respon masyarakat atau petani serta stakeholders terkait terhadap implementasi kebijakan SKAU, dan permasalahan dalam pelaksanaan SKAU. Data sekunder
yang dikumpulkan adalah kondisi umum fisik daerah penelitian dan potensi hutan rakyat. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dan pengamatan
observasi secara langsung di lokasi penelitian. Data sekunder dikumpulkan dengan teknik mencatat data yang sudah ada di kantor kehutanan, perpustakaan
ataupun instansi terkait. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan
No. Variabel
Indikator Metode
Pengumpulan Sumber
Data Primer
1. Respon masyarakat
atau petani serta stakeholders terkait
terhadap implementasi
kebijakan SKAU Adanya informasi mengenai
proses tahapan adopsi terhadap kebijakan SKAU
5 Tahapan Adopsi : 1. Tahap Sadar
: Pelaku Hutan Rakyat HR
mengetahui SKAU 2. Tahap Minat
: Ada inovasi dan punya
informasi mengenai SKAU 3. Tahap Evaluasi
: Mulai mempertimbangkan untuk
menggunakan SKAU atau tidak
4. Tahap Percobaan
: SKAU mulai digunakan
5. Tahap Adopsi
: SKAU digunakan dan diterapkan
secara kontinu. Respon Pelaku Usaha :
Positif
: 5 tahapan adopsi dilakukan sesuai dengan
Peraturan tentang SKAU. Netral
: 5 tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai
dengan Peraturan tentang SKAU.
Negatif : Tahapan adopsi ke-
4 dan ke-5 tidak dilakukan. Wawancara dan
Observasi lapang Responden
2. Permasalahan dalam
pelaksanaan SKAU Adanya informasi mengenai
kendala dalam pelaksanaan SKAU
Wawancara dan Observasi lapang
Responden
Tabel 2 lanjutan
No. Variabel
Indikator Metode
Pengumpulan Sumber
Data Sekunder
1. Kondisi Umum fisik
Daerah Penelitian Terdapat data mengenai
Letak dan luas wilayah, topografi dan iklim, pola
penggunaan lahan, kependudukan
Studi literatur dan Observasi lapang
Kantor desa Kecamatan
2. Potensi Hutan
Rakyat Adanya data mengenai luas
hutan rakyat, potensi tegakan, realisasi kayu bulat
Studi literatur Kantor desa
Kecamatan Dinas
Kehutanan
Argumentasi penetapan kriteria respon pelaku usaha hutan Rakyat : 1.
Positif : tahapan adopsi dilakukan sesuai dengan Peraturan, artinya pelaksanaan SKAU di lokasi penelitian sesuai dengan ketentuan atau tata
cara yang tercantum pada Peraturan tentang SKAU. 2.
Netral : tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan Peraturan, artinya SKAU dilaksanakan di lokasi penelitian, tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan atau tata cara yang tercantum pada Peraturan tentang SKAU.
3. Negatif : tahapan adopsi ke-4 dan ke-5 tidak dilakukan, artinya pelaku
usaha mungkin saja melakukan tahapan adopsi ke-1 sampai ke-3 atau mungkin saja tidak juga melakukan, tetapi untuk tahapan adopsi ke-4 dan
ke-5 tidak sama sekali dilaksanakan.
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan
informasi faktual. Adapun cara yang dilakukan yaitu dengan mengkaji isi Permenhut tentang SKAU kemudian membandingkan isi Permenhut tersebut
dengan hasil wawancara dan observasi di lapangan.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
Desa Jugalajaya merupakan salah satu desa dari 16 enam belas desa yang berada pada wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
dengan ketinggian di atas permukaan laut 207 mdpl. Desa Jugalajaya terletak di 06
52„ 42,5“ LS dan 106 41„ 42,8” BT dengan luas wilayah sebesar 1.159 ha.
Adapun batas-batas Desa Jugalajaya adalah, sebagai berikut : 1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pamagerasri 2.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pangradin 3.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukajaya Cileuksa 4.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Curug dan Desa Wirajaya Desa Jugalajaya terbagi kedalam tiga wilayah administratif, yaitu :
1. Dusun sebanyak 2 dusun
2. Rukun Warga RW sebanyak 5 RW
3. Rukun Tetangga RT sebanyak 26 RT
4.2. Topografi dan Iklim
Hutan Rakyat di Desa Jugalajaya seluas 741 Ha, terletak pada ketinggian 207 mdpl dengan jenis tanah pada umumnya dominan podsolik merah kuning
pada lahan kering dengan persentase 80 dan sisanya merupakan jenis tanah aluverial yang terdapat pada lahan basah sawah. Tanah podsolik merah kuning
merupakan tanah yang mengalami penimbunan liat di horizon bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang
dari 35. Kawasan Hutan Rakyat Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga memiliki iklim tipe B 1 Oldemand. Suhu rata-rata tiap bulan sebesar 26
C dengan suhu terendah 21,8
C dan suhu tertinggi sebesar 30,4 C, kelembaban udara sebesar
70 dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.000-4.000 mm dengan curah hujan terbesar pada Bulan Desember. Musim hujan umumnya dimulai pada
Bulan September. Pada Bulan Januari hujan mulai berkurang ke tingkat paling rendah dari Bulan Juni hingga Bulan Agustus Kecamatan Jasinga 2007 memiliki
curah hujan sebesar 1.561,3 mmtahun dengan 125 hari hujan dalam satu tahun.