Karakteristik Bahan Baku Pengukuran Berat Jenis dan Kadar Air Bambu dan Limbah Kayu Identifikasi Karakteristik Perekat Pengukuran Kadar Resin Padat

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian pembuatan papan komposit dari limbah kayu dan anyaman bambu betung dilaksanakan di Laboratorium Bio-komposit dan Laboratorium Peningkatan Mutu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor serta Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan meliputi : - Screen, rotary blender, kotak kayu ukuran 30x30 cm, steel bar stock, kantong plastik, aluminium foil, gergaji, kaliper, milimeter sekrup, oven, timbangan, baskom, seng ukuran 40x40 cm, spraygun, dan mesin kempa panas. - Botol kaca untuk pengujian ketahanan terhadap rayap tanah. Bahan-bahan yang digunakan : 1. Limbah kayu diperoleh dari industri pengolahan kayu di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan jenis kayu yang banyak dijumpai adalah jenis kayu yang termasuk dalam famili Dipterocarpaceae, akasia dan sengon. 2. Anyaman bambu betung diperoleh dari daerah Lido – Kabupaten Sukabumi. 3. Perekat melamine formaldehida dari PT Pamolite Adhesive Industry Surabaya. 4. Perekat Isocyanate dari PT Polychemi Asia Pasifik, Jakarta. 5. Parafin dan aquadestilasi dari toko bahan kimia Bratachem Bogor. 6. Pasir steril dan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren.

3.3. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

3.3.1. Karakteristik Bahan Baku Pengukuran Berat Jenis dan Kadar Air Bambu dan Limbah Kayu

Perhitungan berat jenis dan kadar air bambu dan limbah kayu dilakukan dengan menimbang berat contoh uji BKU. Volume diukur dengan menghitung selisih volume air saat contoh uji dimasukkan ke dalam gelas ukur Metode Archimedes, sebelumnya contoh uji dicelupkan kedalam parafin. Contoh uji dibersihkan dari parafin kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 103± 2 C sampai beratnya konstan BKT. Berat jenis dan kadar air bambu dihitung dengan rumus: Berat kering tanur Berat jenis = Volume kering udara Berat kering udara – Berat kering tanur Kadar air = x 100 Berat kering tanur Contoh uji untuk penentuan berat jenis dan kadar air bambu diambil dari bagian pangkal, tengah dan ujung batang bambu, sedangkan contoh uji limbah kayu diambil 10 contoh limbah kayu yang diambil secara acak.

3.3.2. Identifikasi Karakteristik Perekat Pengukuran Kadar Resin Padat

Pengukuran kadar resin padat ditentukan berdasarkan standar SNI 06- 4565-1998. Cara pengujian : perekat ditimbang sebanyak 1,5 g kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105±2 C selama 3 jam. Kemudian dikondisikan dalam desikator hingga mencapai suhu kamar, lalu ditimbang. Pekerjaan tersebut diulang sampai diperoleh berat konstan. Kadar resin padat dihitung menggunakan rumus: SC = BKTBA x 100 Keterangan : SC = Resin padat BKT = Berat kering oven g BA = Berat awal perekat g Pengukuran Viskositas Perekat Pengukuran viskositas perekat ditentukan berdasarkan standar SNI 06-4565- 1998. Cara pengujian : perekat sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam wadah viskometer selanjutnya rotor pengaduk dimasukkan pada posisi di tengah wadah yang telah diisi perekat, tombol dinyalakan dan rotor dibiarkan berputar sampai menunjukkan nilai konstan pada alat. Pengukuran pH Perekat Pengukuran pH perekat ditentukan berdasarkan standar SNI 06-4565-1998. Cara pengujian : pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pengukur pH, ujung pendeteksi dicelupkan ke dalam larutan perekat dan nilai pH dapat langsung dibaca pada alat. Pengukuran Gel Time Pengukuran gel time diukur menurut SNI 06-4565-1998. Caranya menimbang ± 10 g perekat MF - Isocyanate dan memasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya memanaskan di atas penangas air pada suhu 100 C, permukaan perekat diletakkan 2 cm di bawah permukaan air. Waktu yang dibutuhkan perekat tersebut tergelatin dicatat dengan cara memiringkan tabung reaksi hingga perekat terlihat tidak mengalir lagi.

3.3.3. Proses Pembuatan Papan Komposit