Faktor Penyesuaian Faktor Kelonggaran

48 yang ditetapkan dan menunjukkan dalam menjalankan pekerjaannya. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan cara Westinghouse. Waktu siklus rata-rata yang telah didapatkan harus melewati 2 faktor pertimbangan terlebih dahulu, yaitu faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Waktu baku didapat dari waktu siklus ditambah dengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran seperti yang dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11 di bawah ini. Faktor penyesuaian dan kelonggaran ini didapat dari penilaian yang dilakukan melalui pengamatan. Nilai-nilai penyesuaian dan kelonggaran ini dikalikan dengan waktu normal yang ada yang kemudian menjadi faktor penyesuaian dan kelonggaran yang akan ditambahkan dengan waktu normal.

1. Faktor Penyesuaian

Faktor penyesuaian ini terdiri dari 4 faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Nilai-nilai penyesuaian dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Berdasarkan ciri-ciri dari setiap kelas ketrampilan maka tenaga kerja pada bagian preparasi dan pengemasan ini memiliki ketrampilan mulai dari poor F2 +0,11 sampai dengan excellent B1+0,11. Tenaga kerja yang masuk dalam kategori poor memiliki karakter ragu-ragu dalam melakukan pekerjaanya, gerakannya kaku dan seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang ia lakukan. Sedangkan excellent dipilih karena tenaga tersebut memiliki karakter bekerja cepat tetapi halus, berirama dan terkoordinasi. Tabel 10. Nilai Penyesuaian Ketrampilan Usaha Superskill A1 0.15 Superskill A1 0.13 A2 0.13 A2 0.12 Excellent B1 0.11 Excellent B1 0.1 B2 0.08 B2 0.8 Good C1 0.06 Good C1 0.05 C2 0.03 C2 0.02 Average D Average D Fair E1 -0.05 Fair E1 -0.04 E2 -0.1 E2 -0.08 Poor F1 -0.16 Poor F1 -0.12 F2 -0.22 F2 -0.17 Konsistensi Kondisi Kerja Perfect A 0.04 Ideal A 0.06 Excellently B 0.03 Excellently B 0.04 Good C 0.01 Good C 0.02 Average D Average D Fair E -0.02 Fair E -0.03 Poor F -0.04 Poor F -0.07 Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko 2004 49

