Struktur Perekonomian Provinsi Jambi .1 Struktur Permintaan

51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 12,16 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 49,69 triliun. Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan proses produksi. Permintaan antara dapat juga diartikan yaitu permintaan suatu sektor terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor lain yang digunakan sektor tersebut sebagai input untuk menghasilkan barang dan jasa akhir. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan konsumsi akhir. Konsumsi akhir dapat menunjukkan konsumsi oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, konsumsi untuk investasi, dan ekspor. Nilai permintaan dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 5.1. Bila diamati secara rinci, terlihat bahwa masing- masing sektor di Provinsi Jambi diperoleh hasil bahwa sektor yang memiliki nilai total permintaan antara paling besar di Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan senilai Rp 4,77 triliun atau sekitar 39,26 persen dari total permintaan antara Provinsi Jambi. Selanjutnya, sektor pertanian berkontribusi sebesar Rp 2,44 triliun atau sekitar 20,07 persen, diikuti pula oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran senilai Rp 1,83 triliun atau sekitar 15,04 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi senilai Rp 1,06 triliun atau sekitar 8,77; sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan senilai Rp 655,7 milyar atau sekitar 5,39 persen. 52 Dalam pembentukan permintaan akhir Provinsi Jambi, sektor industri pengolahan menempati urutan pertama dengan nilai sebesar Rp 13,66 triliun atau sekitar 27,48 persen dari total permintaan akhir Provinsi Jambi. Sementara sektor pertambangan dan penggalian berada di urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 7,86 triliun atau sekitar 15,81 persen dari total permintaan akhir Provinsi Jambi. Ketiga, sektor pertanian senilai Rp 7,19 triliun atau sekitar 14,47 persen, keempat sektor bangunan senilai Rp 5,65 triliun atau sekitar 11,36 persen, kelima sektor jasa senilai Rp 4,93 trilin atau sekitar 9,94 persen. Tabel 5.1 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi Jambi Nama Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Jumlah juta rupiah Persen Jumlah juta rupiah Persen Jumlah juta rupiah Perse n 1. Pertanian 2.438.430.36 20.07 7.192.553,85 14,47 9.630.984.21 15,57 2. Pertambangan dan Penggalian 105.407,94 0,87 7.856.216,11 15,81 7.961.624,05 12,87 3. Industri Pengolahan 4.772.707,13 39,26 13.656.014,17 27,48 18.428.721,13 29,80 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 410.654,9 3,38 1.287.529,68 2,59 1.698.184,58 2,75 5. Bangunan 526.705,24 4,33 5.645.629,56 11,36 6.172.334,8 9,98 6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.828.299,15 15,04 4.372.164,2 8,80 6.200.463,35 10,02 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.065.688,6 8,77 3.875.495,98 7,80 4.941.184,58 7,99 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 655.756,34 5,39 870.129,4 1,75 1.525.885,74 2,47 9. Jasa 352.321,18 2,90 4.938.572,79 9,94 5.290.893,97 8,55 TOTAL 12.155.975,84 100 49.694.305,74 100 61.850.281,58 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor diolah. Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi Jambi, dapat diketahui total permintaan Provinsi Jambi dengan kontribusi terhadapnya terbesar berada pada sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 18,43 triliun atau sekitar 29,80 persen dari total permintaan Provinsi Jambi, kedua sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp 9,63 triliun atau sekitar 15,57 persen, ketiga sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai sebesar Rp 7,96 triliun atau sekitar 12,87 persen dan sektor 53 perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai sebesar Rp 6,20 triliun atau sekitar 10,02 persen, kelima sektor bangunan bernilai Rp 6,17 triliun atau sekitar 9,98 persen.

5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga

Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007, jumlah konsumsi rumah tangga Provinsi Jambi adalah sebesar Rp 19,2 triliun. Tabel 5.2 Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor Konsumsi Rumah Tangga Jumlah juta rupiah Persen 1. Pertanian 3.065.020.12 15,95 2. Pertambangan dan Penggalian 25.579,12 0,13 3. Industri Pengolahan 5.439.954,33 28,32 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.112.034,76 5,79 5. Bangunan 2.262.864,19 11,78 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.266.910,91 6,60 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.562.271,5 13,34 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 641.893,93 3,34 9. Jasa 2.833.386,35 14,75 TOTAL 19.209.915,21 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor diolah. Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai konsumsi rumah tangga tertinggi yaitu sebesar Rp5,43 triliun atau sekitar 28,32 persen dari total konsumsi rumah tangga. Kemudian, sektor pertanian sebesar Rp 3,06 triliun atau sekitar 15,95 persen; sektor jasa sebesar Rp 2,83 triliun atau sekitar 14,75 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 2,56 triliun atau sekitar 13,34 persen; sektor bangunan bernilai Rp 2,26 triliun atau sekitar 11,78 persen. 54

