Analisis Gerakan Kerja HASIL DAN PEMBAHASAN

23 Penimbangan ini dilakukan per tray dengan menggunakan mesin, berat cup per tray yang masih kurang akan dihempaskan oleh angin yang dihembuskan mesin. Tray yang sudah terisi penuh oleh cup dan melewati beberapa proses agar sesuai standar, kemudian diplastikkan dengan menggunakan mesin wrapping. Tray yang sudah diberi plastik kemudian dirapatkanshrink dengan menggunakan mesin yang meniupkan uap panas agar plastik merekat erat dengan tray yang sudah terisi cup. Tujuan dari wrapping dan shrinking plastik ini adalah agar lebih mudah untuk mendistribusikan tray dan membuat cup-cup yang ada di dalam tray tidak tumpah. Pada bagian ini hanya terdapat satu operator yang bertugas untuk mengawasi plastik dan shrink agar sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Setelah tray dishrink, maka tray-tray tersebut dimasukkan ke dalam karton. Satu karton diisi oleh 9 tray. Karton yang sudah terisi penuh oleh tray kemudian direkatkan dengan perekat karton berupa isolasi. Perekat karton ini pun menggunakan alat bantu sehingga operator hanya perlu memasukkan karton ke bibir alat bantu perekat, kemudian alat tersebut akan dengan sendirinya menjalankan karton, apabila karton sudah terekatkan bagian atas dan bawahnya maka karton akan keluar dari sisi yang lain. Pada bagian ini terdapat satu orang operator yang bertugas memasukkan tray-tray ke dalam karton, mengisolasimerekatkan karton, dan membawa karton-karton yang telah siap ke atas pallet dan menyusunnya. Biasanya akan ada satu orang operator sebagai operator tambahan karena ia hanya akan membantu jika operator di bagian ini tidak mampu mengerjakan tugasnya seorang diri. Setelah karton direkatkan maka operator melakukan pemindahan dari alat bantu perekat ke atas pallet, setelah itu karton juga harus disusun di atas pallet agar mudah dalam transportasinya. Penyusunan di atas pallet ini juga harus dilakukan secara hati-hati sedemikian sehingga membentuk posisi yang aman agar tidak terjatuh.

4.2 Analisis Gerakan Kerja

Sikap dan posisi kerja para pekerja yang bekerja pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi tepung ini dirasakan kurang baik karena mereka harus berdiri dalam jangka waktu yang lama dan mengangkat karung tepung yang beratnya melebihi kapasitas angkat yang seharusnya. Berat beban yang dapat ditolerir untuk kegiatan angkat yang sering dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebenarnya pekerjaan ini masih dapat ditolerir karena mereka mengangkat beban seberat 25 kilogram setiap 1.5 menit, waktu 1.5 menit ini didapat dari banyaknya tepung yang harus diolah dibagi dengan jumlah jam kerja yaitu 7.5 jam dan banyaknya pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut yaitu dua orang pekerja. Hal ini berlaku pula pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi tepung. Sebenarnya untuk mengangkat tepung yang beratnya 25 kilogram ini pekerja masih belum memerlukan alat angkat, namun perlu adanya perbaikan pada metode angkat yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Tabel 3 yang memperlihatkan tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya. Metode kerja yang mungkin perlu untuk diperbaiki adalah tidak menitik beratkan beban yang diangkat dalam hal ini adalah tepung hanya pada satu titik seperti tangan. Saat mengangkat beban yang berat ini sebaiknya beban yang diangkat dapat disebarkan di beberapa titik sehingga tidak menimbulkan sakit di satu titik akibat terlalu lama menjadi titik berat beban yang diangkat. Saat mengangkat karung tepung posisi pekerja sebaiknya tidak membungkuk melainkan berjongkok untuk menyebarkan beban agar beban tidak terasa memberatkan satu titik, sehingga pekerja tidak merasa cepat lelah. 