Fungsi budgeter anggaran. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak Fungsi Regulerend mengatur. Di dalam fungsi ini, kebijaksanaan Teori Asuransi. Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan Official Assessment System, yaitu sistem pemunguta

26 Peranan Pajak sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Beberapa fungsi pajak antara lain :

a. Fungsi budgeter anggaran. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak

berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan.

b. Fungsi Regulerend mengatur. Di dalam fungsi ini, kebijaksanaan

perpajakan digunakan pemerintah dalam mengatur pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, untuk menarik penanaman modal, baik dalam maupun luar negeri, diberikan fasilitas keringanan pajak.

c. Fungsi stabilisator. Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana

untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. d. Fungsi redistribusi pendapatan. Pajak yang sudah disetorkan ke kas negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 2.1.4. Azas-azas dalam perpajakan Teori klasik tentang sistem perpajakan dimulai sejak Adam Smith dalam bukunya “The Wealth of Nations” Waluyo 2006 yang menyatakan bahwa penungutan pajak hendaknya didasarkan pada : a Equality Universitas Sumatera Utara 27 Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta. b Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. c Convenience Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn. d Economy Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak. Azas keadilan dalam sistem perpajakan telah banyak didiskusikan secara luas, dan hal ini merupakan bagian terpenting dalam mengevaluasi setiap pengajuan dalam pembuatan kebijakan perpajakan. Musgrave Laksana, 2001 memberikan pandangan yang adil tentang distribusi beban pajak, beban administrasi dan pengaruh insentif pajak terhadap penerimaan pajak. Diantara Universitas Sumatera Utara 28 keempat azas diatas, Musgrave juga menekankan pada tiga azas lainnya yaitu : azas netralitas neutrality, azas perbaikan reformation, dan azas kestabilan dan pertumbuhan growth and stability.

2.1.5. Teori pemungutan pajak

Beberapa teori pemungutan pajak Mardiasmo, 2006 antara lain :

a. Teori Asuransi. Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan

hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut. b. Teori Kepentingan. Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan misalnya perlindungan masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, maka makin tinggi pajak yang harus dibayar. c. Teori Daya Pikul. Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu unsur objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki seseorang maupun unsur subjektif yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi. d. Teori Bakti. Dalam teori ini, pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Untuk mewujudkan sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebaga suatu kewajiban. Universitas Sumatera Utara 29

e. Teori Asas Daya Beli. Berdasarkan teori ini, dasar keadilan terletak pada

akibat pemungutan pajak. Pemungutan pajak dilakukan untuk menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara, yang selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan masyarakat lebih diutamakan. 2.1.6. Pengelompokan pajak Pajak dapat dikelompokkan menjadi Mardiasmo, 2006 : 1. Berdasarkan Golongan a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan PPh b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPN. 2. Berdasarkan Sifat a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. 3. Berdasarkan Lembaga Pemungut a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dan Bea Materai. Universitas Sumatera Utara 30 b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

2.1.7. Sistem pemungutan pajak

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Dalam mengefektifkan pemungutan pajak dibutuhkan sistem yang tepat sehingga penerimaan pajak meningkat. Menurut Mardiasmo 2006, ada 3 tiga sistem pemungutan pajak, yaitu :

