47
Tabel 4.6 dibawah ini menujukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi dan PDB Nasional menurut lapangan usaha dari tahun 2008
hingga 2010 mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2008 laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi bernilai 7,16 dan laju pertumbuhan PDB Nasional bernilai
6,1, namun pada tahun 2009 laju pertumbuahn baik PDRB Provinsi Jambi maupun PDB Nasional mengalami penurunan yaitu masing-masing menjadi
6,39 dan 4,5. Selanjutnya, di tahun 2010, laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi dan PDB Nasional kembali meningkat menjadi 7,31 dan 6,1.
Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi dan PDB Nasional menurut Lapangan Usaha, 2008-2010 Persen
Sumber : BPS Pusat, 2008-2010.
4.4 Kebijakan Pembangunan Provinsi Jambi
Berdasarkan amanat pembangunan daerah yang tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 serta Pembukaan UUD 1945, maka Visi Pembangunan Provinsi Jambi tahun 2005-2025 adalah mewujudkan
Jambi yang maju, mandiri, adil, dan sejahtera. Tingkat kemajuan dan
SEKTOR Laju Pertumbuhan
Provinsi Jambi Laju Pertumbuhan
Nasional 2008
2009 2010
2008 2009
2010 1. Pertanian
5,72 6,66
5,12 4,8
4,1 2,9
2. Pertambangan dan Penggalian
14,70 1,29
14,46 0,5
4,4 3,5
3. Industri Pengolahan 5,63
3,84 4,49
3,7 2,1
4,5
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 7,28
9,27 13,12
10,9 13,8
5,3
5. Bangunan 10,28
8,45 6,76
7,3 7,1
7,0
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
3,99 7,88
10,16 7,2
1,1 8,7
7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,37
5,81 3,99
16,7 15,5
13,5
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
23,88 17,85
12,12 8,2
5,0 5,7
9. Jasa
4,99 6,24
4,05 6,4
6,4 6,0
TOTAL 7,16
6,39 7,31
6,1 4,5
6,1
48
kesejahteraan suatu daerah dapat dinilai berdasarkan berbagai indikator. Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi kemajuan suatu daerah diukur dari tingkat
kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan distribusinya. Tingginya tingkat pendapatan rata-rata yang diiringi dengan distribusi yang
merata pada suatu daerah, maka dapat dikatakan daerah tersebut makmur, dan dengan demikian dikategorikan sebagai daerah yang maju dan sejahtera.
Daerah yang mandiri adalah yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan daerah lain yang telah maju dengan mengandalkan pada
kemampuan dan kekuatan sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk
berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian. Kemandirian suatu daerah tercermin antara lain dari Sumberdaya Manusia SDM
yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, pembiayaan pembangunan bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah PAD yang berarti sumber pembiayaan pembangunan daerah tidak semata-mata tergantung dari pembiayaan yang bersumber dari APBN, dan
kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok daerahnya. Pembangunan Provinsi Jambi bukan hanya untuk mencapai kemajuan dan kemandirian, tetapi
juga untuk mewujudkan keadilan. Sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan sekaligus objek pembangunan, rakyat mempunyai hak baik dalam
melaksanakan maupun dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Oleh karena itu,
masalah keadilan merupakan ciri menonjol pula dalam meningkatkan taraf hidupnya dan memperoleh lapangan pekerjaan, mendapatkan pelayanan sosial,
49
pendidikan dan kesehatan, mengemukakan pendapat dan melaksanakan hak politiknya, serta perlindungan dan persamaan di depan hukum, tidak ada
diskriminasi dalam bentuk apapun baik antar individu, gender, dan wilayah. Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut ditempuh melalui misi
pembangunan Provinsi Jambi diantaranya mewujudkan daerah yang memiliki keunggulan kompetitif dengan memperkuat perekonomian daerah berbasis
keunggulan komperatif masing-masing wilayah. Oleh karena itu, untuk memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan komperatif menuju
perekonomian yang kompetitif maka kegiatan pembangunan yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1 Perekonomian dikembangkan dengan memperkuat perekonomian daerah
yang berorientasi pasar. Untuk itu dilakukan transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif Sumber Daya Alam SDA
menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Memperkuat struktur perekonomian daerah dan meningkatkan pembangunan ekonomi
melalui pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perubahan struktur structure transformation ekonomi dan sosial masyarakat.
2 Memperkuat struktur industri daerah melalui dukungan kuat pemerintah
daerah untuk menghilangkan praktik-praktik yang menciptakan ekonomi biaya tinggi, komitmen untuk memajukan potensi lokal, konsistensi
program dan infrastruktur yang mendukung. 3
Struktur perekonomian daerah diperkuat dengan mendudukkan sektor industri berbasis agribisnis sebagai motor penggerak yang didukung oleh
kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan dan pertambangan yang
50
menghasilkan produk-produk secara efisien, modern dan berkelanjutan, serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktik terbaik
dan tata kelola yang baik, agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. 4
Jasa, termasuk jasa konstruksi dan perbankan daerah, dikembangkan sesuai dengan kebijakan pengembangan ekonomi daerah agar mampu
mendukung secara efektif peningkatan produksi dan daya saing regional dan global.
5 Perdagangan luar negeri diarahkan untuk mendukung perekonomian
daerah agar mampu meningkatkan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui : a peningkatan daya saing dan akses pasar ekspor b
pengembangan spesifikasi lokal, standar produk barang dan jasa yang berkualitas ekspor yang didukung dengan ketersediaan fasilitasi pelabuhan
ekspor yang representatif. 7 Perdagangan antar daerah diarahkan untuk memperkokoh sistem distribusi
yang efisiensi dan efektif dan menjamin kepastian berusaha untuk mewujudkan, a berkembangnya kelembagaan perdagangan yang efektif
dalam perlindungan konsumen dan persaingan usaha secara sehat, b terintegrasi aktivitas perekonomian daerah dan terbangunnya kesadaran
penggunaan produksi lokal, c meningkatkan perdagangan antar wilayah, dan d terjaminnya ketersediaan bahan pokok dengan harga yang
terjangkau.
51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan
Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85
triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 12,16 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 49,69 triliun.
Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan proses produksi. Permintaan antara dapat juga diartikan yaitu permintaan
suatu sektor terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor lain yang digunakan sektor tersebut sebagai input untuk menghasilkan barang dan jasa
akhir. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan konsumsi akhir. Konsumsi akhir dapat menunjukkan konsumsi
oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, konsumsi untuk investasi, dan ekspor. Nilai permintaan dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi
dapat dilihat pada Tabel 5.1. Bila diamati secara rinci, terlihat bahwa masing- masing sektor di Provinsi Jambi diperoleh hasil bahwa sektor yang memiliki nilai
total permintaan antara paling besar di Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan senilai Rp 4,77 triliun atau sekitar 39,26 persen dari total permintaan
antara Provinsi Jambi. Selanjutnya, sektor pertanian berkontribusi sebesar Rp 2,44 triliun atau sekitar 20,07 persen, diikuti pula oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran senilai Rp 1,83 triliun atau sekitar 15,04 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi senilai Rp 1,06 triliun atau sekitar 8,77; sektor keuangan
persewaan dan jasa perusahaan senilai Rp 655,7 milyar atau sekitar 5,39 persen.