Analisis Stakeholders HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1

56 pada umumnya terpengaruh juga oleh kuliner Arab seperti gulai tape ikan dan malbi.

5.2 Analisis Stakeholders

Pemangku kepentingan stakeholders didefinisikan sebagai individu, masyarakat, atau organisasi yang secara potensial dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau kebijakan Race dan Millar, 2006; Groenendijk , 2003. Dengan kata lain, stakeholders mencakup pihak-pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan memperoleh manfaat atau sebaliknya dari suatu proses pengambilan keputusan. Menurut Igbal dan Sumaryanto 2007, stakeholders adalah semua pihak yang kepentingannya terpengaruh oleh dampak, baik positif maupun negatif yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan. Menurut Eden dan Ackerman 1998 bahwa stakeholders merupakan orang atau kelompok yang mempunyai power kekuatan untuk mempengaruhi secara langsung masa depan suatu organisasi. Peranan stakeholders terhadap pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city dapat diketahui melalui analisis stakeholders. Menurut Iqbal dan Sumaryanto 2007, dua kata kunci dalam analisis ini adalah kepentingan interest dan pengaruh influence. Kepentingan merupakan hal yang cukup sulit untuk didefinisikan, namun esensinya dapat diperoleh melalui analisis sosial dan dokumen kelembagaan berdasasrkan tupoksi masing-masing stakeholders. Kepentingan yang dimaksud diantaranya terkait dengan ekspetasi, manfaat, sumberdaya, komitmen, potensi konflik, dan jalinan hubungan network. Pengaruh berkaitan dengan kekuasaan power terhadap kegiatan termasuk pengawasan terhadap keputusan yang telah dibuat dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan sekaligus menangani dampak negatifnya.

5.2.1 Identifikasi Stakeholders

Tahap pertama dari analisis stakeholders adalah identifikasi stakeholders. Colfer et al. 1999a, 1999b menyebutkan bahwa untuk menentukan siapa yang perlu dipertimbangkan dalam analisis stakeholders dilakukan dengan mengidentifikasi dimensi yang berkaitan dengan interaksi masyarakat dengan hutan. Hasil identifikasi stakeholders menggunakan wawancara mendalam dan berdasarkan tupoksi masing-masing kelembagaan menunjukkan bahwa stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan Sungai Batanghari pada lokasi penelitian sebanyak 21 stakeholders. Keterlibatan stakeholders tersebut 57 didasarkan pada hasil telaah dan pengkajian yang telah dilakukan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Batanghari BPDAS Batanghari BPDAS, 2009 dan ditambah dengan hasil penelitian di lapangan. Hasil identifikasi stakeholders yang terkait dengan pengelolaan Kota Jambi menuju riverfront city diklasifikasikan ke dalam 7 tujuh kelompok yakni pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah, masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan swasta. Masyarakat sebagai stakeholders terdiri dari penduduk lokal yang berdomisili di sepanjang sempadan Sungai Batanghari segmen 1-4. Sebagai stakeholders, masyarakat akan dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan sungai. Disamping itu, tempat tinggal yang berdekatan dengan sungai dan secara emosional, baik dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan nilai-nilai budaya yang dimiliki, sangat bergantung dan mempengaruhi sungai. Lembaga Adat Jambi LAJ juga berkepentingan dalam hal ini yaitu menjaga stabilitas sosial penyambung aspirasi masyarakat lokal Jambi. Lembaga adat memiliki pengetahuan dan nilai-nilai budaya yang tinggi terhadap sungai. Peran dan posisi tersebut menyebabkan stakeholders ini dapat mempengaruhi dan sekaligus dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan dalam perencanaan pengembangan Kota Jambi. Hasil wawancara mendalam dengan responden Ketua adat Jambi meskipun saat ini sudah tidak diberlakukan lagi sanksi-sanksi adat akan tetapi pendapat dan saran dari ketua adat Jambi masih didengarkan