11 adalah curah hujan , temperatur udara maksimum dan minimum harian
C, radiasi sinar matahari harian MJm
2
hari, kelembaban udara harian . Data – data tersebut
dikumpulkan file PCP, TMP, SLR, HMD, WGN. 3.
Analisis MWSWAT Analisis dilakukan dengan membandingkan keluaran output debit hasil simulasi SWAT
dengan debit outlet Batubeulah yang ada dilapangan observasi dengan menggunakan parameter p-value dan r-factor. Nilai p-value 0.8 langsung ke proses validasi sedangkan
Nilai p-value 0.8 harus melalui proses kalibrasi dan r-factor 1 langsung ke proses validasi sedangkan Nilai - r-factor 1 harus melalui proses kalibrasi.
4. Kalibrasi
Pada proses kalibrasi dimasukkan nilai parameter-parameter yang dalam bentuk range atau ketidakpastian, nilai parameter-parameter tersebut akan disimulasikan oleh
SUFI2.SWATCUP. Nilai p-value 0.8 langsung ke proses validasi sedangkan Nilai p-value 0.8 harus melalui proses kalibrasi kembali dan r-factor 1 langsung ke proses validasi
sedangkan Nilai - r-factor 1 harus melalui proses kalibrasi. Pada proses kalibrasi data mengenai iklim dan data debit sungai yang digunakan adalah data dari tahun 2004 sampai
dengan 2006, sedangkan data mengenai peta tanah dan peta penggunaan lahan yang digunakan adalah tahun 2008.
5. Validasi
Pada proses validasi dimasukan nilai parameter-parameter hasil kalibrasi disimulasikan kembali untuk di pastikan bahwa hasil kalibrasi dapat valid digunakan. Model dianggap valid
jika lebih dari 80 data hasil observasi perpotongan dengan luasan grafik 95PPU p-value 0.8. Selain itu, rata
– rata selisih nilai antara batas bawah pada level 2.5 dan batas atas pada level 97.5 grafik 95PPU lebih kecil dari standar deviasi data hasil observasi r-fator
1. Pada proses validasi data mengenai iklim dan debit yang digunakan adalah data dari tahun 2007 sampai dengan 2009, sedangkan data untuk peta tanah dan penggunaan lahan
adalah tahun 2008.
3.3.1 Map Window Soil and Water Assessment Tool MWSWAT
1. Pengumpulan data.
Data yang diperoleh berupa data sekunder yang diperoleh dari Balai Pengolahan Sumber Daya Air PSDA Bogor, Balai Pengolahan Daerah Aliran Sungai BPDAS
Ciliwung-Cisadane, Limnologi LIPI Bogor, dan BMKG Jakarta. 2.
Pengolahan data. a.
Pengolahan data peta digital dilakukan dengan menggunakan software Global Mapper v7, arc view 3.3 dan Mapwindow 4.6SR.
1. Memotong peta DEM, basin, landuse, dan tanah sesuai dengan daerah penelitian.
2. Memberi ID tambahan pada Tabel atribut peta tanah SOIL_ID dan landuse
LANDUSE_ID sesuai dengan ID yang terdapat pada dabase mwswat.mdb. 3.
Menyamakan sisten koordinat pada peta agar dapat digunakan bersama
12
Tidak
Ya Tidak
Gambar 4. Diagram Alir Validasi dan Kalibrasi model MWSWAT
Mulai
Analisis MWSWAT
Kalibrasi
Pengolahan Data : Pengolahan data peta
dan iklim Data spatial
Data iklim 2004-2006
Validasi Menggunakan data
2007-2009
selesai
p-value 0.8 r-factor 1
p-value 0.8 r-factor 1
ya
13 3.
Menyiapkan data iklim 1.
Menyiapkan data stasiun stnlist.txt dengan kordinat, elevasi, serta nama dan pos yang digunakan.
2. Menyiapkan data hujan harian .pcp tahun 2009 dalam satuan mm yang berasal dari
stasiun iklim Darmaga, pos hujan Empang serta PLTA Karacak. 3.
Menyiapkan data temperatur harian dalam satuan °C dari stasiun iklim Darmaga 2009. 4.
Menyiapkan data iklim tahun 2003-2009 didalam file generator .wgn. Untuk membentuk weather generator, data iklim yang ada diolah menjadi beberapa
tahapan yang meliputi : a.
TITTLE : judul pada baris pertama file. Wgn
b. WLATITUDE : koordinat lintang pada stasiun iklim.
c. WLONGITUDE : koordinat bujur pada stasiun iklim.
d. WLEV
: elevasi stasiun iklim m. e.
