33 Karena jumlah β-karoten yang mampu diserap oleh atapulgit lebih banyak dari
pada magnesium  silikat  sintetik.  Hal  ini  disebabkan  karena  atapulgit merupakan  adsorben  yang  mampu  menyerap  zat khususnya  zat  warna seperti
β-karoten,  sedangkan magnesium  silikat  sintetik merupakan  adsorben  yang secara  khusus  dikomersialkan  untuk  proses  penghilangan  basa  NaOH.
Sehingga  kemampuan magnesium  silikat  sintetik untuk  menyerap  dan mengikat  β-karoten lebih  rendah  dibandingkan  dengan  atapulgit.  Selain  itu,
atapulgit memiliki oksida Al
2
O
3
yang berpotensi mengikat senyawa β-karoten dengan adsorpsi kimia. Namun secara umum, baik pada penggunaan atapulgit
maupun magnesium silikat sintetik, semakin tinggi suhu yang digunakan maka konsentrasi  β-karoten yang  terserap  dalam  kedua  jenis  adsorben  tersebut
semakin meningkat.
D. LAJU ADSORPSI
Laju  adsorpsi  merupakan perubahan  konsentrasi  pereaksi  atau  produk pada  proses  adsorpsi. Seiring  dengan  bertambahnya  waktu  reaksi,  maka
jumlah  zat  pereaksi  akan  makin  sedikit,  sedangkan  produk  makin  banyak. Laju  adsorpsi  dinyatakan  sebagai  laju  berkurangnya  pereaksi  atau  laju
bertambahnya produk pada proses adsorpsi. Parameter yang digunakan adalah konstanta laju adsorpsi k dan energi aktivasi Ea. Pada penentuan parameter
tersebut digunakan model isoterm adsorpsi Brimberg.
1. Konstanta Laju Adsorpsi
Penentuan laju adsorpsi diperoleh berdasarkan hubungan antara nilai absorbansi metil ester pada t tertentu dengan waktu kontak antara adsorben
dengan  metil  ester.  Selanjutnya  dihubungkan  secara  linear  pada  model Brimberg sehingga dapat diperoleh nilai konstanta laju adsorpsi k. Nilai
konstanta  laju  adsorpsi  pada  masing-masing  jenis  adsorben  dapat  dilihat pada Tabel 9.
34 Tabel 9.
Konstanta  laju  adsorpsi  β-karoten dari  metil  ester  dengan menggunakan Atapulgit dan Magnesium silikat sintetik
Perlakuan Konstanta Laju Adsorpsi
k min
-1
Jenis Adsorben Suhu ° C
Atapulgit 65
0.0236 80
0.0332 90
0.0515 Magnesol
65 0.0146
80 0.0266
90 0.0442
Berdasarkan  Tabel  9  dapat  diketahui  bahwa  nilai  konstanta  laju adsorpsi mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya suhu. Nilai
konstanta  laju  adsorpsi  yang  paling  besar  pada  penggunaan  atapulgit  dan magnesium  silikat  sintetik terjadi  pada  kondisi  suhu  90 °C dimana  nilai
konstanta  laju  adsorpsi  pada  penggunaan  atapulgit  lebih  tinggi  apabila dibandingkan  dengan  nilai  konstanta  laju  adsorpsi  pada  penggunaan
magnesol yaitu sebesar 0.0515 k min
-1
untuk atapulgit dan 0.0442 k min
-1
untuk magnesol. Peningkatan  fraksi  molekul  yang  memiliki  energi  kinetik  melebihi
energi  aktivasi  dilakukan  dengan  meningkatkan  suhu. Peningkatan  suhu dapat  meningkatkan  frekuensi  tumbukan  antara  molekul  yang  kemudian
membentuk  suatu  kompleks  teraktifkan. Selain  iu,  peningkatan  suhu mampu
memperbesar pori-pori
pada adsorben
sehingga dapat
meningkatkan  kemampuan  adsorpsinya. Peningkatan  fraksi  molekul  yang teraktifkan  ini  menyebabkan  meningkatnya  laju  reaksi.  Oleh  karena  itu,
suhu  berpengaruh  terhadap  laju  reaksi,  yaitu  dapat  meningkatkan  laju reaksi.  Untuk  kebanyakan  reaksi,  dengan  meningkatnya  suhu  sebesar  10
C  akan  meningkatkan  laju  reaksi  menjadi  dua  atau  tiga  kali  semula Petrucci, 1992; Saeni, 1989.
Jika  suhu  dinaikkan, maka  kalor  yang  diberikan  akan  menambah energi  kinetik  partikel  pereaksi.  Sehingga  pergerakan  partikel-partikel
pereaksi makin cepat, makin cepat pergerakan partikel akan menyebabkan
35 terjadinya  tumbukan  antar  zat pereaksi  makin  banyak,  sehingga  reaksi
makin  cepat. Umumnya  kenaikan  suhu  sebesar  10 C  menyebabkan
kenaikan laju reaksi sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan dari gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat
kimia  selalu  bergerak-gerak.  Oleh  karena  itu,  kemungkinan  terjadi tabrakan antar molekul yang ada.
2. Energi Aktivasi