LAJU PENGADUKAN OPTIMUM KONDISI KESETIMBANGAN

27 Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting bagi masing-masing adsorben sesuai dengan fungsinya sebagai adsorben. Ukuran partikel masing-masing adsorben mempengaruhi tingkat adsorpsi. Tingkat adsorpsi naik dengan adanya penurunan ukuran partikel. Kapasitas total adsorpsi masing-masing adsorben tergantung pada luas permukaannya. Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan sehingga dapat menjerap β-karoten makin banyak. Secara umum kecepatan adsorpsi ditujukan oleh kecepatan difusi zat terlarut ke dalam pori-pori partikel adsorben. Ukuran partikel yang baik untuk proses penjerapan antara -100 +200 mesh Bernasconi et al., 1995.

B. LAJU PENGADUKAN OPTIMUM

Laju pengadukan merupakan variabel yang mempengaruhi peristiwa fisik dari proses adsorpsi β-karoten dari metil ester. Pengadukan adalah proses pencampuran bahan secara fisik. Proses ini akan membuat adsorben melayang dalam larutan McCabe et al., 1999. Hal tersebut dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya adsorpsi, terutama untuk adsorben dengan partikel halus. Hasil pengadukan yang baik menurut Bernasconi et al. 1995 bisa dicapai bila bahan mengalir secara turbulen mengalir ke segala penjuru. Nilai optimum laju pengadukan ditentukan berdasarkan hubungan antara peningkatan laju pengadukan dengan peningkatan jumlah β-karoten yang teradsorp. Hasil penentuan laju pengadukan optimum dapat dilihat pada Gambar 8. Tidak dipengaruhi difusi eksteral Dipengaruhi difusi eksteral Gambar 8. Hubungan antara nilai β-karoten yang teradsorp dengan laju pengadukan 28 Berdasarkan kurva hubungan yang disajikan pada Gambar 8, dapat diketahui bahwa laju pengadukan optimum dicapai pada kecepatan pengadukan 250 rpm, dimana pada kecepatan pengadukan tersebut diperoleh nilai persentase β-karoten teradsorp paling tinggi sehingga peningkatan laju pengadukan tidak berpengaruh lagi terhadap jumlah β-karoten yang teradsorp selama proses adsorpsi. Berdasarkan Gambar 8, laju pengadukan yang lebih tinggi dari 250 rpm menyebabkan kemampuan adsorben dalam mengadsorp karotenoid menjadi menurun karena pengadukan yang tertalu cepat dapat menyebabkan proses tumbukan tidak terjadi secara optimal sehingga jumlah β-karoten yang teradsorp semakin menurun. Laju pengadukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi dari luar. Dengan penentuan laju pengadukan optimum, diharapkan faktor dari luar, terutama difusi eksternal, sudah tidak mempengaruhi hasil proses adsorpsi.