2. Faktor Kelonggaran

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi yang diberikan adalah sebesar 5 untuk wanita dan 2 untuk pria, besarnya kelonggaran ini diberikan karena operator bekerja secara terus menerus selama ± 8 jam tanpa istirahat resmi. Nilai- nilai kelonggaran dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Faktor kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue dilihat dari beberapa faktor yang berpengaruh. Faktor yang pertama adalah tenaga yang dikeluarkan. Untuk aktivitas yang dilakukan di bagian preparasi tenaga yang dibutuhkan sangat besar karena harus mengangkat beban minimal seberat 25 kilogram dan dilakukan selama 8 jam, maka dari itu aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas berat dan diberi kelonggaran sebesar 20. Aktivitas yang dilakukan di ruang pengemasan termasuk dalam aktivitas tanpa beban dan sangat ringan, maka kelonggaran yang diberikan untuk tenaga kerjanya adalah 6. Faktor kedua adalah sikap kerja, nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 2, angka ini diberikan karena sebagian besar sikap kerja dari pekerjaan ini adalah berdiri, membungkuk dan bertumpu pada kedua kaki. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 0.8 karena pada bagian pengemasan ini sebagian besar pekerjaan yang harus dikerjakan adalah dengan posisi kerja duduk. Faktor ketiga adalah gerakan kerja. Pada faktor ini diberikan nilai 0 karena dianggap pekerjaan ini masih melakukan gerakan-gerakan kerja yang normal. Faktor keempat adalah kelelahan mata. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi nilai yang diberikan sebesar 0 karena tenaga kerja tidak perlu terus menerus memandang objek. Untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 2 karena harus memeriksa cacat yang ada pada produk, pencahayaan di ruang pengemasan cukup baik sehingga nilai kelonggarannya pun tidak terlalu besar. Faktor kelima adalah temperatur. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 15 karena rata-rata temperatur pada tempat ini adalah 30-32 o C, sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengemasan diberikan nilai 30 karena temperatur tempat bekerjanya adalah antara 31-36 o C. Faktor keenam adalah keadaan atmosfer. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian preparasi adalah 5, karena pada tempat kerja tidak memiliki ventilasi yang baik dan terdapat debu-debu halus tepung tetapi tidak beracun. Untuk bagian pengemasan diberikan nilai 3 karena ventilasi ruangan kurang baik dan terdapat bau-bauan yang tidak berbahaya. Faktor yang ketujuh adalah keadaan lingkungan. Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian pengayakan tepung pada preparasi adalah sebesar 6 , karena pada tenaga kerja yang bekerja di bagian pengayakan selalu terasa adanya getaran pada lantai dan untuk bagian pengemasan tepungnya diberikan nilai 4 karena faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas kerjanya adalah seperti ventilasi ruangan yang kurang baik. Untuk bagian pengemasan long stick, tenaga kerja yang bertugas meletakkan ring di atas cup diberikan nilai 3 karena siklus pekerjaannya berulang-ulang antara 0-5 detik, sementara untuk tenaga kerja yang bertugas memasukkan biskuit diberikan nilai kelonggaran sebesar 1 karena siklus pekerjaannya dilakukan berulang-ulang antara 5-10 detik, untuk tenaga kerja yang bertugas memasukkan cup ke tray dan memasukkan tray ke karton diberikan nilai 2 karena faktor-terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas kerjanya. Faktor kelonggaran waktu untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan diberikan nilai sebesar 5 . 50 Tabel 11. Nilai kelonggaran Faktor Kelonggaran Tenaga Yang Dikeluarkan Tepung 0.2 NN 0.06 Sikap Kerja Tepung 0.02 NN 0.008 Gerakan Kerja Tepung 0 NN 0 Kelelahan Mata Tepung 0 NN 0.02 Temperatur Tempat Kerja Tepung 0.15 NN 0.3 Atmosfer Tepung 0.05 NN 0.03 Keadaan Lingkungan ayak 0.06 kemas 0.04 ring 0.03 biskuit 0.01 tray 0.02 karton 0.05 Pribadi pria 0.02 wanita 0.05 Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko 2008 Setelah waktu siklus ditambahdengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran yang telah dinilai dan dihitung sebelumnya maka didapatkan waktu baku untuk bagian preparasi dan bagian pengemasan. Waktu baku pada proses preparasi ini adalah 112.68 detik atau sekitar 1.87 menit per siklusnya seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12. Pada bagian preparasi ini memang tidak terlalu dibutuhkan kerja yang cepat seperti yang harus dilakukan pada bagian pengemasan, sehingga spesialisasi kerja dan pengalaman kerja tidak begitu dibutuhkan di bagian preparasi ini, sedangkan waktu baku dari proses pengemasan adalah 90.74 detik. Waktu baku proses pengemasan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12. Waktu baku preparasi No. Kegiatan Waktu Siklus detik Faktor Penyesuaian Faktor Kelonggaran Waktu Baku detik 1 Buka Karung Tepung 15.8 1.01 7.9 24.71 2 Menuang Tepung 9.65 0.97 4.82 15.44 3 Mengayak 50 0 0 50 4 Menampung Menimbang Tepung 9.9 0.94 4.75 15.59 5 Memindahkan Tepung Ke Pallet 4.05 0.94 1.94 6.93 Total 89.4 3.86 19.42 112.68 51 Tabel 13. Tabel waktu baku pengemasan No. Kegiatan Waktu Siklus Faktor Penyesuaian Faktor Kelonggaran Waktu Baku 1 Meletakkan Cup 2.5 0 0 2.5 2 Meletakkan Ring 0.91 0.12 0.46 1.49 3 Welding 2.5 0 0 2.5 4 Memasukkan Biskuit 4.31 0.88 2.06 7.25 5 Memasukkan Cream 2.5 0 0 2.5 6 Mengepress, Memotong dan Memberi Kode Pada Tutup cup 2.5 0 0 2.5 7 Memasukkan ke dalam tray 15.3 1 7.46 23.76 8 Jalan Di Atas Conveyor 2.5 0 0 2.5 9 Wrapping 2.5 0 0 2.5 10 Shrinking 2.5 0 0 2.5 11 Jalan Di Atas Conveyor 2.5 0 0 2.5 12 Memasukkan tray ke Dalam Karton 28.9 1.05 8.28 38.23 Total 69.42 3.05 18.26 90.73 Waktu baku yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan karena semua sumber daya manusia dialokasikan ke tempat-tempat yang tepat dan melakukan kegiatan kerja yang efektif.

4.4 Analisis Metode Kerja