Sementara itu, Suharjito 2000 mengatakan bahwa para petani hutan rakyat di Jawa telah menghubungkan dirinya dengan pelaku-pelaku lain dalam
suatu jaringan yang telah melibatkan banyak pelaku itulah yang kemudian mengikat ikatan saling ketergantungan para pelaku termasuk petani untuk terus
membudidayakan hutan rakyat. Jaringan usaha tersebut dapat memberikan dampak positif terutama karena sebagian besar hutan rakyat di Jawa
dibudidayakan pada lahan yang sempit. Hardjanto 2000 mengemukakan bahwa terdapat beberapa ciri
pengusahaan hutan rakyat yaitu : 1.
Usaha hutan rakyat dilakukan oleh petani, tengkulak dan industri dimana petani umumnya masih memiliki posisi tawar yang rendah.
2. Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prinsip usaha
dan prinsip kelestarian yang baik. 3.
Bentuk hutan rakyat sebagian besar berupa budidaya campuran, yang diusahakan dengan cara-cara sederhana.
4. Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai
pendapatan sampingan dan bersifat insidental dengan kisaran tidak lebih dari 10 dari pendapatan total.
2.1.3. Potensi Hutan Rakyat
Potensi hutan rakyat dapat diketahui melalui pengukuran luas lahan, volume kayu dan jumlah pohon baik dari jenis yang dominan maupun dari jenis
yang tidak dominan. Data mengenai hutan rakyat belum banyak tersedia karena hutan rakyat berada pada hutan milik, tidak terpusat pada areal tertentu dan
diusahakan pada skala kecil. Hutan rakyat di Indonesia mempunyai potensi besar, baik dari segi populasi pohon maupun jumlah rumah tangga yang
mengusahakannya, yang ternyata mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Perkiraan potensi dan luas hutan rakyat yang dihimpun dari kantor-
kantor dinas yang menangani kehutanan diseluruh Indonesia mencapai 39.416.557 m
3
dengan luas 1.568.415,64 ha, oleh Badan Pusat Statistik BPS menunjukkan bahwa potensi hutan rakyat mencapai 39.564.003 m
3
dengan luas 1.560.229 ha. Jumlah pohon yang ada mencapai 226.080.019, dengan jumlah pohon siap tebang
sebanyak 78.485.993 batang Darusman dan Hardjanto 2006.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini produksi dari hutan alam dan hutan tanaman tidak mampu memenuhi semua kebutuhan kayu dalam negeri. Di
tengah kondisi seperti itu, kehadiran hutan rakyat memberikan suatu harapan. Prabowo 2000 mengatakan bahwa kayu dari hutan rakyat merupakan pemasok
utama kebutuhan kayu lokal dewasa ini. Bukti bahwa hutan rakyat atau hutan hak mulai meningkat peranannya terlihat dari produk-produk kayu yaitu : Bayur,
Durian, Jabon, Karet, Kemiri, Sengon, Suren, Sungkai, dan sebagainya yang mulai banyak diminati oleh pasar BRIK 2007. Selanjutnya BRIK 2007
mengungkapkan bahwa produk plywood telah menggunakan bahan baku, yaitu : Sengon, Durian, Jabon, Bayur, sebagai core, juga untuk finger joint laminating
board, barecore, engineering doors, dan packaging boxes. Selain itu kayu Mahoni, Jati, Karet, dan Kelapa banyak digunakan untuk flooring, furniture, dan
housing component.
2.2. Penatausahaan Hasil Hutan
Penatausahaan hasil hutan didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang meliputi penatausahaan tentang perencanaan produksi, pemanenan atau
penebangan, pengukuran
dan pengujian,
pengangkutanperedaran dan
penimbunan, pengolahan dan pelaporan. Kebijakan terhadap penatausahaan hasil hutan diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55Menhut-II2006 jo
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.63Menhut-II2006 untuk Hutan Negara, dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51Menhut-II2006 jo Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.62Menhut-II2006 untuk Hutan Hak. Implementasi kebijakan tersebut telah efektif berlaku sejak 1 Januari 2007.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan pasal 117 ayat 1
dinyatakan bahwa dalam rangka melindungi hak-hak negara atas hasil hutan dan kelestarian hutan, dilakukan pengendalian dan pemasaran hasil hutan melalui
penatausahaan hasil hutan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam upaya menjaga hak-hak negara atas hasil hutan dan terjaganya kelestarian hutan,
maka harus ada penatausahaan hasil hutan. Penatausahaan hasil hutan dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada semua pihak yang melakukan
usaha atau kegiatan di bidang kehutanan, sehingga penatausahaan hasil hutan