24 Tabel 2. Berat beban yang dapat ditolerir untuk aktivitas angkut yang sering Frekuensi Angkut Berat yang boleh diangkat 30 menit 95 kg 15 menit 85 kg 12 menit 66 kg 10 menit 56 kg 5 menit 33 kg Sumber : Nurmianto, Eko 2004 Selama ini pekerja menjangkau tepung dengan posisi badan yang agak membungkuk, sebaiknya pekerja tidak terlalu banyak membungkuk atau berjinjit, terutama saat menuang tepung ke mesin pengayak dan meletakkan plastik tepung ke atas pallet. Untuk pekerja yang menuang tepung ke mesin pengayak, sebaiknya mesin pengayak ini dibuat agak sedikit lebih rendah, misalnya sejajar dengan perut pekerja, tinggi dari mesin pengayak ini sebaiknya dibuat kurang lebih 100 cm dari lantai, hal ini dimaksudkan agar pekerja tidak perlu mengangkat tinggi-tinggi karung tepung yang akan dituang. Mesin pengayak yang ada di ruang ayak saat ini tingginya kurang lebih 150 cm, jika tinggi mesin dibuat menjadi 100 cm diharapkan pekerja akan membutuhkan waktu yang lebih sedikit karena tidak perlu terlalu bersusah payah mengangkat tepung untuk menuangnya ke mesin pengayak. saat mesin pengayak tingginya 150cm dari lantai pekerja membutuhkan waktu selama 10 detik untuk membawa tepung ke mulut mesin pengayak, jika mesin pengayak dibuat lebih rendah bukan tidak mungkin jika waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membawa karung tepung ke mulut mesin pengayak hanya 5 detik. Pekerja yang bekerja pada bagian preparasi tepung ini diduga dapat merasakan sakit pada bagian pinggang karena terlalu sering membungkuk, sakit pada bagian bahu dan lengan kanan dan kiri atas karena mengangkat tepung yang berat dengan frekuensi yang tinggi. Tabel 3. Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat Level Batas Angkat kg Tindakan 1 =16 Tidak diperlukan tindakan khusus 2 16-25 - Tidak diperlukan alat dalam mengangkat - Ditekankan pada metode angkut 3 25-34 - Tidak diperlukan alat dalam mengangkat - Dipilih job redesign raancangan ulang terhadap tipe pekerjaan 4 34 Harus dibantu dengan peralatan mekanis Sumber : Worksafe Australia 1986 dalam Nurmianto, Eko 2004 Dimensi ruang kerja proses pengayakan tepung di bagian preparasi ini secara teori kurang memadai karena kurangnya ruang gerak bebas bagi pekerja, pekerja masih agak sedikit kesulitan saat ingin mendekatkan pallet yang berisi karung-karung tepung yang akan diayak ke mesin pengayak, sebaiknya ruangan di bagian pengayakan ini agak diperluas agar pekerja dapat dengan mudah mendekatkan pallet ke mesin pengayak dan masih terdapat ruang gerak bebas bagi pekerja, selain itu penempatan tempat sampah di antara kedua mesin pengayak juga akan meningkatkan efisiensi gerakan yang dilakukan pekerja di bagian ini. Jika ruangan ini dirasa sulit untuk diperluas mungkin cara peletakan mesinnya dapat diubah, selain itu warna tembok pada ruangan ini juga bisa diubah untuk memberi efek lebih luas, seperti warna kuning. Warna ini juga akan meningkatkan kenyamanan pekerja yang bekerja di dalamnya karena dalam ruangan yang sempit biasanya dapat membuat pekerja tegang dan stres dalam melakukan pekerjaannya. Untuk ruangan pengemasan tepung perlu ditambahkan adanya jendela sebagai ventilasi untuk tempat terjadinya pertukaran udara yang ada di dalam dengan udara yang ada di luar ruangan. Sama halnya dengan ruang pengemasan tepung, ruang 25 pengayakan tepung pun dirasa perlu untuk menambahkan jendela sebagai ventilasi. Jika ventilasi di kedua ruangan ini kurang maka tidak ada pertukaran antara udara yang ada di dalam ruangan dengan udara yang ada di luar ruangan, hal ini akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa lelah dan debu- debu halus dari tepung akan terhisap oleh pekerja, debu-debu halus yang terhisap oleh pekerja ini akan menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan yang diderita oleh pekerja. Temperatur pada ruang ayak berkisar