5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah

Jumlah konsumsi pemerintah berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 5,22 triliun. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan pada sektor jasa yaitu sebesar 2,10 triliun atau sekitar 40,32 persen. Sektor jasa pada tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 sebelum agregasi klasifikasi 70 sektor terdiri dari berbagai jenis jasa, diantaranya jasa pemerintahan umum dan pertahanan, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa lainnya. Sementara di peringkat kedua diduduki oleh sektor bangunan sebesar Rp 1,59 triliun atau sekitar 30,51 persen, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi di peringkat ketiga sebesar Rp 479,8 milyar atau sekitar 9,19 persen, peringkat keempat ditempati sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai Rp 451,8 milyar atau sekitar 8,65 persen, peringkat kelima sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 326,4 milyar atau sekitar 6,25 persen dari total konsumsi pemerintah Provinsi Jambi. Tabel 5.3 Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor Konsumsi Pemerintah Jumlah juta rupiah Persen 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 326.403,99 6,25 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 54.603,18 1,05 5. Bangunan 1.592.690,02 30,51 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 451.838,66 8,65 7. Pengangkutan dan Komunikasi 479.858,75 9,19 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 210.380,84 4,03 9. Jasa 2.105.186,44 40,32 TOTAL 5.220.961,88 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor di olah. 55

5.1.4 Struktur Investasi

Jumlah investasi Provinsi Jambi berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 3,77 triliun. Jumlah investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan modal tetap dengan perubahan stok dari setiap sektor perekonomian di Provinsi Jambi. Tabel 5.4 di atas memperlihatkan bahwa kelima sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan struktur investasi Provinsi Jambi adalah sektor bangunan sebesar Rp 1,79 triliun atau sekitar 47,4 persen dari total investasi Provinsi Jambi. Selanjutnya, sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 903,6 milyar atau sekitar 23,93 persen; sektor pertanian sebesar Rp 515,7 milyar atau sekitar 13,66 persen; sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 229,1 milyar atau sekitar 6,07 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 121,1 milyar atau sekitar 3,21 persen dari total investasi Provinsi Jambi. Tabel 5.4 Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor Pembentukan Modal Tetap juta rupiah Perubahan Stok juta rupiah Investasi juta rupiah Investasi persen 1. Pertanian 45.972.1 469.819.78 515.791,88 13,66 2. Pertambangan dan Penggalian 108.180,64 120.985,16 229,165,8 6,07 3. Industri Pengolahan 708.288,98 195.312,41 903.601,39 23,93 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 120.891,75 120,891,75 3,20 5. Bangunan 1.790.075,35 1.790.075,35 47,4

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

76.851,53 76.851,53 2,04 7. Pengangkutan dan Komunikasi 121.109,66 121.109,66 3,21

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

17.854,63 17.854,63 0,47 9. Jasa TOTAL 2.989.224,64 786.117,35 3.775.341,99 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor diolah 56