RAIN_YRS : jumlah tahun data iklim yang digunakan.
f. Temperatur maksimum TMPMX
Temperatur ini merupakan suhu maksimum rata – rata harian pada satu bulan
tertentu selama n tahun, untuk contoh suhu maksimum rata – rata pada bulan Januari
10 tahun.
Dimana : Tmx,bulan = temperatur maksimum harian selama pencatatan pada
bulantersebut C.
N = jumlah hari perhitungan temparatur maksimum pada bulan
tersebut. g.
Temperatur Minimum TMPMN Temperatur ini merupakan suhu minimum rata
– rata pada satu bulan tertentu selama n tahun. Contoh suhu minimum rata
– rata pada bulan Januari selama 10 tahun.
Dimana : Tmn,bulan = temperatur minimum harian selama pencatatan pada bulan itu
C. N = jumlah hari perhitungan temperatur minimum pada bulan tersebut.
h. Standar Deviasi Suhu Maksimum Harian TMPSTMTDMN
Standar deviasi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.
14 Dimana :
σmx = standar deviasi suhu maksimum.
Tmx
bulan
= suhu maksimum harian pada bulan tertentu. N
= periode waktu tahun. i.
Standar Deviasi Suhu Minimum Harian TMPSTMTDMN Standar deviasi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.
Dimana: σmx
= standar deviasi suhu minimum. Tmx
bulan
= suhu minimum harian pada bulan tertentu. N
= periode waktu tahun. j.
Curah Hujan Rata – rata PCPMM Curah hujan rata
– rata pada satu bulan selama n tertentu
Dimana: R
hari,bulan
= curah hujan harian selama pencatatan pada bulan tersebut mmH
2
O N
= total hari pencatatan selama bulan tersebut yang digunakan untuk menghitung rata
– rata. Tahun = jumlah tahun dari hujan harian dicatat.
k. Standar Deviasi Untuk Curah Hujan Harian PCPSTD
Standar deviasi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.
Dimana : σbulan
n
= standar deviasi suhu maksimum Rhari
= curah hujan harian pada bulan tertentu. Rbulan
= rata – rata curah hujan dalam satu bulan.
N = total bulan jumlah tahun
l. Koefisien skew untuk curah hujan harian dalam satu bulan PCP Skew
Dimana : ģ
bulan
= koefisien Skew. Rhari.bulan = curah hujan harian pada bulan tertentu selama N tahun.
N = total tahun.
σbulan
n
= standar deviasi.
15 m.
Perbandingan kemungkinan hari basah ke hari kering dalam satu bulan dengan jumlah hari kering dalam satu bulan PR-Wl.
Dimana : hari
WD,i
= jumlah hari basah yang diikuti hari kering. hari
kering,i
= jumlah hari kering selama hari pencatatan. n.
Perbandingan jumlah hari kering ke hari kering dengan jumlah hari kering selama satu bulan PR-W2.
Dimana : hari
WW,i
= jumlah hari basah yang diikuti hari basah. Hari
basah,i
= jumlah hari basah selama periode pencatatan. o.
Jumlah hujan rata – rata pada bulan tertentu selama n tahun PCPD
p. Jumlah curah hujan maksimum selama pencatatan PCP mak
q. Radiasi Surya SOLARAV
Rata – rata radiasi surya pada satu bulan tertentu selama n tahun
r. DEW point titik beku
s. Kecepatan angin WNDAV
Kecepatan angin rata – rata ms pada satu bulan tertentu selama N tahun.
Perincian data input file yang diperlukan dalam SWAT dapat dilihat pada Tabel 1. 4.
Operasi software SWAT a.
Langkah pertama input data yang akan digunakan yaitu DEM, Sub DAS, dan penentuan outlet dari reach.
b. Pembentukan Hidrologic Respons Unit HRU, input data yang dimasukan adalah
interval slope, peta raster landuse dan peta raster tanah. c.
Simulasi. Setelah unit atau kelompok lahan terbentuk maka langkah selanjutnya adalah menjalankan model SWAT.
d. Visualisasi hasil. Pada tahap ini, visualisai hasil diinginkan dapat dilihat. Misalnya
dengan memilih parameter output debit aliran sungai harian. Visualisasi digambarkan dengan perubahan warna menurut nilai output parameter yang dipilih.
