Pengenalan obyek merupakan tahap yang sangat penting dalam interpretasi citra, bila obyek tidak dikenal maka analisis maupun pemecahan
masalah tidak mungkin dilakukan. Tujuh unsur-unsur interpretasi citra yang dikemukakan oleh Lillesand dan Kiefer 1990 yaitu :
1. Bentuk; ialah konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Bentuk beberapa obyek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi
langsung hanya berdasarkan kriteria ini. 2. Ukuran; obyek harus dipertimbangkan sehubungan dengan skala foto.
3. Pola; ialah hubungan susunan spasial obyek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak obyek
alamiah maupun bangunan, dan akan memberikan suatu pola yang membantu penafsir untuk mengenali obyek tersebut.
4. Bayangan; penting bagi penafsir dalam dua hal yang bertentangan, yaitu: o
Bentuk atau kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil suatu obyek dapat membantu interpretasi.
o Obyek di bawah bayangan hanya dapat memantulkan sedikit
cahaya dan sukar diamati pada foto menghalangi interpretasi. 5. Rona; ialah warna atau kecerahan relatif obyek pada foto.
6. Tekstur; adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur dihasilkan oleh kumpulan unit kenampakan yang mungkin terlalu kecil
apabila dibedakan secara individual, seperti daun tumbuhan dan bayangannya.
7. Situs atau lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek yang lain, dapat sangat berguna untuk membantu pengenalan suatu obyek.
Kemudian Avery 1992 memberikan penambahan karakteristik asosiasi yang menunjukkan keterkaitan suatu obyek tehadap lokasi dimana obyek tersebut
ditemukan.
2.6 Sistem Informasi Geografis
SIG adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Dengan kata lain, SIG adalah
suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi
spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja Barus dan Wiradisastra, 2000.
SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang dirancang khusus, yang mempunyai kemampuan untuk mengelola data : pengumpulan, penyimpanan,
pengolahan, analisis, pemodelan, dan penyajian data spasial keruangan dan non spasial tabulartekstual, yang mengacu pada lokasi di permukaan bumi data
bergeoreferensi. Pada dasarnya, sistem informasi geografis adalah suatu “sistem” terdiri dari komponen-komponen yang saling berkait berhubungan dalam
mencapai suatu sasaran, berdasarkan “informasi” data, fakta, kondisi, fenomena berbasis “geografis” daerah, spasial, keruangan yang dapat dicek posisinya di
permukaan bumi bergeoreferensi. Kedua jenis data, baik spasial maupun tabulartekstual disimpan dalam suatu sistem yang dikenal dengan basis data SIG.
Sistem basis data ini merupakan komponen utama yang harus tersedia dalam SIG, disamping komponen lain seperti sistem komputer, sumber daya manusia dan
organisasi atau wadah pengelolaan yang mengendali penggunaan SIG Soenarmo, 2003.
Tipe basis data ada dua macam, yaitu basis data spasial dan non spasial. Basis data spasial keruangan adalah data yang dapat diamati atau
diidentifikasikan di lapangan, yang berkaitan dengan data di permukaan maupun di dalam bumi. Data ini dapat diukurditentukan oleh besaran lintang dan bujur
atau sistem koordinat lain termasuk peta, foto udara, dan citra satelit. Data spasial keruangan ada tiga macam : titik, garis dan poligon daerah, yang
diorganisasikan dalam bentuk lapis-lapis peta. Sedangkan basis data non spasial adalah
data yang
melengkapi keterangan
data spasial,
keterangan penampakanfeature data baik statistik, numerik, maupun deskriptif dengan
tampilan tabular, diagram, maupun tekstual. Aplikasi SIG telah banyak digunakan untuk perencanaan pertanian,
industri, dan penggunaan lahan. Analisis terpadu terhadap penggunaan lahan, debit air, data kependudukan dan pengaruh dari masing-masing data dapat
dilakukan. Dengan menggunakan SIG maka keterkaitan antara faktor yang mempengaruhi sistem dapat dianalisis Aronoff, 1989.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai Februari 2011 yang berlokasi di Daerah Aliran Sungai DAS Cipunagara dan sekitarnya,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Data
Skalaresolusi Sumber
Fungsi 1.
Citra ERTS1 Tahun
1972,Citra Landsat 1990,
dan 2008 Resolusi
spasial 30 x 30 m
www.glovis.usgs
Interpretasi penggunaan lahan
pada masing- masing tahun
2. Peta Rupa Bumi
Indonesia 1:25.000
BAKOSURTANAL
a Sebagai peta dasar
b Menghasilkan peta elevasi
dengan proses DEM
3. Peta Tanah
Digital Tahun 1966
1:250.000 Puslitanak
Mengetahui penyebaran jenis
tanah pada daerah penelitian
4. Peta Curah
Hujan Tahun 2008
BMKG Darmaga Mengetahui
penyebaran curah hujan pada daerah
penelitian
5. Peta Geologi
1:100.000 Pusat Penelitian
dan Pengembangan
Geologi Mengetahui
penyebaran jenis dan bahan induk
pada daerah penelitian
6. Peta Lereng
1:25.000 Peta Rupa Bumi
Indonesia Mengetahui
penyebaran kelas lereng pada daerah
penelitian