Tipe Pasang Surut Pasang Surut

9

2.3.2. Konstanta Harmonik Perairan Dangkal

Gelombang pasang surut yang merambat ke perairan dangkal atau pantai akan mengalami berbagai perubahan. Gerak non-linier yang dapat diakibatkan oleh gaya gesekan dasar akan mengakibatkan kehadiran frekuensi-frekuensi yang tinggi dari konstanta harmonik pasang surut yang dikenal dengan konstanta harmonik perairan dangkal. , , , … akan muncul sebagai gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi dari sebagai gelombang dasarnya dan , , … akan muncul sebagai gelombang berfrekuensi lebih tinggi dari sebagai gelombang dasarnya. Gelombang-gelombang frekuensi tinggi yang muncul dari gelombang dasarnya ini dikenal dengan istilah overtide. Efek non-linier di perairan dangkal juga dapat memunculkan gelombang dengan frekuensi yang merupakan interaksi dari 2 komponen harmonik dasar dan dikenal dengan istilah compound tide seperti yang merupakan gelombang yang dihasilkan dari interaksi dan serta memiliki frekuensi sebesar ditambah Bowden 1983. 2.3.3. Perambatan Gelombang Pasang Surut Gelombang pasang surut menjalar pada samudera di bumi sebagai gelombang panjang yang bersifat progresif, yang dapat termodifikasi oleh refleksi pantulan balik, gaya Coriolis dan gesekan friksi. Gaya-gaya dan gelombang ini memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kehidupan di daerah pesisir dibandingkan dengan gelombang lainnya di samudera. Pariwono 1989 menyebutkan bahwa tipe pasang surut yang terbentuk di perairan Timur Indonesia adalah campuran dominan ganda. Hal ini disebabkan oleh dominasi penjalaran gelombang pasang surut dari Samudera Pasifik yang masuk ke perairan Indonesia dari bagian Timur di sebelah Utara yakni melalui perairan Selat Makasar, Laut Sulawesi, dan Laut Arafura. Perambatan gelombang pasang surut di suatu wilayah perairan seringkali digambarkan dengan pola perambatan amplitudo dan fasa dari komponen semidiurnal utama M2 dan komponen diurnal utama K1 Gambar 5 dan 6. Gambar 5. Co-Amplitude M2 di perairan Jawa Yusuf dan Yanagi 2013 10 Gambar 6. Co-Phase M2 di perairan Jawa Yusuf dan Yanagi 2013 2.4.Gaya Coriolis Gaya Coriolis merupakan gaya yang bekerja pada gerak massa air dalam skala luas yang diakibatkan oleh rotasi bumi. Gaya ini penting diperhitungkan terutama dalam kajian arus geostropis. Gaya ini memberikan efek aliran rotasi searah jarum jam pada sirkulasi massa air skala luas di belahan bumi utara. Komponen-komponen Gaya Coriolis dalam sumbu-x dan sumbu-y adalah = dan = − . dimana   sin 2  f = parameter Coriolis  = Kecepatan sudut rotasi bumi 7.29x10 -5 raddet  = sudut lintang geografis Aliran geostropis dalam kajian sirkulasi massa air dipertimbangkan dengan memperhatikan suatu parameter yang dikenal dengan Radius Deformasi Rossby Rb untuk daerah model yang diteliti, yaitu Pond dan Pickard, 1983:   f gH Rb maks 2 1  dimana : Rb : radius deformasi Rossby g : percepatan gravitasi = 9.8 ms maks H : kedalaman maksimum m f : parameter coriolis Untuk kajian wilayah perairan skala kecil atau lokal seperti perairan pantai, teluk, dan estuari dimana skala lateralnya lebih kecil dari nilai radius deformasi Rossby-nya, maka efek coriolisnya dapat diabaikan. Teluk Mayalibit merupakan perairan yang relatif kecil dengan panjang lateralnya +- 200 km jauh lebih kecil daripada Radius Deformasi Rossby 200 km dan berada dekat dengan khatulistiwa sehingga pengaruh gaya coriolis terhadap gerak massa air dapat diabaikan.