16 Tabel 1. File data input dalam SWAT untuk analisis hidrologi
Nama File Fungsi
RTE CROP
URBAN PCP
TMP SLR
HMD WGN
SOL MGT
CIO COD
FIG BSN
SUB HRU
GW File pergerakan air, sedimen, hara dan pestisida
File parameter tumbuh tanaman File data terbangun atau urban area
File data curah hujan harian File temperature udara maksimum dan minimum harian
File radiasi matahari harian File kelembaban udara harian
File data generator iklim File data tanah
File scenario pengelolaan dan penutupan lahan File untuk mengontrol data input dan output
Mengontrol file input dan output Mengidentifikasi jaringan hidrologi sungai
Mengontrol keragaman parameter di tingkat DAS Mengontrol keragaman parameter di tingkat Sub DAS
Mengontrol keragaman parameter di tingkat HRU File air bawah tanah
5. Analisis Hasil Simulasi
Analisis dilakukan dengan membandingkan keluaran output debit hasil simulasi SWAT dengan debit outlet Batubeulah yang ada dilapangan observasi dengan
menggunakan SWAT plot and graph. Pada SWAT plot and graph digunakan koefisien determinasi R
2
dan Nash-Sutcliffe NSI. Koefisien determinan menunjukkan seberapa besar kedekatan hasil nilai observasi dengan nilai simulasi. Sedangkan Nash-Sutcliffe
NSI digunakan untuk mengevaluasi model pada SWAT plot and graph. Range NSI antara ∞ samapai dengan 1, dengan katagori layak NSI 0.75, memuaskan 0.7 NSI0.36,
dan kurang memuaskanNSI0.36 Van Liew et al, 2005 dalam Sethr, 2009.
6. Validasi dan kalibrasi
Kalibrasi dan pengujian bertujuan agar output dari model yang digunakan hasilnya mendekati output dari DAS yang sebenarnya. Validasi dilakukan secara visual dengan
membandingkan kurva debit hasil simulasi dengan kurva debit hasil pengukuran langsung di stasiun pengamat. Menurut Heuvelmans et al. 2004, kalibrasi dilakukan dengan cara
merubah beberapa nilai parameter sensitif yang berpengaruh terhadap nilai debit hasil simulasi. Parameter tersebut antara lain CN2, SOL_K, SOL_AWC, GW_REVAP,
REVAPMN, GW_DELAY, dan ALFA_BF. Proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan software SWAT-CUP. Langkah
– langkah dalam mengoperasikan SWAT- CUP dapat dilihat di bawah ini :
1. Install program SWAT-CUP dan operasikan progam tersebut.
2. Untuk proyek baru :
a Masukan SWAT“TxtInOut” directory sebagai sumber data masukan untuk
membuat proyek baru.
17 b
Kemudian pilih salah satu program kalibrasi yang tersedia untuk proyek baru tersebut SUFI2, GLUE, ParaSol, MCMC.
c Beri nama proyek baru tersebut.
d Tentukan lokasi untuk menyimpan file proyek tersebut. Ketika file proyek
tersebut disimpan program akan membuat project directory yang diinginkan dan menyalin semua TxtInOut files di Backup directory. Parameter
– parameter yang ada pada file
– file tersebut merupakan parameter standar yang belum dikalibrasi. 3.
Pada “Project Explorer” window terdapat “Calibration Inputs” yang berisi data parameter
– parameter yang akan dikalibrasi. Parameter – parameter ini harus diteliti dan diubah secara hati
– hati. 4.
Setelah nilai parameter – parameter tersebut diubah langkah 5.
selanjutnya adalah menjalankan proses kalibrasi dengan menekan tombol“Execute” pada Tool Bar.
6. Untuk suatu proyek yang baru pastikan anda mulai dari proses paling atas yang ada
pada Tool Bar “Execute”.
7. Lihat hasil dari proses kalibrasi tersebut.
8. Jika diperlukan, ganti parameter-parameter di dalam Par_infsf2 dengan parameter –
parameter yang ada pada New_parssf2 dan lakukan iterasi lain. Parameter pada Par_infsf2 yang digunakan untuk mengganti parameter New_parssf2 harus memiliki
interval yang lebih kecil. 9.
Semua iterasi-iterasi disimpan dalam iteration history sehingga kita dapat melihat kemajuan dari proses kalibrasi.
Pada proses kalibrasi dimasukan nilai parameter-parameter yang dalam bentuk range atau ketidakpastian, nilai parameter-parameter tersebut akan disimulasikan oleh SUFI2.SWATCUP dengan
mensimulasikan setiap nilai parameter mulai dari range minumum sampai range maksimum yang terdapat pada nilai absolut pada SWATCUP, kemudian hasil simulasi dengan parameter-parameter
tersebut dibandingakan dengan data observasi dan dilihat seberapa besar nilai perpotongan antara hasil simulasi dalam bentuk grafik 95PPU dengan data observasi. Menurut Abbaspour 2007, model
dianggap valid jika lebih dari 80 data hasil observasi perpotongan dengan luasan grafik 95PPU P- value 0.8. Selain itu, rata
– rata selisih nilai antara batas bawah pada level 2.5 dan batas atas pada level 97.5 grafik 95PPU lebih kecil dari stadar deviasi data hasil observasi R-fator 1.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN