Interpretasi PenutupanPenggunaan Lahan dari Citra Landsat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Interpretasi PenutupanPenggunaan Lahan dari Citra Landsat

Berdasarkan hasil interpretasi visual citra Landsat didapatkan beberapa kelas penggunaan lahan yaitu badan air sungai, danau, dan laut, hutan, kebun campuran, kebun coklat, kebun jati, kebun karet, kebun tebu, kebun teh, ladang, mangrove, tambak, sawah, semak, dan permukiman. Kombinasi band yang digunakan untuk memudahkan identifikasi penutupanpenggunaan lahan pada citra Landsat adalah 421 RGB untuk tahun 1972, sedangkan kombinasi band 542 RGB untuk citra Landsat tahun 1990 dan 2008. Kombinasi band tersebut dipilih karena memiliki kekontrasan yang tinggi sehingga memudahkan untuk membedakan penutupanpenggunaan lahan. Kenampakan penggunaan lahan tersebut pada citra Landsat dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kenampakan PenutupanPenggunaan Lahan di Citra Landsat dan di Lapang No. Nama Obyek Gambar Obyek Landsat Lapang 1 Badan air 2 Hutan htn ba 3 Kebun campuran 4 Kebun coklat 5 Kebun jati 6 Kebun karet kc ckl t jati kr t 7 Kebun tebu 8 Kebun teh a. Kebun teh b. Kebun teh yang telah dikonversi menjadi kebun kelapa sawit 10 Ladangte galan tbu teh ldg 11 Mangrove diantara galengan tambak 12 Tambak 13 Sawah 14 Semak mgv tmk swh smk tmk mgv 15 Permuki- man Badan air . Badan air dalam hal ini meliputi sungai, danausitu, dan laut. Kenampakan tubuh air danau dan laut pada citra Landsat berwarna biru tua dengan tekstur halus. Kedalaman air mempengaruhi kegelapan warna. Semakin tinggi kedalaman air maka warnanya semakin gelap biru tua. Di dalam citra Landsat, badan air sungai mempunyai bentuk yang berkelok-kelok meander. Hutan adalah lahan yang ditumbuhi oleh pepohonan dengan lebat sehingga membentuk suatu komunitas kehidupan biologi alami atau ekologi tersendiri. Hutan pada citra berwarna hijau tua hingga hijau kehitaman, sesuai dengan kandungan klorofil pada pohon-pohon di hutan. Tekstur hutan tampak kasar karena vegetasi pada hutan mempunyai ukuran yang bervariasi dengan pola yang tidak teratur, ada bayangan igir-igir puncak gunung yang menunjukkan sebaran hingga daerah yang curam, identik dengan letak di sekitar puncak gunung. Kenampakan hutan di lapang didominasi oleh pohon besar dengan kanopi yang rapat. Pohon yang terdapat dalam hutan beraneka ragam, namun didominasi oleh pohon pinus karena dikelola oleh Perum Perhutani. Di Desa Cimanggu, Kecamatan Cisalak, Subang terdapat Hutan Kota Rangga Wulung yang didominasi oleh pohon mahoni, nangka, dan pinus. Kebun campuran adalah kebun yang terdiri atas campuran vegetasi antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim. Dibandingkan dengan hutan, kenampakan kebun campuran pada citra Landsat lebih berwarna terang hijau terang dengan tekstur relatif kasar. Lokasi kebun campuran umumnya lebih dekat dengan permukiman jika dibandingkan dengan lokasi perkebunan seperti jati, karet, tebu, dan teh. Di lapang, pmk penggunaan lahan kebun campuran terdiri atas pohon-pohon pisang, kelapa, mangga, bambu, singkong, dan jambu. Pepohonan ini ditanam secara tidak teratur, sehingga terlihat sangat rapat. Umumnya tersebar di sekitar permukiman atau lahan kosong dekat dengan sawah dan sungai. Kebun coklat. Kenampakan kebun coklat pada Landsat lebih terang dibandingkan dengan kebun karet serta memiliki tekstur yang halus. Kebun coklat di daerah penelitian dikelola oleh PTPN VIII Teh, Kina, dan Kakao yang terletak di Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang. Kebun jati. Kenampakan kebun jati berwarna merah cerah pada citra Landsat. Di lapang, pohon jati mempunyai penutupan kanopi yang tidak rapat. Tinggi pohon jati yang ada dalam wilayah penelitian berkisar antara 10-15 meter. Kebun karet. Kenampakan kebun karet pada citra terlihat mempunyai tekstur yang kasar. Warna