a. Official Assessment System, yaitu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak danatau Pengusaha Kena Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. c. With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang terhadap Wajib Pajak. Sejak 1 Januari 1984, pemerintah melakukan Reformasi Perpajakan dengan mengubah sistem pemungutan pajak “valuasi pemerintah” official assessment dalam pengumpulan pajak diganti menjadi “penghitungan diri” self assessment. Sistem pemungutan pajak self assessment diterapkan dengan tujuan membawa misi dan konsekuensi adanya perubahan sikap kesadaran warga Universitas Sumatera Utara 31 masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela. Karena dari sisi administrasi dan pengawasan, maka semakin besar tingkat kepatuhan sukarela voluntary compliance semakin kecil pula kebutuhan untuk mengawasinya. Keberhasilan Self Assessment System Soemitro, 2000 ditentukan oleh : a. Kesadaran Pajak dari Wajib Pajak Tingkat kesadaran akan membayar pajak didasarkan oleh tingkat kepatuhan wajib pajak yang berpijak pada tingginya kesadaran hukum dalam membayar pajak. Dalam hal ini peran fiskus amatlah berarti karena pada dasarnya tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan tingkat pemahaman yang baik seputar pajak. b. Kejujuran Wajib Pajak Faktor kejujuran dalam membayar pajak sangatlah penting karena dengan self assessment system, pemerintah memberikan sepenuhnya kepercayaan masyarakat untuk menetapkan berapa jumlah pajak yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan. Masyarakat diharapkan melaporkan jumlah kewajiban pajak-pajaknya sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi. Kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kejujuran WP sendiri dalam pelaporan kewajiban perpajakannya. c. Hasrat untuk Membayar Pajak Tax Mindedness Hasrat untuk membayar pajak pada dasarnya kepatuhan sukarela dalam membayar pajak, dengan frame pemikiran bahwa kesadaran dalam Universitas Sumatera Utara 32 membayar pajak haruslah diikuti oleh hasrat yang tinggi untuk membayar pajak. Kemauan WP dalam membayar pajak merupakan hal yang penting. Penyebab kurangnya hasrat WP untuk membayar pajak antara lain adalah asas perpajakan yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak secara langsung dapat dinikmati oleh masyarakat. d. Disiplin dalam Membayar Pajak Tax Disipline Tax Disipline berdasar pada tingkat pemahaman yang sesuai terhadap hukum pajak yang dianut suatu negara serta sanksi-sanksi yang meyertainya, dengan tidak menunda-nunda dalam membayar pajak.

2.1.8. Pajak Penghasilan

Definisi penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 adalah : setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Menurut Subekti dan Asrori 2003, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Berdasarkan definisi di atas, dapat diketahui adanya ciri-ciri Pajak Penghasilan yaitu : a. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh karena suatu hal Universitas Sumatera Utara 33 dimana tambahan kemampuan ekonomis tersebut dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan. b. Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Tahun Pajak adalah jangka waktu takwim atau satu tahun buku. c. Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik dari dalam negeri atau luar negeri serta penghasilan yang berasal dari Indonesia yang diperoleh orang luar negeri.

2.1.9. Subjek pajak penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Subjek Pajak Dalam Negeri Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah : 1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niatan untuk bertempat tinggal di Indonesia 2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia 3. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak. b. Subjek Pajak Luar Negeri Yang dimaksud dengan Subjek Pajak Luar Negeri adalah : Universitas Sumatera Utara 34 1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia 2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan 3. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.

2.1.10. Objek pajak penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, yang menjadi objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk : 1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, premi asuransi jiwa dan asuransi Universitas Sumatera Utara 35 kesehatan yang dibayar oleh pemberi kerja, atau imbalan dalam bentuk lainnya. 2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. 3. Laba Usaha 4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, dan anggota. c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha. d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan. 5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya. 6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. 7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepeda pemegang polis, dan pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi. 8. Royalti. 9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. 11. Keuntungan karena pembebasan utang. Universitas Sumatera Utara 36 12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. 13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. 14. Premi asuransi. 15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotanya. 16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

2.1.11. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak penghasilan

Di dalam pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan, penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan adalah : 1. a. Bantuan atau sumbangan b. Harta hibahan yang diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak- pihak yang bersangkutan. 2. Warisan 3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal. Universitas Sumatera Utara 37 4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura ataupun kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah. 5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi beasiswa. 6. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. 7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai, dan penghasilan yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 8. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi-bagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi. 9. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatannya di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut : Universitas Sumatera Utara 38 a. Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. 2.2. Karakteristik 2.2.1. Peran Serta Masyarakat Masyarakat secara awam diartikan sebagai warga. Berikut ini beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli :

a. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia