TUJUAN METIL ESTER Laju Adsorbsi Isotermal β-Karoten dari Metil Ester Minyak Sawit dengan Menggunakan Atapulgit dan Magnesium Silikat Sintetik

2 molekuler serta fluida superkritik. Belum terdapat metode standar untuk ektraksi karoteoid. Namun untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya digunakan bahan yang segar, tidak rusak dan contoh yang mewakili Gross, 1991. Adsorpsi merupakan metode yang lebih sering dipakai untuk pemisahan β-karoten. Berbagai jenis adsorben digunakan untuk mengadsorpsi komponen β-karoten. Salah satu adsorben yang memiliki keunggulan dan selektif dibandingkan dengan adsorben lain adalah atapulgit. Atapulgit merupakan mineral senyawaan Al, Mg, dan Si dengan struktur kristal yang berongga Lansbarkis, 2000. Model isoterm Brimberg dapat digunakan untuk menentukan laju adsorpsi Ribeiro et al., 2001. Karekteristik kemampuan penyerapan komponen β-karoten dapat diketahui dari laju adsorpsinya. Selain itu, dilakukan penentuan Energi aktivasi sebagai parameter untuk mengetahui efektifitas dari adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi. Sehingga diharapkan β-karoten yang terdapat dalam metil ester mampu diperoleh secara optimum .

B. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai konstanta laju adsorpsi k serta energi aktivasi Ea pada proses adsorpsi β-karoten dari metil ester minyak sawit. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. METIL ESTER

Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi asam lemak dengan metil alkohol, berbentuk cairan. Metil ester dapat dihasilkan melalui proses transesterifikasi trigliserida minyaklemak. Reaksi transesterifikasi antara minyaklemak dengan metanol dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut. Gambar 1. Reaksi transesterifikasi pembentukan metil ester Proses transesterifikasi minyak atau lemak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, lama hidrolisis, kecepatan pengadukan, jenis dan konsentrasi katalis serta perbandingan metanol-asam lemak. Metil ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi langsung trigliserida dengan metanol masih mengandung campuran ester yang berhubungan dengan residu asam lemak dalam trigliserida. Sehingga diperlukan pemurnian minyak karena adanya asam lemak bebas, fosfolipid, residu protein dan garam-garam logam Hui, 1996. Dalam bentuk metil ester maka berat molekul, titik beku, titik didih, dan viskositas minyak akan menjadi lebih rendah. Disamping itu senyawa gliserin yang merupakan produk samping hasil degradasi minyak nabati dapat dipisahkan pada proses pembuatan metil ester, sehingga tidak menyebabkan terbentuknya deposit pada mesin apabila digunakan sebagai bahan bakar alternatif biodiesel Darmoko et al., 2001. Syarat mutu dari metil ester biodiesel dapat dilihat pada Tabel 1. CH 2 OCO-R CHOCO-R CH 2 OCO-R 3 CH 3 OH 3 RCOOCH 3 CH 2 OH CHOH CH 2 OH + Minyaklemak metanol metil ester gliserin + 4 Tabel 1. Syarat mutu biodiesel metil ester No. Parameter Satuan Nilai 1 Massa jenis pada 40 °C kgm 3 850 – 890 2 Viskositas kinematik pd 40 °C mm 2 s cSt 2,3 – 6,0 3 Angka setana min. 51 4 Titik nyala mangkok tertutup °C min. 100 5 Titik kabut °C maks. 18 6 Korosi lempeng tembaga 3 jam pada 50 °C maks. no 3 7 Residu karbon - dalam contoh asli - dalam 10 ampas distilasi -massa maks 0,05 maks. 0,3 8 Air dan sedimen -vol. maks. 0,05 9 Temperatur distilasi 90 °C maks. 360 10 Abu tersulfatkan -massa maks.0,02 11 Belerang ppm-m mgkg maks. 100 12 Fosfor ppm-m mgkg maks. 10 13 Angka asam mg-KOHg maks.0,8 14 Gliserol bebas -massa maks. 0,02 15 Gliserol total -massa maks. 0,24 16 Kadar ester alkil -massa min. 96,5 17 Angka iodium -massa g-I 2 100 g maks. 115 18 Uji Halphen Negatif Sumber : SNI 04-7182-2006 5 Metil ester digunakan sebagai produk industri disebabkan karena beberapa faktor Milyawaki, 1998, Derksen Cuperus, 1996 dan Gervasio, 1996, antara lain : 1. Pemakaian energi untuk memproduksi metil ester melalui proses transesterifikasi lebih rendah dibandingkan untuk memproduksi asam lemak. 2. Transesterifikasi tanpa menggunakan air, sehingga gliserin yang dihasilkan bebas air, sedangkan gliserin dari hidrolisis lemak mengandung sejumlah besar air. 3. Bila dibutuhkan destilat fraksional, destilasi menggunakan ester lebih efisien dibandingkan dengan asam lemak. 4. Metil ester dapat diproses dengan peralatan karbon baja dengan kondisi yang lebih ringan dibandingkan peralatan Stainless steel mahal untuk memproduksi asam lemak. 5. Biaya produksi turunan asam lemak lainnya seperti alkohol ester, alkohol asam lemak dan ester sukrosa lebih rendah menggunakan metil ester sebagai bahan baku dibandingkan dengan asam lemak sebagai bahan baku. 6. Metil ester lebih stabil dan tidak menyebabkan korosi, sehingga biaya penanganan dan perawatannya tidak begitu mahal, warna lebih disukai, dapat dimurnikan dan didestilasi pada suhu rendah.

B. KAROTENOID