masyarakat. Stakeholders pemerintah baik pusat, provinsi dan kota sangat memiliki kepentingan yang terhadap kelestarian ekologis sungai yang merupakan bagian dari keberadaan Kota Jambi. Para stakeholders ini mempengaruhi kebijakan yang diputuskan serta tindakan yang akan dilakukan dalam pengembangan Kota Jambi. Universitas Jambi melalui Pusat Penelitian Manejemen Daerah Aliran Sungai Universitas Jambi PPM-DAS Unja sebagai perguruaan tinggi di Kota Jambi merupakan stakeholders yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan dalam pengembangan kota. PPM DAS Unja memiliki kepentingan dalam melaksanakan pendidikan lingkungan serta meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang turut berperan dalam pengelolaan sungai akan tetapi tidak secara langsung di Kota Jambi antara lain Warung Informasi Konservasi Warsi dan Wahana Lingkungan Hidup Walhi. 58 Ketiga LSM tersebut melaksanakan kegiatannya dibidang pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan, pendidikan, pelatihan dan advokasi pada catchmen area hutan. Walhi dan Warsi merupakan LSM yang dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan sungai. Akan tetapi kedua LSM ini tetap kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam pengelolaan sungai. Selanjutnya, stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan sungai inilah yang memegang peranan penting dalam perencanaan pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city. Peranan masing-masing stakeholders dijabarkan lebih lanjut dalam konteks kepentingan importance dan pengaruh influence.

5.2.2 Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

Kepentingan importance dan pengaruh influence dalam perencanaan pengembangan Sungai Batanghari menuju riverfront city disajikan pada Tabel 16 dan 17, kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk gambar dengan menempatkan posisi masing-masing stakeholders ke dalam empat kategori yaitu kelompok Subject kuadran I, kelompok Key Players kuadran II, kelompok Context Setters kuadran III, kelompok Crowd kuadran IV yang disajikan dalam Gambar 18. 59 Tabel 16 Kepentingan interest stakeholders terkait dengan pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city Sumber: Hasil olahan data kuisioner 2011 n= 21 responden Keterangan: 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = biasa; 2 = agak rendah; 1 = rendah No Stakeholders Kepentingan Perencana Pelaksana Pemanfaatan Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Pemerintah Pusat 1 BWSS VI 4 4 1 4 4 17 2 BPDAS 4 4 1 4 4 17 Pemerintah Provinsi 3 BAPPEDA 5 1 1 4 1 13 4 BAPPEDALDA 3 1 1 4 2 11 5 Dinas Kehutanan Provinsi 1 1 1 1 1 5 6 Dinas PU 2 4 1 2 1 10 7 Dinas Pariwisata 3 3 4 3 4 17 Pemerintah Kota 8 BAPPEDA 5 4 3 5 4 21 9 BLHD 1 1 1 5 4 12 10 Dinas Tata Ruang dan Perumahan 5 2 1 5 3 16 11 Dinas PU 4 5 4 4 3 20 12 Dinas Perindag 2 3 5 3 3 16 13 Dinas Pariwisata 4 4 5 3 4 20 14 Dinas Perikanan 3 3 4 3 4 17 Perguruan Tinggi 15 PPM DAS Universitas Jambi 2 2 3 4 3 14 Masyarakat 16 Lembaga Adat Jambi 1 1 1 3 4 10 17 Masyarakat 2 4 5 2 3 16 LSM 18 Walhi 2 2 2 4 4 14 19 Warsi 2 2 2 4 4 14 Swasta 20 Industri crumb rubber 1 4 5 1 3 14 21 Industri saw mill 1 4 5 1 3 14 60 Tabel 17 Pengaruh stakeholders dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city No Stakeholders Instrumen kekuatan Sumber kekuatan Jumlah Condign Compen- satory Condi- tioning Personality Organisasi 1 BWS VI Wilayah Sumatera 1 1 1 2 4 9 2 BPDAS 1 1 1 2 4 9 3 Bappeda Prov. Jambi 3 4 1 3 4 15 4 Bapedalda Prov. Jambi 1 1 1 2 4 9 5 Dinas Kehutanan Prov. Jambi 1 3 1 2 4 11 6 Dinas PU Prov. Jambi 1 2 1 2 4 10 7 Dinas Pariwisata Prov. Jambi 1 2 4 2 4 13 8 Bappeda Kota Jambi 5 5 4 3 5 22 9 BLHD Kota Jambi 1 2 2 2 2 9 10 Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Jambi 4 5 4 2 5 20 11 Dinas PU Kota Jambi 3 5 3 3 5 19 12 Dinas Perindag Kota Jambi 1 1 1 2 1 6 13 Dinas Pariwisata Kota Jambi 4 5 4 2 4 19 14 Dinas Perikanan Kota