yang tampak pada citra lebih gelap daripada kebun coklat karena karet mempunyai daun yang rimbun. Kenampakan penutupan daun di perkebunan karet sangat lebat. Lokasi kebun karet di daerah penelitian terletak di Kecamatan Cibogo dan Cipunagara. Kebun karet yang ada di wilayah penelitian selain dikelola oleh masyarakat juga dikelola oleh PTPN VIII. Kebun tebu. Perkebunan tebu pada citra tampak berwarna hijau muda dan teksturnya lebih kasar dibandingkan dengan kenampakan kebun lainnya. Kebun tebu mempunyai luasan yang lebih besar dibandingkan dengan kebun karet. Di daerah penelitian, kebun tebu terdapat di Kecamatan Cibogo, Haurgeulis, Pagaden, Cipunagara, dan Compreng. Kebun teh. Kenampakan kebun teh pada citra Landsat berwarna hijau dan kuning terang dengan tekstur yang halus, mempunyai pola yang teratur berpetak-petak yang dikelola oleh PTPN VIII. Perkebunan teh ini terletak di jalan cagak, Desa Tambakan, Kecamatan Cisalak dan Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Namun demikian, di lapang ditemukan wilayah perkebunan teh yang telah dikonversi menjadi kelapa sawit karena teh yang dihasilkan kurang baik kualitasnya. Konversi ini dimulai pada tahun 2008. Ladang. Kenampakan ladang atau tegalan pada citra Landsat berwarna hijau hingga ungu gelap, teksturnya halus, berada dekat dengan permukiman, atau berada di daerah sekitar sungai, terdapat di lereng bawah sampai dengan daerah yang berbukit-bukit dengan pola menyebar. Di lapang penggunaan lahan ladang tampak menempati areal kosong bekas sawah, lahan kosong dekat sungai, areal sekitar permukiman, dan di sela-sela kebun campuran. Ladang umumnya diisi oleh tanaman jagung dan singkong. Mangrove. Mangrove merupakan tanaman yang tumbuh di atas rawa berair payau yang terletak pada pinggir pantai. Kenampakan mangrove pada citra Landsat berwarna hijau dengan tekstur kasar dan berada di pinggir laut atau tambak. Kawasan mangrove memiliki pola yang memanjang pada pinggir pantai. Bentuk petak-petak yang tampak di Landsat dan di lapangan menunjukkan bahwa mangrove tersebut adalah hasil budidaya, dan bukan mangrove yang tumbuh secara alami. Tambak. Tambak merupakan kolam buatan untuk budidaya ikanudang. Kenampakan tambak berwarna biru tua dengan tekstur halus. Tambak memiliki batas yang jelas dan ukuran petakan lebih besar dari sawah. Di lapang, bentuk tambak umumnya persegi panjang dan tiap petakan dapat meliputi areal seluas 0,5 sampai 2 ha. Tambak ikan air payau banyak dijumpai di Desa Legon Kulon, Kabupaten Subang. Selain itu juga ditemui tambak ikan air tawar. Sawah. Kenampakan sawah pada Landsat berwarna hijau muda dengan tekstur halus, dan berada dekat dengan ladang atau permukiman atau berada tidak jauh dari aliran sungai. Sawah yang digunakan secara intensif yaitu tiga kali panen dalam setahun merupakan sawah irigasi dengan lereng yang relatif datar 0-8. Sawah di Subang bagian selatan umumnya merupakan sawah terasering karena berada di daerah pegunungan dengan elevasi yang cukup tinggi 500-1000 mdpl. Semak. Kenampakan semak berwarna hijau terang, bertekstur kasar, memiliki pola yang tidak teratur, dan umumnya dijumpai di perbatasan antara hutan dengan lahan budidaya kebun campuran atau ladang. Semak yang ditemukan di lapang umumnya terdiri dari tanaman ilalang, melastoma, tanaman perdu, dan tanaman buah liar seperti kersen. Permukiman merupakan tempat tinggal yang terdiri atas bangunan-bangunan rumah dan sejenisnya. Kenampakan permukiman pada Landsat berwarna merah sampai ungu dengan pola yang cenderung mengelompok. Kenampakan permukiman di lapang dipengaruhi oleh adanya aksesibilitas. Semakin dekat jaraknya dengan jalan-jalan utama maka luasan permukiman akan semakin besar. Selain itu dipengaruhi oleh adanya jalan, persebaran permukiman juga dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Hal ini berkaitan dengan mata pencaharian umum masyarakat di lokasi penelitian di bidang pertanian, sehingga permukiman berkembang dekat dengan lokasi persawahan. Permukiman dalam hal ini meliputi ruang terbangun seperti : perumahan, sekolah, pasar, masjid, dan gedung layanan masyarakat, dan bangunan lainnya. 