antara 30.7-32.1 o C dengan kelembaban 52-58, sedangkan pada ruang pengemasan tepung adalah 30-31.8 o C dengan kelembaban 54-64. Tentu saja hal ini membuat pekerja merasa kurang nyaman dalam bekerja, biasanya pekerja mengatasi hal ini dengan menggunakan alat pembersih pakaian mereka yang dapat menghembuskan angin. Berdasarkan Tabel 4 yang membahas mengenai akibat yang ditimbulkan jika pekerja bekerja pada temperatur tertentu, dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja di ruang pengayakan tepung bagian preparasi tepung ini akan cepat merasa lelah. Kelembaban di ruangan pengemasan tergolong tinggi, menurut Wignjosoebroto 2003 suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan, pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, sehingga pekerja akan cepat merasa lelah. Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas udara. RH yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS Sick Building Syndrome iritasi mata, iritasi tenggorokan, dan batuk-batuk. Dalam menjaga kualitas udara dalam ruangan, Kepmen telah memberikan standar parameter kimia, fisik, dan biologi yang dapat memberikan kenyamanan terhadap pekerja. Adapun standar parameter fisik yaitu debu, suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang diatur sebagaimana daam SK Gubernur No. 54 tahun 2008 mengenai Baku Mutu Kualitas Udara dalam Ruangan khususnya tempat kerja perkantoran yaitu suhu 23-28 o C ; kelembaban 40-60; dan pencahayaan minimal 100 lux Sari, 2009. Tabel 4. Pengaruh temperatur terhadap pekerja Temperatur Akibat yang ditimbulkan ± 49°C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental ± 30°C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik ± 24°C Kondisi optimum ± 10°C Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul Sumber : Nurmianto, Eko 2004 Pada proses preparasi ini tidak dibutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga faktor pencahayaan pada ruangan ini tidak begitu berpengaruh dalam kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Kebisingan yang terjadi di ruangan ini disebabkan oleh adanya getaran yang ditimbulkan oleh mesin pengayak, karena itu maka pekerja diharuskan menggunakan ear plugear muff. Getaran yang dirasakan di ruangan pengayakan tepung cukup kuat sehingga bisa mempengaruhi konsentrasi dari pekerja yang terlalu lama bekerja di dalam ruangan tersebut, untuk mengurangi getaran yang dirasakan pekerja di ruangan ini sebaiknya diberikan karet atau alat peredam getaran yang dapat mengurangi getaran yang dirasakan pekerja. Peredam getaran ini perlu diberikan pada mesin pengayak yang terus bergetar, selain itu mungkin sebaiknya lantai ruangan pengayakan ini tidak terbuat dari besi atau baja, 26 melainkan dari semen. Bau-bauan yang terdapat di ruangan pengayakan dan pengemasan tepung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pernafasan pada pekerja yang terlalu lama bekerja di dalamnya, oleh karena itu pekerja sebaiknya menggunakan masker agar dapat mengurangi bau yang tercium, ventilasi yang baik juga akan membantu mengurangi bau-bauan tersebut karena udara dapat terus bersirkulasi. Untuk mendukung efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja, maka sebaiknya dilakukan pengaturan fasilitas kerja seperti tempat sampah yang ditempatkan di antara kedua mesin pengayak yang ada di ruang ayak, tempat mengambil air minum berada di masing-masing ruangan, dan sebaiknya kegiatan mencari pisau dihilangkan karena hal ini merupakan kegiatan yang tidak efektif. Pisau yang akan digunakan untuk membuka karung tepung ini sebaiknya ditempatkan di satu tempat saja dan tidak pernah dipindahkan dari tempat tersebut, misalnya membuatkan wadah seperti tas yang diletakkan di tubuh pekerja, atau agar lebih mudah mungkin bisa dibuatkan tempat seperti tempat