1 1.123 6.693 .011a

Residual 19.802 118 .168

Total 20.925 119

a. Predictors: (Constant), X1 b. Dependent Variable: X3

Coefficient Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant )

-.055 .115 -.480 .632

X1 .126 .049 .232 2.587 .011 1.000 1.000

Coefficient Correlationsa

Model X1

1 Correlations X1 1.000 Covariances X1 .002 a. Dependent Variable: X3

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension

Eigenvalu e Condition Index Variance Proportions (Constant

) X1

1 1 1.945 1.000 .03 .03

2 .055 5.956 .97 .97


(3)

(4)

Lampiran 5 : F-tabel

1. Persamaan substruktural 1

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah variabel Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Jenis Pekerjaan, Umur, Gender, Performance

Direktorat Jenderal Pajak, Peran Serta Masyarakat secara bersama-sama mampu memberikan pengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Kota Medan diperoleh F tabel dengan cara :

k = 8 sehingga : df1 = 8 – 1 = 7 n = 120 df2 = 120-8 = 112

α = 5%

maka dengan memakai Microsoft Excel diperoleh F tabel :

= FIN (0.05,7,112)

= 2,092381

2. Persamaan substruktural 2

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah variabel Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Jenis Pekerjaan, Umur, Gender,

Performance Direktorat Jenderal Pajak secara bersama-sama mampu

memberikan pengaruh terhadap Peran Serta Masyarakat diperoleh F tabel dengan cara :

k = 7 sehingga : df1 = 7 – 1 = 6 n = 120 df2 = 120-8 = 112


(5)

maka dengan memakai Microsoft Excel diperoleh F tabel :

= FIN (0.05,6,112)

= 2,180564

Lampiran 8 : t-tabel

1. Persamaan substruktural 1

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh t-tabel dengan cara : k = 8

n = 120 sehingga df = 120-8 = 112

α = 5%

maka dengan memakai Microsoft Excel diperoleh t-tabel : = TINV (0.05,112)

= 1,981372

2. Persamaan substruktural 2

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh t-tabel dengan cara : k = 7

n = 120 sehingga df = 120-7 = 113

α = 5%

maka dengan memakai Microsoft Excel diperoleh t-tabel : = TINV (0.05,113)

= 1,981

3. Persamaan substruktural 3

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh t-tabel dengan cara : k = 2


(6)

α = 5%

maka dengan memakai Microsoft Excel diperoleh t-tabel : = TINV (0.05,118)

= 1,980272

4. Persamaan substruktural 4

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh t-tabel dengan cara : k = 2

n = 120 sehingga df = 120-2 = 118

α = 5%

maka dengan memakai Microsoft Excel diperoleh t-tabel : = TINV (0.05,118)