C. KONDISI KESETIMBANGAN

Fasa kesetimbangan antara cairan dan fasa yang diserap oleh satu atau lebih komponen dalam proses adsorpsi merupakan faktor yang menentukan di dalam kinerja proses adsorpsi tersebut. Peningkatan kapasitas stoikiometrik adsorben memiliki pengaruh yang lebih besar daripada peningkatan laju perpindahan. Adsorpsi melibatkan proses perpindahan massa dan menghasilkan kesetimbangan distribusi dari satu atau lebih larutan antara fasa cair dan partikel. Kondisi kesetimbangan dapat diartikan keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama. Sistim yang setimbang dapat terjadi ketika nilai tertentu tidak mengalami perubahan dengan berubahnya waktu Petrucci, 1992. Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika Reynolds, 1982. Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat atommolekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau perbedaan polaritas sehingga sebagian molekul melekat lebih erat pada permukaan dibanding molekul lainnya McCabe et al., 1999. 29 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 waktu adsorpsi menit k o n s e n tr a s i b e ta k a ro te n d a la m m e ti l e s te r µ g m l atapulgit pada suhu 65 derajat C atapulgit pada suhu 80 derajat C atapulgit pada suhu 90 derajat C magnesol pada suhu 65 derajat C magnesol pada suhu 80 derajat C magnesol pada suhu 90 derajat C Proses adsorpsi β-karoten dari metil ester merupakan suatu proses penyerapan komponen pigmen warna kemerahan yang ada pada metil ester pada permukaan adsorben. Hubungan antara penurunan nilai konsentrasi β- karoten dalam metil ester dengan lama adsorpsi dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Hubungan Penurunan konsentrasi β-karoten dalam metil ester dengan lama waktu adsorpsi Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa nilai konsentrasi β- karoten dalam metil ester semakin menurun dengan semakin meningkatnya waktu adsorpsi. Selama proses adsorpsi, terjadi penurunan konsentrasi β- karoten di dalam metil ester serta terjadi peningkatan jumlah β-karoten yang terserap di dalam adsorben seiring dengan semakin meningkatnya waktu proses adsorpsi. Penurunan nilai konsentrasi β-karoten terjadi pada kedua jenis adsorben dan tiap suhu yang digunakan. Penurunan konsentrasi β-karoten dalam metil ester terus terjadi selama waktu proses hingga tidak terjadi penurunan nilai konsentrasi β-karoten. Kondisi dimana peningkatan waktu adsorpsi tidak lagi berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi β-karoten dalam metil ester merupakan kondisi kesetimbangan. Hal tersebut disebabkan karena adsorben mengalami kapasitas jenuh penyerapan yaitu tidak mampu lagi menyerap β- 30 karoten. Proses penyerapan β-karoten dalam metil ester dapat dilihat dari perubahan warna metil ester dan juga adsorben baik sebelum dan setelah proses adsorpsi. Gambar perubahan warna pada metil ester serta pada adsorben atapugit dan magnesium silikat sintetik sebelum dan sesudah adsorpsi dapat dilihat pada lampiran 5. Kondisi kesetimbangan pada masing-masing suhu reaksi dan jenis adsorben berbeda. Nilai konsentrasi β-karoten dalam metil ester yang diperoleh pada saat kondisi kesetimbangan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai konsentrasi β-karoten dalam metil ester pada kondisi kesetimbangan untuk masing-masing kondisi suhu dan jenis adsorben Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa pada kedua jenis adsorben, semakin tinggi suhu yang digunakan maka waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi kesetimbangan semakin cepat dan konsentrasi β-karoten dalam metil ester semakin menurun. Berdasarkan Tabel 8, proses adsorpsi yang menggunakan atapulgit dengan suhu 65 °C, 80 °C, dan 90 °C, berturut- turut kondisi kesetimbangan tercapai pada menit ke 90, 60 dan 30 dimana jumlah β-karoten yang tersisa dalam metil ester adalah sebesar 251, 243, dan 236 µgml. Sedangkan pada proses adsorpsi dengan menggunakan magnesium silikat sintetik pada suhu 65 °C, 80 °C, dan 90 °C, berturut-turut kondisi kesetimbangan tercapai pada menit ke 90, 60 dan 30 dimana jumlah β-karoten yang tersisa dalam metil ester adalah sebesar 191, 184, dan 177 µgml. Hal ini menunjukkan jumlah β-karoten yang diserap oleh adsorben semakin banyak Perlakuan Lama tercapainya kesetimbangan menit Konsentrasi ß – karoten dalam metil ester µgml Konsentrasi awal ß – karoten dalam metil ester µgml Jenis Adsorben Suhu °C Atapulgit 65 90 251 314 80 60 243 90 30 236 Manesium silikat sintetik 65 90 191 225 80 60 184 90 30 177 31 dengan semakin meningkatnya suhu. Hal ini dapat disebabkan karena suhu sangat berpengaruh terhadap proses adsorpsi yang terjadi. Suhu yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan penyerapan porositas dari adsorben meningkat. Berdasarkan Tabel 8, konsentrasi awal β-karoten dalam metil ester berbeda pada proses adsorpsi menggunakan atapulgit dengan magnesium silikat sintetik, perbedaan ini disebabkan karena metil ester tidak di simpan dalam satu wadah yang sama. Namun jumlah yang mampu diserap oleh masing-masing adsorben dapat diketahui dengan melihat konsentrasi awal metil ester yang digunakan. Jumlah β-karoten yang mampu terserap oleh atapulgit lebih banyak daripada oleh magnesium silikat sintetik. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan struktur pori maupun komposisi dari kedua jenis adsorben. Struktur pori adalah faktor utama dalam proses adsorpsi. Distribusi ukuran pori menentukan distribusi molekul yang masuk dalam partikel adsorben untuk diadsorp. Molekul yang berukuran besar dapat menutup jalan masuk ke dalam micropore sehingga membuat area permukaan yang tersedia untuk mengadsorp menjadi sia-sia. Karena bentuk molekul yang tidak beraturan dan pergerakan molekul yang konstan, pada umumnya molekul yang lebih dapat menembus kapiler yang ukurannya lebih kecil juga. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori adsorben, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Proses adsorpsi terjadi akibat terbentuknya ikatan antara lapisan silika pada struktur adsorben dengan molekul β-karoten. Atapulgit mengandung 66.1 SiO 2 , 12.6 MgO, dan 9.8 Al 2 O 2 . Sedangkan magnesium silikat sintetik mengandung 15 MgO dan 67 SiO 2 . Silika mengandung bahan yang homogen. Permukaan silika tersusun atas dua tipe ikatan, yaitu ikatan polar yang memiliki energi tinggi dan ikatan kurang polar yang memiliki energi rendah. Ikatan polar merupakan ikatan antara silika dengan gugus hidroksil Si-OH yang disebut dengan silanol, sedangkan ikatan kurang polar merupakan ikatan antara silika dengan oksigen Si-O-Si yang disebut dengan siloksan Chu et al., 2004. 32 Gugus kurang polar ini yang berfungsi di dalam proses adsorpsi secara fisik pada pengikatan β-karoten. Jenis ikatan yang diduga terjadi antara adsorben baik atapulgit maupun magnesium silikat sintetik dengan β-karoten adalah ikatan Van der waals, dimana ikatan ini relatif lemah. Ikatan Van der waals yang terjadi antara β-karoten dengan adsorben baik atapulgit maupun magnesium silikat sintetik dapat dilihat pada Gambar 10. Ikatan Van der waals merupakan antaraksi dipol-dipol secara kolektif. Antaraksi dipol-dipol ini menimbukan tarik-menarik antara muatan yang berlainan tanda dan tolak-menolak antara muatan yang sama. Molekul non polar saling ditarik oleh antaraksi dipol-dipol yang lemah yang disebut gaya london. Gaya Van der waals merupakan gaya terlemah walaupun merupakan gaya yang paling universal. Energinya sekitar 0.4 sampai 40 kJmol Companion, 1991. Proses adsorpsi pada suhu yang rendah, lebih disebabkan oleh ikatan intermolekular daripada pembentukan ikatan kimia baru. Ikatan yang terbentuk antara adsorben dan zat warna relatif lemah dan disebut dengan ikatan Van der waals Hui, 1996. Pengamatan tersebut mengindikasikan bahwa mekanisme adsorpsinya adalah secara fisik. Swern 1982 menambahkan cukup untuk menyatakan adsorpsi sebagai fenomena permukaan, bergantung dari adanya afinitas spesifik antara adsorben dan zat yang diadsorpsi. Penggunaan atapulgit pada proses adsorpsi β-karoten dari metil ester lebih baik dibandingkan dengan penggunaan magnesium silikat sintetik. Si O δ- Si δ+ Tarikan δ+ H CH 3 C δ- C CH 3 CH 3 Gambar 10. Ikatan Van der waals antara β-karoten dengan adsorben Sirait, 2007. 33 Karena jumlah β-karoten yang mampu diserap oleh atapulgit lebih banyak dari pada magnesium silikat sintetik. Hal ini disebabkan karena atapulgit merupakan adsorben yang mampu menyerap zat khususnya zat warna seperti β-karoten, sedangkan magnesium silikat sintetik merupakan adsorben yang secara khusus dikomersialkan untuk proses penghilangan basa NaOH. Sehingga kemampuan magnesium silikat sintetik untuk menyerap dan mengikat β-karoten lebih rendah dibandingkan dengan atapulgit. Selain itu, atapulgit memiliki oksida Al 2 O 3 yang berpotensi mengikat senyawa β-karoten dengan adsorpsi kimia. Namun secara umum, baik pada penggunaan atapulgit maupun magnesium silikat sintetik, semakin tinggi suhu yang digunakan maka konsentrasi β-karoten yang terserap dalam kedua jenis adsorben tersebut semakin meningkat.

D. LAJU ADSORPSI