5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor

Jumlah net ekspor Provinsi Jambi berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 15,95 triliun. Nilai positif dari nilai net ekspor tersebut mengindikasikan adanya surplus perdagangan dalam perekonomian Provinsi Jambi. Tabel 5.5 menunjukkan kontribusi ekspor dan impor dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah surplus perdagangan Provinsi Jambi adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai kontribusi sebesar Rp 7,57 triliun atau sekitar 47,46 persen dari total surplus perdagangan. Sektor industri pengolahan berada pada urutan kedua sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam surplus perdagangan Provinsi Jambi dengan nilai sebesar Rp 6,19 triliun atau sekitar 38,85 persen dari total surplus perdagangan. Sektor pertanian menempati urutan ketiga dengan kontribusi terbesar dalam surplus perdagangan Provinsi Jambi dengan niali sebesar 2,23 triliun atau sekitar 14,01 persen. Di urutan keempat sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar Rp 1,04 triliun atau sekitar 6,53 persen. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa memiliki nilai negatif. Hal ini berarti bahwa input yang digunakan oleh sektor tersebut cenderung lebih banyak diimpor dari daerah lain. Nilai kelima sektor tersebut berturut-turut sebesar Rp –110,4 milyar atau sekitar -0,69 persen, Rp -145,2 milyar atau sekitar -0,91 persen, Rp -237,8 milyar atau sekitar -1,49 persen, Rp -245,2 milyar atau sekitar - 1,54 persen dan Rp -355,7 milyar atau sekitar -2,23 persen. 57 Tabel 5.5 Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor Ekspor Impor Net Ekspor Jumlah juta rupiah Persen Jumlah juta rupiah Persen Jumlah juta rupiah Persen 1. Pertanian 3.611.741.86 17,82 1.376.279 31.94 2.235.462,86 14.01 2. Pertambangan dan Penggalian 7.601.471,2 37,52 30.815 0,72 7.570.656.21 47,46 3. Industri Pengolahan 6.986.053 34,48 789.099 18,31 6.196.964,02 38,85 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 355.725 8,26 -355.725 -2,23 5. Bangunan 245.231 5,70 -245.231 -1,54 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.348.081,5 6,65 306.155 7,11 1.041.926.53 6,53 7. Pengangkutan dan Komunikasi 711.976,07 3,51 949.599 22,03 -237.582,93 -1,49

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

110.457 2,56 -110.457 -0,69 9. Jasa 145.233 3,37 -145.233 -0,91 TOTAL 20.259.324 100 4.308.553 100 15.950.770,69 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor diolah.

5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Jumlah nilai tambah bruto berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 45,38 triliun. Nilai tambah bruto dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 terdiri dari empat komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa di antara keempat komponen pembentuk nilai tambah bruto, surplus usaha memberikan kontribusi terbesar dengan nilai sebesar Rp 27,07 triliun atau sekitar 59,65 persen dari total nilai tambah bruto. Kontribusi terbesar kedua dalam pembentuk nilai tambah bruto diberikan oleh upah dan gaji, dengan nilai sebesar Rp 15,11 triliun atau sekitar 33,30 persen dari total nilai tambah bruto. Penyusutan menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 2,15 triliun atau sekitar 4,74 persen dari total nilai tambah bruto. 58 Tabel 5.6 Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor Upah dan Gaji juta Rupiah Surplus Usaha juta Rupiah Ratio Upah Gaji dan Surplus Usaha juta Rupiah Penyusuta n juta Rupiah Pajak Tak Langsung juta Rupiah Nilai Tambah Bruto Jumlah juta Rupiah Persen 1 1.514.181 4.987.178 1,66 202.206 84.177 6.787.742 13,01 2 725.975 6.689.112 0,11 258.995 371.059 8.045.141 15,42 3 3.311.542 6.871.956 0,48 304.722 168.176 10.656.396 20,43 4 388.505 569.028 0,68 57.451 14.673 1.029.657 1,97 5 2.601.356 2.216.165 1,17 253.912 98.982 5.170.415 9,91 6 950.529 2.046.230 0,46 232.371 154.523 3.383.653 6,49 7 926.202 1.949.081 0,48 333.864 67.827 3.276.974 6,28 8 806.546 1.215.338 0,66 81.236 72.665 2.175.785 4,17 9 3.886.475 527.141 7,37 426.286 18.100 4.858.002 9,31 TOTAL 15.111.041 27.071.229 13,08 2.151.043 1.050.182 45.383.765 100 Persen Terhadap Nilai Tambah Bruto 33,30 59,65 4,74 2,31 100 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor diolah. Tabel 5.6 juga memperlihatkan bahwa kelima sektor terbesar dalam penciptaan nilai tambah bruto Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan dengan senilai Rp 10,65 triliun atau sekitar 20,43 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor pertambangan dan penggalian berada di peringkat kedua, dengan kontribusi senilai Rp 8,04 triliun atau sekitar 15,42 persen; ketiga sektor pertanian senilai Rp 6,78 triliun atau sekitar 13,01 persen; keempat sektor bangunan senilai Rp 5,17 triliun atau sekitar 9,91 persen; kelima sektor jasa senilai Rp 4,85 triliun atau sekitar 9,31 persen. 5.2 Analisis Keterkaitan 5.2.1 Keterkaitan ke Depan