Jambi 1 1 1 2 4 9 15 PPM-DAS Universitas Jambi 1 1 4 2 4 12 16 Lembaga Adat Jambi 1 4 4 3 4 16 17 Masyarakat 1 2 3 2 2 10 18 Walhi 1 4 4 2 3 12 19 Warsi 1 4 4 2 3 12 20 Industri crumb rubber 1 3 4 1 1 10 21 Industri saw mill 1 3 4 1 1 10 Sumber: Hasil olahan data kuisioner 2011 n= 21 responden Keterangan: 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = biasa; 2 = agak rendah; 1 = rendah Terkait dengan hasil dari analisis kepentingan interest stakeholders tersebut, pada prinsipnya masing-masing stakeholders memiliki kepentingan yang bersifat spesifik. Hal ini berhubungan dengan kewenangan, otoritas, peran, manfaat yang diinginkan dan tanggung jawab yang terdapat pada masing- masing stakeholders terkait pengembangan Kota Jambi berdasarkan tupoksi masing-masing kelembagaan. 61 Posisi pada kuadran I Subjects merupakan stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dan pengaruh rendah. Posisi Kuadran I ditempati oleh sepuluh stakeholders yaitu Balai Wilayah Sungai Sumatera VI BWSS VI, BPDAS Batanghari, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag Kota Jambi, Dinas Perikanan Kota Jambi, Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Prov. Jambi BAPEDALDA, Balai Lingkungan Hidup Daerah Kota Jambi BLHD, PPM-DAS Unja, masyarakat sekitar sempadan sungai, industri crumbrubber dan sawmill. Masyarakat sekitar sungai memiliki kepentingan tinggi terhadap sungai karena aktivitas sehari-harinya masih memanfaatkan sungai selain karena masyarakat asli Jambi sendiri adalah masyarakat yang berkembang dimulai dari sungai budaya sungai. Sedangkan industri crumbrubber memiliki kepentingan dalam memanfaatkan air sungai dalam proses produksi dan sungai sebagai tempat akhir pembuangan limbah cairnya. Untuk sawmill memiliki kepentingan yang tinggi karena memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi pengiriman kayu melalui jalur sungai dan membuang limbah padatnya di sempadan sungai. PPM-DAS Unja memiliki ekspetasi dan komitmen yang tinggi terhadap Sungai Batanghari dalam rangka keberlanjutan rendah Gambar 18 Posisi stakeholders dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city BWS Masyarakat BPDAS Industri swamill crumbrubber BAPEDALDA Disperindag BLHD Dinas Perikanan PPM-DAS UNJA WARSI WALHI Dishut Bappeda Prov PU Prov Lembaga Adat Jambi Dinas PU Kota Dinas Tata Ruang Kota Dinas Pariwisata Kota BAPEDA Kota Dinas Pariwisata Prov Crowd tinggi PENGARUH Context setters Subjects Key players re nda h ti n ggi K E P E N T IN G A N 62 ekologis sungai melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukannya. Disperindag Kota Jambi memiliki kepentingan yang tinggi terhadap keberadaan industri sepanjang Sungai Batanghari. BPDAS, BWSS VI merupakan stakeholders pemerintah pusat yang mempunyai kepentingan tinggi dalam pengelolaan DAS Batanghari yakni dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya air dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung pada WS Batanghari. BAPEDALDA dan BLH Kota Jambi merupakan stakeholders pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan dan penyelenggaraan pelayanan bidang lingkungan hidup. Akan tetapi sangat disayangkan pengaruh kedua instansi memiliki pengaruh yang kecil dalam memberikan sanksi terhadap kasus-kasus pelanggaran lingkungan hidup oleh karena itu tupoksi dari kedua instansi ini harus ditingkatkan agar mampu berpengaruh dalam pemberian izin dan pemberian sanksi yang menyangkut pelanggaran lingkungan. Pengaruh stakeholders seperti masyarakat, industri dan PPM DAS Unja ini rendah karena tidak mempunyai fungsi dan kewenangan dalam penentuan kebijakan dalam pengembangan Sungai Batanghari. Stakeholders ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah. Sedangkan pengaruh dari lembaga pemerintah pusat dan daerah provinsi dan kota masih lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga stakeholders tersebut karena memiliki kewenangan dalam perencanaan dan pengelolaan