pisau pramuka dan diletakkan di paha pekerja, jika sudah dibuatkan wadah seperti ini maka pekerja tidak perlu meletakkan pisau di sembarang tempat hingga waktu untuk mencari pisau saat akan membuka karung bisa dihilangkan. Pada proses meletakkan ring di atas cup pada bagian pengemasan posisi duduk pekerja adalah duduk saling berhadapan selama 7.5 jam, namun terkadang pekerja menghadap ke depan seperti saling berdampingan saat meletakkan ring, hal ini disebabkan oleh pekerja yang harus mengambil ring yang ada di dalam karton. Dimensi ruang kerja pada bagian ini dianggap kurang baik karena pekerja masih terbatas melakukan gerakan kerjanya, hal ini dapat dilihat dari tinggi meja di bagian meletakkan ring ini yaitu 74.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursi yang digunakan adalah 59.5 cm dari lantai, dengan meja yang tidak ada lubang di bagian bawahnya, tentu hal ini membuat pekerja akan merasa kurang nyaman saat sedang bekerja. Saat posisi duduk pekerja saling berhadapan salah satu kaki pekerja diletakkan di atas siku mesin karena pada bagian bawah mesin tidak terdapat lubang atau pijakan kaki, walaupun disediakan pijakan kaki pada tempat duduk yang dipakai, pekerja lebih nyaman dengan posisi kerja seperti itu, padahal posisi kerja seperti itu diduga dapat menyebabkan sakit di beberapa titik seperti pada pinggang, leher, dan kaki. Temperatur pada proses meletakkan ring ke atas cup di bagian pengemasan ini adalah 33.7- 34.6 o C dengan kelembaban antara 46-55. Sama seperti pada proses preparasi, hal ini dianggap dapat membuat pekerja menjadi lebih cepat lelah, kelembaban yang rendah dengan temperatur yang tinggi ini membuat tubuh pekerja melakukan penguapan udara terus-menerus sehingga motivasi dan stamina dari pekerja menjadi jauh berkurang Wignjosoebroto, 2003. Ventilasi yang ada di bagian ini adalah ventilasi buatan yaitu kipas angin, namun kipas angin yang ada di bagian ini sudah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena sudah rusak. Kerusakan ini sebaiknya segera diperbaiki, karena dengan ketidak nyamanan pekerja saat bekerja di bagian itu pekerja akan berkurang semangat bekerjanya sehingga produktivitasnya pun menjadi rendah. Pada bagian ini tidak diperlukan pencahayaan yang begitu baik karena pekerja tidak diharuskan untuk memeriksa produk, namun di bagian ini tingkat kebisingannya paling tinggi 89 dB daripada di bagian-bagian lain yang ada di ruangan pengemasan, oleh karena itu pekerja diharuskan untuk menggunakan ear plugear muff. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan getaran yang mengganggu konsentrasi pekerja yang bekerja di bagian ini. Tidak terdapat banyak gerakan yang dilakukan pekerja pada bagian pengemasan karena pada bagian pengemasan hampir seluruh kegiatan dilakukan sambil duduk sampai pekerja beristirahat. Pekerja yang bekerja pada proses meletakkan ring ini dianggap sudah dapat mengefisiensikan gerakannya karena ia melakukan dua gerakan sekaligus saat ia harus mengambil ring yang ada di dalam karton dengan menggunakan satu tangan dan tangan yang lainnya tetap bekerja meletakkan ring ke atas cup. 27 Pada proses memasukkan biskuit posisi duduk pekerja adalah duduk di samping conveyor karena pekerja harus mengambil cup yang berada di atas conveyor dan juga mengambil biskuit di samping tempat duduk pekerja, karena butuh kecepatan yang tinggi maka pekerja duduk dengan posisi duduk seperti ini. Posisi duduk yang seperti ini diduga dapat membuat leher, pingang, bahu, dan bagian seperti lengan kanan dan kiri atas terasa sakit dan menjadi cepat lelah. Hal ini dapat diatasi jika sebelum bekerja operator tersebut melakukan warming up pemanasan, hal ini setidaknya dapat menguarangi kram ataupun sakit dan pegal-pegal yang dialami operator, apalagi operator tersebut