Acacia lecophloea memiliki berat jenis 0,79 0,71-0,89 kelas awet IV dan kelas
kuat II. Kegunaan dari kayu ini yaitu sebagai bahan konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga a.l. lemari, lantai, papan
dinding, tiang, tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak, gagang alat, alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir
dan kayu lapis, pulp dan kertas, selain itu baik juga untuk kayu bakar dan arang Mandang Pandit 1997.
Secara umum presentase kayunya 30-50, kulit 10,5-12, serat kayu akasia tergolong pendek yaitu 0,880 mm – 0,970 mm dengan tebal dinding 4,367
µm – 4,617 µm, kayu teras berwarna cokelat kelabu dan nilai MOEnya 105.900 kgcm
2
– 116.000 kgcm
2
tergantung umur pohonnya Ginoga 1997 dalam Malik 2002.
2.7. Kayu Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen
Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen tergolong famili Fabaceae yang merupakan jenis tanaman cepat tumbuh, tidak membutuhkan kesuburan
tanah yang tinggi, dapat tumbuh pada tanah-tanah kering, tanah lembab, dan bahkan tanah-tanah yang mengandung garam serta dapat bertahan terhadap
kekurangan oksigen Pamoengkas 1992 dalam Darmaji 2003. Martawijaya et. al. 1989 menyebutkan beberapa nama daerah untuk
pohon sengon meliputi jeunjing, sengon laut Jawa, tedehu pute Sulawesi, wahagom Irian Jaya. Penyebaran pohon ini sudah sangat luas meliputi seluruh
Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, Irian Jaya. Tinggi pohon bisa mencapai 40 m, dengan batang bebas cabang 10-30 m, diameter batang bisa mencapai 80 cm, kulit
luar berwarna putih atau kelabu, tidak mengelupas dan tidak berbanir.
Kayu sengon memiliki ciri umum, yaitu: pada pohon muda teras dan
gubal sukar dibedakan, pada pohon tua warna teras putih sampai coklat kemerahan atau kuning muda sampai coklat kemerahan, merah coklat kepucatan.
Memiliki sedikit corak dengan tekstur agak kasar sampai kasar. Arah seratnya berpadu dan kadang-kadang lurus. Kayu agak lunak dengan warna kayu putih
sampai coklat muda kemerahan. Porinya soliter dan berganda radial, parenkima baur, kayunya lunak Mandang Pandit 1997.
Manding Pandit 1997 menyatakan bahwa pori kayu sengon tersusun atas pori baur, berbentuk bundar sampai bundar telur, soliter dan berganda radial
yang terdiri atas 2-3 seri, jumlahnya sekitar 4-7 mm
2
, diameter tangensial sekitar 160-340
µm dengan bidang perforasi sederhana. Jari-jari umumnya sempit, terdiri atas 1-2 seri, jumlah 6-12 per mm arah tangensial, dengan komposisi sel
homoseluler, serta hanya terdiri atas sel-sel baring. Kayu sengon termasuk kayu ringan dengan berat jenis rata-rata 0,33 0,24-0,49 dan tergolong dalam kelas
kuat IV-V dan kelas awet IV-V. Kayu sengon mempunyai kemampuan menahan beban sampai batas
proporsi sebesar 316 kgcm
2
dengan tegangan sampai batas patah mencapai 526 kgcm
2
, MOE sebesar 44.500 kgcm
2
, keteguhan tekan sejajar serat sebesar 283 kgcm
2
, kekerasan ujung sejajar serat sebesar 22 kgcm
2
dan kekerasan sisi sebesar 11 kgcm
2
Martawijaya et al. 1989.
2.8. Rayap