konservasi sungai akan tetapi bukan sebagai pengambil kebijakan. Stakeholders pada kuadran I merupakan stakeholders penting dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city. Oleh karena itu harus diberdayakan dengan berbagai cara terutama penguatan kelembagaan dan regulasi, hingga kompetensi teknis dan keterwakilannya dalam pengembangan. Posisi pada Kuadran II Key Players merupakan stakeholders yang paling kritis karena memiliki pengaruh dan kepentingan yang sama-sama tinggi. Posisi pada kuadran II ditempati oleh lima stakeholders yaitu Bappeda Kota Jambi, Dinas Tata Ruang Kota Jambi, PU Kota Jambi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. Jambi. Bappeda Kota Jambi memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city karena menentukan kebijakan bidang perencanaan pembangunan daerah, merumuskan kebijakan dan rencana teknis dibidang perencanaan pembangunan, koordinasi perencanaan 63 pembangunan serta perencana anggaran dalam wilayah Kota Jambi. PU Kota Jambi berdasarkan peraturan Walikota Jambi Nomor 9 Tahun 2009 memiliki kepentingan tinggi dalam memanfaatkan Sungai Batanghari sebagai drainase Kota Jambi dan memiliki pengaruh yang besar sebagai pelaksana pembangunan teknis sungai dan kota, Dinas Tata Ruang berdasarkan peraturan Walikota Jambi Nomor 10 Tahun 2009 memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam menentukan perencanaan program penataan ruang wilayah Kota Jambi. Disparbud Kota dan Provinsi memiliki kepentingan tinggi dalam pemanfaatan sungai sebagai wisata air dan berpengaruh dalam mempromosikan wisata air yang ada di Kota Jambi. Stakeholders pada kuadran II merupakan stakeholders kunci dalam pengembangan Sungai Batanghari di Kota Jambi. Oleh karena itu dalam konteks pengembagan riverfront city kelima stakeholders ini harus saling berkoordinasi secara intensif dari tahap pra pengembangan hingga pasca pengembangan. Koordinasi kelima stakeholders ini diperlukan dalam hal menyamakan persepsi dan arah perencanaan pengembangan riverfront city dimana didalamnya tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan sustainable baik ekologis, sosial dan ekonomi. Posisi pada Kuadran III Context setters merupakan stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan rendah dan tingkat pengaruh tinggi. Posisi pada kuadran II ditempati oleh tiga stakeholders yaitu Bappeda Prov. Jambi, PU Prov. Jambi, dan Lembaga Adat Jambi. Dengan adanya otonomi daerah kepentingan provinsi di kota tidaklah tinggi akan tetapi pengaruh pemerintah provinsi khususnya yang terjadi di Jambi, pengaruh pemerintah provinsi masih sangat tinggi yakni dalam pemberian anggaran ke pemerintah kota. Selain itu keberadaan aset provinsi berupa kawasan sepanjang 1 km daerah Tanggo Rajo yang berada dalam wilayah administratif Kota Jambi menyebabkan pengaruh pemerintah provinsi masih dominan. Maka sebaiknya keberadaan aset pemerintah provinsi tersebut dihibahkan kepada pemerintah kota sehingga pemerintah kota dapat lebih mengatur secara mandiri penataan ruang kota. Kepentingan Lembaga Adat Jambi terhadap pengembangan Sungai Batanghari tidaklah tinggi tetapi keberadaannya sebagai representatif dari suara masyarakat lokal khususnya masyarakat asli Jambi yang pada umumnya bermukim di sepanjang sungai sangatlah tinggi. Tingkat pengaruh Lembaga Adat Jambi berada pada pembentukan opini dan informasi serta memiliki jejaring massa. 