5.2 PenutupanPenggunaan Lahan Tahun 1972, 1990, dan 2008 Seperti telah diuraikan di depan, penutupanpenggunaan lahan di DAS Cipunagara dan sekitarnya meliputi 15 tipe yaitu badan air, hutan, kebun campuran, kebun coklat, kebun jati, kebun karet, kebun tebu, kebun teh, ladang, mangrove, tambak, sawah, semak, dan permukiman. Luas dari masing-masing tipe penggunaan disajikan secara grafis dan mencakup tiga titik tahun yaitu 1972, 1990, dan 2008 pada Gambar 9. Berdasarkan Gambar 9 tipe penggunaan lahan yang mendominasi pada tiga titik tahun tesebut adalah sawah. Luas masing-masing sawah pada tahun 1972, 1990, dan 2008 adalah 36,1, 46,5, dan 44,6. Adapun luasan tipe penggunaan lahan yang paling kecil di tiga titik tahun tersebut adalah tubuh air dengan luasan sekitar 0,2. Tipe pengunaan lahan lainnya mempunyai luas yang relatif bervariasi. Pada tahun 1972, penggunaan lahan DAS Cipunagara didominasi oleh sawah yang mencakup luasan 61561,1 ha atau 36,1 dan kebun campuran sebesar 39206,6 ha 23,0. Kemudian kebun jati sebesar 25727,2 ha 15,1, sedangkan penggunaan lahan yang lainnya masing-masing luasannya hanya kurang dari 10 dari luas total penggunaan lahan, yaitu meliputi tambak 1,2, mangrove 2,6, ladang 3,4, semak 4,3, hutan 9,5, kebun tebu 0,8, kebun teh 0,7, kebun coklat 0,5, badan air 0,2, dan kebun karet 0,2. 37 Gambar 9. Grafik PenutupanPenggunaan Lahan Tahun 1972, 1990, dan 2008 Bdn Air htn Kc Cklt Jti Krt Tbu Teh Ldg Mgv Pmk Swh Smk Sgi Tmk Laut 1972 367.2 16255 39206 825.7 25727 293.8 1399. 1245. 5830. 4387. 1372. 61561 7296. 1454. 1996. 1126. 0.2 9.5 23.0 0.5 15.1 0.2 0.8 0.7 3.4 2.6 0.8 36.1 4.3 0.9 1.2 0.7 1990 271.8 23212 9671. 802.3 18942 851.6 1282. 5452. 6377. 3875. 3642. 79818 12006 1454. 3542. 525.6 0.2 13.5 5.6 0.5 11.0 0.5 0.7 3.2 3.7 2.3 2.1 46.5 7.0 0.8 2.1 0.3 2008 271.8 17379 7900. 943.8 17971 787.4 2031. 5014. 7253. 3256. 12822 76521 14076 1454. 3970. 75.3 0.2 10.1 4.6 0.5 10.5 0.5 1.2 2.9 4.2 1.9 7.5 44.6 8.2 0.8 2.3 0.0 0.2 9.5 23.0 0.5 15.1 0.2 0.8 0.7 3.4 2.6 0.8 36.1 4.3 0.9 1.2 0.7 0.2 13.5 5.6 0.5 11.0 0.5 0.7 3.2 3.7 2.3 2.1 46.5 7.0 0.8 2.1 0.3 0.2 10.1 4.6 0.5 10.5 0.5 1.2 2.9 4.2 1.9 7.5 44.6 8.2 0.8 2.3 0.0 0.0 10000.0 20000.0 30000.0 40000.0 50000.0 60000.0 70000.0 80000.0 90000.0 L u a s H a Penggunaan Lahan 1972 1990 2008 Penggunaan lahan sawah pada tahun 1990 masih mendominasi luas penggunaan lahan di daerah penelitian yang mencakup 79818,0 ha atau 46,5 dari luas total pengunaan lahan. Kemudian hutan sebesar 23212,7 ha 13,5, dan kebun jati sebesar 18942 ha 11,0, sedangkan penggunaan lahan yang lainnya masing-masing hanya mencakup kurang dari 10 dari luas total penggunaan lahan, meliputi semak 7,05, kebun campuran 5,6, ladang 3,7, kebun teh 5,2, mangrove 2,3, permukiman 2,1, tambak 2,1, kebun tebu 0,7, kebun karet 0,5, kebun coklat 0,5, dan badan air 0,2. Pada tahun 2008 penggunaan lahan di DAS Cipunagara masih didominasi oleh sawah dengan luasan 76521,6 ha atau 44,6. Kemudian kebun jati sebesar 17971,5 ha 10,5, dan hutan sebesar 17379,0 ha 10,1, sedangkan penggunaan lahan yang lainnya masing-masing hanya mencakup kurang dari 10 dari luas total penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang luasannya kurang dari 10 adalah semak 8,2, permukiman 7,5, kebun campuran 4,6, ladang 4,2, kebun teh 2,9, tambak 2,3, mangrove 1,9, kebun tebu sebesar 1,2, kebun coklat 0,5, kebun karet 0,5, dan badan air 0,2. Peta penggunaan lahan tahun 1972, 1990, dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12.

5.3 Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan Periode 1972-1990 dan