informasi yang tidak dapat diperoleh dari citra seperti jenis tanaman dan jarak tanam. Informasi tambahan dapat diperoleh dari masyarakat setempat yang
menunjukkan akan adanya perubahan penggunaan lahan, sehingga sumber tempat tersebut harus di cek lagi untuk membuktikan kebenarannya. Pengecekan lapang
dilakukan pada titik sampel yang telah ditetapkan di peta yang mengikuti kondisi di lapang. Selanjutnya dilakukan penentuan titik geografis dengan GPS Global
Position System di lapangan.
3.3.4 Tahap analisis data
Tahap analisis data terdiri dari tahap analisis data spasial dan non spasial.
a. Tahap Analisis Data Spasial
terdiri dari analisis perubahan penggunaan lahan. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan tahun 1972-1990 maka
dilakukan proses overlay union antara peta penggunaan akhir tahun 1972 dan 1990. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan tahun 1990-2008 maka
dilakukan proses overlay union antara peta penggunaan akhir tahun 1990 dan 2008.
b. Tahap Analisis Data Non Spasial
Tahap analisis data non spasial yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dilakukan analisis statistik dengan menggunakan metode binomial logit. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan memiliki nilai p-level 0.005. Variabel respon pada regresi logistik adalah variabel binary. Variabel bebas ditunjukan oleh X dan
variabel respon Y, dimana Y mempunyai dua kemungkinan yaitu 0 dan 1. Nilai Y=1 menyatakan bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi
pertanian dan perubahan dari pertanian menjadi lahan terbangun. Sebaliknya, jika Y=0 menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan. Adapun persamaan umum model
logit adalah sebagai berikut :
=
∑ ∑
∑
Dimana: : peluang perubahan penggunaan lahan ke-i menjadi ke-r
β
0r
: parameter intersep untuk perubahan penggunaan lahan ke-i menjadi ke-r β
jr :
parameter koefisien variabel ke-j untuk perubahan penggunaan lahan ke-i menjadi ke-r
X
j
: variabel bebas data kategorik dan data numerik
R
: jumlah tipe penggunaan lahan
n
: jumlah variabel bebas exp
: eksponensial
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Lokasi DAS Cipunagara dan Sekitarnya
DAS Cipunagara dan sekitarnya terletak di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Indramayu. Secara
administratif, wilayah DAS Cipunagara mempunyai 205 desa dan 33 kecamatan.
Gambar 3. Peta Administrasi DAS Cipunagara dan Sekitarnya
4.2 Kemiringan Lereng dan Elevasi
Daerah penelitian merupakan wilayah DAS yang didominasi oleh dataran rendah 0-25 mdpl. Peta ketinggian dikelaskan dalam interval 0-25 mdpl, 25-100
mdpl, 100-250 mdpl, 250-500 mdpl, 500-1000 mdpl, dan 1000-2000 mdpl. Luasan untuk masing-masing kelas elevasi disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 4.
Elevasi 0-25 mdpl adalah elevasi yang paling luas yaitu 56920,27 ha 32,78. Elevasi terluas kedua ditemui pada elevasi 25-100 mdpl seluas
45490,27 ha 26,20. Kemudian berturut-turut adalah elevasi 250-500 mdpl 15,93, elevasi 500-1000 mdpl 12,68, elevasi 100-250 mdpl 7,63, dan
elevasi 1000-2000 mdpl 4,78.