64 Kelompok stakeholders yang menempati kuadran III ini bermanfaat untuk perumusan atau menjembatani keputusan dan opini dalam pengembangan Kota Jambi menuju riverfront city. Dalam penelitian ini diketahui bahwa pemerintah provinsi sangat mendukung pengembangan Kota Jambi sebagai riverfront city dengan demikian koordinasi perlu terus dilakukan guna meningkatkan hubungan kerja yang baik dengan stakeholders kunci kuadran 2. Posisi pada Kuadran IV Crowd merupakan stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh rendah. Posisi pada kuadran IV dtempati oleh tiga stakeholders yaitu Dinas Kehutanan Prov Jambi, Warsi dan Walhi LSM. Sebenarnya, stakeholders pada kategori crowd dapat diabaikan dalam pengembangan sungai, akan tetapi mengingat keberadaan Sungai Batanghari sebagai bagian dari DAS Batanghari dan penanganannya bersifat multistakeholders, maka keberdaan ketiga stakeholders ini tidak dapat diabaikan dan diperlukan koordinasi yang baik dimasa yang akan datang. Dalam hal ini, Dishut berfungsi dalam konservasi hutan dan LSM berupaya meningkatkan kesejahteraan dan kapasitas masyarakat khususnya masyarakat di wilayah catchment area hutan, maka perannya perlu mendapatkan perhatian, yaitu agar turut membantu mengurangi beban Sungai Batanghari di Kota Jambi yang merupakan hilir. Hal tersebut perlu dilakukan karena kerusakan pada daerah hulu akan mempengaruhi kualitas dan kondisi fisik pada daerah hilir. Bentuk dan posisi nilai penting importance dan pengaruh stakeholders akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu Reed et al. 2009, sehingga hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan pengembangan Kota Jambi kedepannya. Disamping itu, dimungkinkan juga munculnya stakeholders baru yang belum teridentifikasi pada penelitian ini, terkait dengan dinamika sosial yang terus berkembang di lokasi penelitian. Berdasarkan analisis kepentingan dan pengaruh tersebut ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan dalam pengembangan Sungai Batanghari menuju riverfront city yaitu jika dilakukan pengembangan diperlukan koordinasi dan kerjasama yang solid antar stakeholders seuai dengan peran dan fungsinya. Khususnya dalam pelaksanaannya pemerintah provinsi maupun kota sebaiknya melakukan beberapa pendekatan yang dapat mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak tanpa mengurangi tingkat pengaruhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Asikin 2001 dalam pembangungan perlu di berdayakannya bentuk- bentuk partisipasi stakeholders. Derajat partisipasi ini dibedakan menjadi empat 65 tingkat yaitu: 1 Diseminasi informasi adalah aliran informasi satu arah kepada publik. Hal ini menyangkut kepentingan publik terhadap keberadaan sungai, seperti masyarakat, Perguruan Tinggi, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat; 2 Konsultasi merupakan pertukaran informasi dua arah antara kordinator pelaksana dan publik atau sebaliknya. Dalam pengembangan riverfront ini adalah kelompok kuadran I dan kuadran II atau sebaliknya. Key players harus menjalin komunikasi yang aktif dan membangun dengan subject yang memiliki kepentingan tinggi terhadap keberadaan sungai. Sehingga arah pengembangan riverfront city dapat mengakomodir kepentingan stakeholders kuadran II terutama dalam kelestarian ekologis Sungai Batanghari; 3 Kolaborasi merupakan pembagian hak dan kerjasama di dalam penetapan keputusan. Pada tahap ini stakeholders yang berada di kuadran II dan kuadran III. Pada tahap kolaborasi stakeholders terkait lebih menitikberatkan pada bentuk kewenangan yang diambil terkait pengembangan sungai, baik sistem perizinan maupun pengganggaran, serta arah pengembangan riverfront city yang akan dikembangkan di Kota Jambi; 4 Delegasi adalah pemberian kewenangan bagi pengambilan keputusan dan pengelolaan sumberdaya pada stakeholders. Stakeholders yang berperan dalam pendelegasian ini adalah kuadran III kepada kuadran II sesuai UU 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dalam pembagian kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Seperti yang telah dilakukan Dinas Pekerjaan Umum PU Provinsi Jambi dalam pembangunan dam di Sungai Batanghari dimana pembangunan dam tersebut dilakukan oleh Dinas PU Provinsi Jambi kemudian pengelolaannya diserahkan kembali ke daerah dalam hal ini adalah PU Kota Jambi. Dalam konteks pengembangan riverfront city, pendelegasian seperti ini dapat dilakukan dengan syarat telah ada kejelasan dan kewenangan antar stakeholders terkait.

