Kondisi umum Teluk Mayalibit

5 Kondisi perairan Teluk Mayalibit yang hampir tertutup ini membuat dinamika massa air khususnya arus lebih dipengaruhi oleh adanya fenomena pasang surut. Saat pasang, massa air bergerak ke dalam teluk dan keluar pada saat surut. Hal ini sejalan dengan Triatmodjo 1999 yang mengatakan bahwa pasang surut merupakan gaya penggerak utama sirkulasi massa air di perairan sempit dan semi tertutup seperti teluk. Hasil penelitian DKP PEMKAB RA 2006 menunjukkan bahwa arus di perairan Raja Ampat didominasi oleh pengaruh angin, namun untuk wilayah teluk dan pulau-pulau kecil yang berdekatan pola arusnya, lebih dipengaruhi oleh pasang surut.

2.2. Kondisi Oseanografi Teluk Mayalibit

Tipe pasang surut wilayah perairan timur Indonesia termasuk Raja Ampat dimana Teluk Mayalibit berada adalah campuran condong ke harian ganda Gambar 3 dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi berbeda Wyrtki 1961; Pariwono 1989. Gambar 3. Tipe-tipe pasang surut di perairan Indonesia Wyrtki 1961 Pariwono 1989 menyatakan bahwa komponen semidiurnal gelombang pasang surut lebih mendominasi wilayah perairan Indonesia bagian Timur yang disebabkan oleh penjalaran gelombang dari Samudera Pasifik yang masuk di sebelah Utara melalui perairan Selat Makasar, Laut Sulawesi, dan Laut Arafura. Periode gelombang pasang surut antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik memilki selisih waktu 5 jam pada konstanta ganda semi-diurnal constituents dan selisih 4 jam pada konstanta tunggal diurnal consitutents Hatamaya et al. 1996. Sistem pasang surut di kedua samudera ini berinteraksi dengan perairan nusantara. Topografi dasar perairan juga menyebabkan kondisi pasang surut di Indonesia semakin kompleks Pariwono 1989. Ray 2005 menyatakan bahwa komponen pasang surut semi-diurnal di perairan Timur Indonesia lebih mendominasi karena 6 adanya pertemuan penjalaran gelombang dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, sedangkan komponen pasang surut diurnal lebih mendominasi di Perairan Indonesia bagian Barat seperti di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan. Data pengamatan yang dilakukan di pantai APSOR Suprau - Sorong menunjukkan bahwa kisaran tinggi pasang surut berkisar antara 1.15 – 1.80 m DISHIDROS 2005. Pola arus di perairan Raja Ampat lebih banyak dipengaruhi oleh sirkulasi massa air Samudera Pasifik Barat Western Pacific Ocean yang bergerak dari arah timur menuju barat laut North West dan sejajar dengan daratan Papua bagian utara. Ketika arus ini tiba di Laut Halmahera atau bagian utara Kepulauan Raja Ampat, arus tersebut sebagian bergerak ke selatan dan sebagian berbalik menuju Samudera Pasifik. Arus ini dikenal sebagai Halmahera Eddie dan diduga sebagian arus ini memasuki perairan Raja Ampat. Hasil penelitian DKP Raja Ampat pada bulan Maret 2006, didapatkan bahwa arus di Perairan Raja Ampat didominasi oleh pengaruh angin, namun untuk wilayah teluk dan pulau-pulau kecil yang berdekatan pola arusnya, lebih dipengaruhi oleh pasang surut PEMKAB RA 2006. Hasil pemantauan P2O LIPI pada tahun 2008 terhadap parameter fisis massa air di mulut Teluk Mayalibit menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara dinamika massa air dengan pasang surut di wilayah perairan ini. Dengan kata lain, pemicu utama dinamika massa air atau arus di perairan Teluk Mayalibit adalah pasang surut. Hasil pantauan arus oleh tim peneliti LIPI selama 20 jam di titik tambat yang berada di jalur teluk menunjukkan kecepatan arus maksimum sebesar 150 cmdet pada saat pasang dan 100 cms pada saat surut. Perairan Raja Ampat berbatasan dengan Samudera Hindia dan Pasifik, sehingga sifat dan kondisi fisik-kimia massa air, arus dan pasang surut dipengaruhi oleh kedua samudera tersebut. Penyebaran suhu permukaan perairan dipengaruhi oleh Samudera Pasifik di bagian utara dan Laut Banda di bagian selatan. Raja Ampat yang terletak di wilayah tropis memiliki suhu permukaan yang relatif hangat dengan variasi tahunan yang kecil. Berdasarkan pengamatan Conservation International Indonesia CII, The Nature Conservancy TNC dan World Wild Fund WWF pada bulan November 2005 sampai dengan Juli 2006, diperoleh suhu permukaan di perairan Raja Ampat berkisar antara 27.01 – 34.97 C dengan suhu rata-rata 29.16 C PEMKAB RA 2006. Hasil pengukuran suhu oleh P2O LIPI pada tahun 2008 di Teluk Mayalibit menunjukkan bahwa nilai suhu berkisar antara 30.08 o C – 33.73 o C dengan rata-rata sebesar 31.18 ± 0.9 o C. Suhu di lapisan dekat permukaan 1 m – 5 m memiliki nilai yang cenderung lebih tinggi. Salinitas di lapisan permukaan perairan Raja Ampat berkisar antara 30 – 35 Psu, pada kedalaman 10 meter berkisar antara 32 – 35 Psu dan di Teluk Mayalibit berkisar antara 27,5 - 33,8 Psu DKP KRA 2006 dalam PEMKAB RA 2006. Nilainya tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran P2O LIPI pada bulan Nopember 2008 yang menunjukkan kisaran salinitas antara 27.05 - 32.4 Psu di teluk ini . KP3K KKP 2015 menyatakan bahwa kecerahan di perairan Raja Ampat berkisar antara 4 - 23 m dengan rata-rata kecerahan 12,91 m. Kecerahan terrendah berada di Teluk Mayalibit yang hanya mencapai 4 - 5 m. Hal ini karena tingginya tingkat kekeruhan perairan di Teluk Mayalibit yang disebabkan banyaknya bahan