akan bekerja selama 8 jam di bagian tersebut. Warming up pemanasan seringkali dianggap bukan merupakan sesuatu yang penting jika ingin memulai suatu pekerjaan, padahal dengan adanya warming up pemanasan sebelum bekerja ini akan memperkecil resiko kelelahan dan kecelakaan operator saat sedang bekerja. Dalam warming up pemanasan yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan ini gerakan yang dilakukan tidak perlu yang terlalu rumit dan sulit, yang penting dapat meregangkan otot-otot pekerja yang nantinya akan bekerja di bagian-bagian yang membutuhkan ketahanan fisik yang baik. Warming up pemanasan ini dapat dilakukan pada saat sedang dilakukannya DDS Daily Direction Setting , jadi di dalam DDS pekerja ini tidak hanya memberitahukan target yang harus diraih, evaluasi harian mengenai apa yang telah dicapai, dan berapa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Dalam warming up ini gerakan yang perlu dilakukan adalah peregangan otot bahu kiri dan kanan, peregangan otot leher, dan peregangan otot pinggang. Menurut Nurmianto 2004 tempat duduk yang baik adalah yang tingginya sesuai dengan standar, terdapat busa pada bagian dudukan dan terdapat sandarannya, karena itulah tempat duduk yang ada di bagian ini dianggap kurang mendukung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja karena tempat duduk yang ada di bagian ini tidak dilengkapi dengan busa pada bagian dudukannya dan tidak terdapat sandarannya, namun untuk pekerjaan ini memang sebaiknya tidak diberi sandaran karena pekerja harus melakukan kerjanya dengan gerakan yang cepat. Tempat duduk yang dipakai pada bagian ini dapat membuat bokong merasa sakit, sebaiknya tempat duduk di bagian ini diperbaiki dengan adanya pemberian busa pada bagian dudukannya agar dapat mengurangi rasa sakit dan cepat lelah yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di sini adalah 74.5 cm dari lantai, sedangkan kursi yang dipakai tingginya adalah 48 cm dari lantai. Posisi tangan saat pekerja sedang melakukan kerjanya dianggap baik karena pekerja tidak perlu membungkuk untuk menjangkau cup yang berada di dalam conveyor. Temperatur pada proses memasukkan biskuit ini adalah 34-36°C dengan kelembaban 43-45. Temperatur yang tinggi ini membuat pekerja tidak nyaman, oleh karena itu perusahaan menyediakan kipas angin. Secara keseluruhan temperatur ruangan pengemasan ini memang cukup tinggi, begitu pula dengan kelembabannya, pada ruangan ini tidak mungkin diberi ventilasi buatan seperti air conditioner karena akan merusak biskuit yang akan dikemas. Panas yang terasa oleh pekerja semakin terasa di siang hari karena atap ruangan ini terbuat dari seng, sebaiknya pada atap ruangan ini diberi blowerfan agar terjadi sirkulasi antara udara yang ada di luar dengan udara yang ada di dalam sehingga panas yang ada di dalam pun dapat bertukar dengan udara segar. Ventilasi alami yang ada di ruangan ini hanya berupa jendelalubang angin kecil, hal ini dianggap tidak mencukupi untuk pergantian udara di ruangan yang sebesar ini. Pencahayaan yang baik sangat diperlukan pada bagian ini karena pekerja harus memeriksa cup yang akan diisi biskuit dan juga memeriksa biskuit yang layak untuk dimasukkan ke dalam cup. Kebisingan pada area ini adalah 81-89 dB, kebisingan tertinggi terjadi di titik yang paling dekat dengan mesin welding, karena mesin inilah yang dianggap menjadi sumber kebisingan. Pekerja sebaiknya menggunakan ear plug untuk mengurangi resiko kerusakan dan gangguan pendengaran, 28 namun kebanyakan pekerja masih belum menyadari bahwa hal ini bertujuan untuk keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri. Mereka masih menganggap kebisingan yang terjadi bukanlah hal penting sehingga alat pelindungan diri seperti ear plug tidak perlu dipakai. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan juga getaran mekanis yang terjadi pada bagian ini. Pada proses meletakkan cup ke dalam tray pekerja duduk berhadapan dan terkadang menjangkau cup dengan daerah jangkauan terjauh yang mereka bisa, hal ini tidak seharusnya dilakukan karena masing-masing pekerja seharusnya menjangkau cup yang letaknya paling dekat dengan tempat ia duduk. Pada bagian ini pekerja dapat duduk dengan agak santai karena pada bagian bawah meja terdapat penyangga kaki, selain itu tempat duduk yang mereka duduki juga terdapat busa di bagian dudukannya. Sakit yang diduga dapat dialami pekerja adalah sakit pada punggung, pinggang, dan bahu, hal ini mungkin disebabkan duduk terlalu lama, namun dimensi ruang kerja di bagian ini dianggap sudah cukup baik karena pekerja tidak terbatas dalam melakukan gerakan. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 72.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursinya adalah 42 cm dari lantai. Temperatur pada area ini adalah 35-36 o C dengan kelembaban antara 43-45, tingginya temperatur pada bagian ini mungkin disebabkan karena adanya heater pada mesin cup sealer dan seal cutter yang berfungsi untuk sealing cup dan seal cutter. Pada area ini terdapat kipas angin yang dapat mengurangi panas yang dirasakan oleh pekerja. Pencahayaan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan di bagian ini, karena pekerja harus memeriksa cup yang telah melewati proses sealing cup dan seal cutter, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan tutup cup apakah ada kebocoran atau tidak, dan juga pemotongan tutup cup tersebut dari seal cutter sudah sesuai standar. Kebisingan di area ini adalah 81-85 dB sehingga kebisingan dapat menganggu konsentrasi dari pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, oleh karena itu pekerja yang bekerja di bagian ini harus menggunakan ear plug. Tidak terdapat bau-bauan yang mengganggu pernafasan dan juga getaran mekanis yang dirasakan oleh pekerja pada area ini. Pada proses memasukkan tray ke dalam karton pekerja melakukan pekerjaannya sambil berdiri, meskipun di sana telah disediakan kursi tinggi yang sudah standar untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri namun pekerja tidak menggunakannya sampai mereka merasa lelah berdiri. Hal ini sebenarnya baik karena pekerja dianggap mampu menentukan batas kemampuan ia melakukan pekerjaan dengan posisi badannya, hal ini akan mengurangi kelelahan yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 78 cm dari tanah, sedangkan tinggi kursinya adalah 67 cm dari tanah, ini dianggap akan mempermudah pekerjaan yang dilakukan pekerja yang seharusnya dilakukan sambil berdiri meskipun tinggi dari kursi tidak masuk ke dalam standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pekerja akan merasakan sakit di daerah sekitar pinggang dan kaki akibat terlalu lama duduk atau berdiri, namun dengan posisi bekerja yang berdiri dan duduk setelah lelah ini pekerja dianggap sudah memahami prinsip ekonomi gerakan. Tabel 5. Standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri Sumber data Wanita Pria R. Farley 1985 940 mm 1020 mm Dreyfuss 1967 810-860 mm 910-970 mm E. Grandjean 1980 Untuk kerja ringan 850-900 mm 900-950 mm Standard Australia 900 mm 950-1000 mm Sumber : Nurmianto, Eko 2008 29 Temperatur pada area ini adalah antara 33-34 o C dengan kelembaban 58-59. Pada bagian ini karena frebiskuitnsi pekerja melakukan pekerjaannya tidak terlalu tinggi maka temperatur ini tidak dianggap terlalu mengganggu dan mempengaruhi pekerjaan tersebut. Pencahayaan juga bukan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di area ini karena pekerja hanya bertugas memasukkan tray-tray yang sudah diwrapping dan shrinking ke dalam karton yang sudah mereka bentuk sebelumnya.

4.3 Analisis Waktu Kerja