5.2.3 Persepsi dan Preferensi Stakeholders

Hasil penilaian stakeholders menunjukkan bahwa kualitas dan fisik Sungai Batanghari sangat rendah diakibatkan perilaku masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai, kurang berfungsinya IPAL crumbrubber dan sistem drainase kota. Rendahnya fisik sungai dikarenakan penataan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW yang telah ditetapkan. Sedangkan pada fungsi sungai sebagai transportasi dan tempat pembuangan sampah masih tinggi. Fungsi sungai sebagai sarana transportasi masih menjadi pilihan utama 66 masyarakat Kota Jambi secara umum. Sungai dijadikan tempat pembuangan sampah menurut para stakeholders karena masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat, merupakan kebiasaan masyarakat yang sulit dihilangkan, dan juga kurang tegasnya sanksi yang diberlakukan. Akan tetapi persepsi fungsi sungai sebagai MCK menurut stakeholders dan masyarakat berbeda. Menurut stakeholders pemanfaatan sungai sebagai MCK oleh masyarakat saat ini masih rendah tetapi bagi masyarakat penggunaan sungai untuk MCK masih sangat tinggi. Nilai budaya dan sejarah Sungai Batanghari menurut para stakeholders masih sangat tinggi. Preferensi stakeholders terhadap Sungai Batanghari kedepan adalah Sungai Batanghari dapat lebih bersih dan fisik sungai menjadi lebih baik sehingga bisa menjadi tempat wisata. Tempat wisata yang diharapkan oleh para stakeholders adalah bentuk wisata air, religi, budaya dan kuliner. Dari hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata Prov. Jambi kawasan Sekoja khususnya Kelurahan Tanjung Raden, Olak Kemang, Arab Melayu, Tengah, Jelmu, dan Mudung Laut telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dan akan dikembangkan sebagai tempat wisata budaya dan religi. Persepsi dan preferensi stakeholders disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18 Persepsi dan preferensi stakeholders No Parameter Nilai Persepsi dan Preferensi 1 rendah 2 agak rendah 3 biasa saja 4 agak tinggi 5 tinggi 1. Kualitas air sungai 90 10 2. Fisik sungai 60 40 3. Fungsi sungai: a. Transportasi 100 b. MCK 50 30 20 c. Bahan baku air minum 10 90 d. Wisata 10 25 65 e. Perikanan sungai 60 40 f. Perdaganganbisnis 50 50 g. Tempat pembuangan sampahlimbah 100 h. Akhir drainase kota 10 90 4. Nilai budaya 10 90 5. Nilai sejarah 10 90 6. Preferensi terhadap sungai a. Sungai bersih 10 90 b. Fisik sungai membaik 10 90 c. Tempat wisata 10 90 Sumber: Hasil olahan data kuisioner 2011 n= 20 responden Preferensi stakeholders yang meninginkan Sungai Batanghari dapat lebih bersih dan fisik sungai menjadi lebih baik menunjukkan besarnya dukungan stakeholders mengembangkan Kota Jambi sebagai riverfront city. Sebagaimana 67 dalam RDTR Kota Jambi 2011-2029 isu pengembangan ke depan Kota Jambi adalah pengembangan waterfront city.

5.3 Analisis SWOT