Lama Peran Remitan Buruh Migran Internasional bagi Rumah Tangga di Pedesaan

Dua bentuk pemanfaatan remitan konsumsi paling besar digunakan untuk pembelian sembako dan perbaikan rumah. Sembako merupakan kebutuhan primerpokok yang harus selalu dipenuhi setiap harinya, maka dari itu alokasi remitan yang terlebih dahulu dilakukan oleh semua rumah tangga adalah untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden. “Kiriman dari Bapak suami pastinya buat sembako. Salah satu alasan Bapak berangkat ke Malaysia ya buat makan keluarga kita sehari-hari”. M, 33 tahun Bentuk pemanfaatan lainnya yang juga banyak dilakukan adalah pemanfaatan remitan untuk keperluan memperbaikimerenovasi rumah. Menurut para responden dan beberapa informan, salah satu tujuan masyarakat asal Desa Gelogor melakukan migrasi internasional ke berbagai negara tujuan adalah untuk membangun atau merenovasi rumah mereka agar lebih terlihat bagus. Rumah yang bagus dan juga mewah bagi mereka merupakan salah satu indikator dari keberhasilan atau kesuksesan para buruh migran di desa tersebut. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika remitan yang dikirimkan oleh buruh migran akan dimanfaatkan dalam jumlah yang besar untuk keperluan renovasi rumah. Remitan untuk keperluan membangun atau merenovasi rumah pada umumnya mulai dialokasikan setelah dua tahun pertama buruh migran bekerja. Hal ini dikarenakan, pada tahun-tahun awal remitan buruh migran hanya dimanfaatkan untuk keperluan penting dan mendesak semata, yakni berupa pembelian sembakomakanan sehari-hari keluarga dan pelunasan hutang. Setelah dua tahun pertama dan semua hutang telah lunas, maka barulah remitan mulai dialokasikan untuk keperluan membangun atau merenovasi rumah. Berdasarkan jawaban dari 40 responden penelitian, sebanyak 30 responden 75 dalam setahun terakhir masih memanfaatkan remitan untuk keperluan merenovasi rumah, sedangkan 25 persen lainnya tidak memanfaatkan karena beberapa di antaranya masih belum memulai perenovasian rumah mereka dan beberapa lainnya telah menyelesaikan perenovasian rumah mereka. Bentuk pemanfaatan remitan untuk kebutuhan konsumsi lainnya yang teridentifikasi adalah untuk keperluan membeli pakaian, alat elektronik, dan perabot rumah dengan persentase masing-masing sebesar 5 persen. Pemanfaatan remitan untuk membeli pakaian pada umumnya dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Remitan yang dikirimkan oleh buruh migran dalam setahun terakhir dialokasikan untuk membeli pakaian baru untuk seluruh anggota keluarga. Pemanfaatan untuk keperluan alat elektronik digunakan untuk membeli berbagai peralatan, terutama televisi, kipas angin, rice cooker, dispenser, handphone , dan juga play station untuk anak buruh migran yang masih remaja. Sementara itu, pemanfaatan untuk perabot rumah digunakan untuk membeli berbagai peralatan seperti sofa, meja, guci, lemari, kasur, hiasan dinding. Pemanfaatan remitan buruh migran di desa penelitian lebih terfokus pada pemenuhan kebutuhan konsumsi. Mayoritas rumah tangga memanfaatkan remitan untuk berbagai keperluan yang sifat pemenuhannya saat sekarang jangka pendek, seperti untuk membeli sembakomakanan sehari-hari. Selain itu, rumah tangga di desa penelitian juga memanfaatkan remitan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif lainnya, seperti keperluan perumahan, pakaian, serta berbagai peralatan elektronik dan transportasi. Menurut mereka, memanfaatkan remitan untuk membeli barang-barang tersebut merupakan salah satu sarana untuk menunjukkan eksistensi dan status sosial mereka di mata masyarakat setempat. Salah satu indikator dari keberhasilan buruh migran di luar negeri bagi masyarakat adalah adanya perubahan gaya hidup dan kondisi fisik aset misalnya rumah yang dimiliki oleh keluarga buruh migran tersebut. Oleh sebab itu, pemanfaatan remitan untuk keperluan konsumsi menjadi prioritas utama pada sebagian besar rumah tangga buruh migran di desa penelitian dengan persentase yang tinggi. Pemanfaatan remitan di bidang investasi kurang diperhatikan oleh rumah tangga buruh migran. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya persentase rumah tangga yang memanfaatkan remitan untuk keperluan investasi. Hanya 19 persen rumah tangga dari total responden yang mengalokasikan remitan yang dikirimkan oleh buruh migran untuk keperluan yang bersifat jangka panjang tersebut. Bentuk pemanfaatan yang dilakukan untuk kebutuhan investasi adalah disimpanditabung, investasi untuk biaya pendidikan, investasi untuk biaya kesehatan, membeli ternak, membeli lahan, dan investasi sosial berupa sumbangan ke sarana-sarana publik desa. Rumah tangga yang memanfaatkan remitan untuk disimpanditabung pada dasarnya juga untuk keperluan perumahan. Mereka menyisihkan sebagian remitan yang dikirimkan oleh buruh migran untuk disimpan secara pribadi ataupun di lembaga penyimpanan uang bank sebagai dana untuk keperluan membangun atau merenovasi rumah. Uang tabungan tersebut dipersiapkan dan akan digunakan jika ada keperluan mendadak yang tidak diperkirakan sebelumnya, ketika membangun atau merenovasi rumah. Selain itu, investasi biaya pendidikan tidak terlalu diperhatikan oleh mayoritas buruh migran, karena mereka lebih memilih untuk memikirkan segala keperluan pendidikan misalnya biaya sekolah anak saat anaknya sudah mulai masuk sekolah dan bukan dipersiapkan pada waktu sebelumnya. Sementara itu, rumah tangga yang memanfaatkan remitan untuk keperluan investasi dengan membeli lahan adalah rumah tangga yang telah menyelesaikan perenovasian rumah, sehingga membeli beberapa hektar lahan untuk ditanami berbagai macam sayuran. Pola pemanfaatan remitan paling rendah di desa penelitian adalah pemanfaatan di bidang produksi. Hanya 5 persen rumah tangga yang mengalokasikan remitan yang dikirimkan oleh buruh migran untuk keperluan tersebut. Rumah tangga yang memanfaatkan remitan untuk keperluan produksi adalah rumah tangga yang memiliki lahan sayuran kangkung yang ditanami di lahan kecil yang mereka miliki di belakang rumah. Remitan dimanfaatkan untuk membeli berbagai kebutuhan produksi tanaman sayuran, seperti pembelian bibit, pupuk, dan berbagai kebutuhan lainnya. Pengambil keputusan terbesar dalam pemanfaatan remitan dalam rumah tangga adalah pasangan suamiistri dari buruh migran itu sendiri. Hampir semua buruh migran yang menikah akan menyerahkan keputusan kepada pasangan mereka dalam menentukan alokasi remitan yang akan dimanfaatkan, karena pasangan yang berada di daerah asal menjadi kepala keluarga sementara ketika buruh migran bekerja di luar negeri. Oleh sebab itu, sebagai kepala keluarga pasanganlah yang bertanggung jawab terhadap keluarga yang tinggal di daerah asal, termasuk dalam menentukan pengalokasian remitan untuk keperluan sehari- hari. Pengambil keputusan lainnya dalam rumah tangga buruh migran adalah orang tua dari buruh migran. Sebesar 23 persen orang tua menentukan pengalokasian remitan dalam keluarga, karena buruh migran yang bekerja tersebut belum menikah dan masih tinggal bersama orang tua. Maka dari itu, semua keputusan dalam penggunaan remitan masih diambil oleh orang tua. Sementara itu, sebesar 18 persen keputusan dalam pemanfaatan remitan yang diambil oleh buruh migran. Setiap kali mengirimkan remitan, buruh migran akan memutuskan sendiri untuk keperluan apa saja remitan yang ia kirimkan tersebut digunakan. Hanya sebesar 7 persen pengambil keputusan dalam pemanfaatan remitan dilakukan oleh saudara kandung buruh migran kakakadik dan 2 persen sisanya diambil oleh anak dari buruh migran. Satu orang responden yang merupakan anak dari buruh migran menjadi pengambil keputusan dalam pemanfaatan remitan yang dikirimkan ibunya, karena ibunya telah bercerai dan hanya tinggal berdua dengan adiknya yang masih kecil. Apabila remitan dari buruh migran telat dikirimkan, maka mayoritas rumah tangga akan memanfaatkan uang penghasilan dari pekerjaan anggota rumah tangga lainnya, seperti pemasukan dari usaha warung yang dikelola. Selain itu, beberapa rumah tangga juga ada yang meminjam uang pada kerabat dekat atau tetangga di sekitar rumah. Uang pinjaman tersebut digunakan untuk keperluan makan keluarga sehari-hari dan beberapa keperluan penting lainnya. Mereka sengaja meminjamkan uang kepada kerabat atau tetangga dekat, karena selain saling mengenal satu sama lain juga tidak memerlukan proses yang rumit. Uang pinjaman tersebut akan mereka kembalikan setelah buruh migran mengirimkan remitannya kembali. Ikhtisar Bentuk-bentuk pemanfaatan remitan yang teridentifikasi adalah sebanyak 15 bentuk, yakni membeli sembakomakanan, membeli pakaian, membeli perabot rumah, memperbaiki rumah, membeli perhiasan, membeli alat transportasi, membeli peralatan elektronik, disimpanditabung, biaya pendidikan, biaya kesehatan, membeli ternak, membeli lahan, disumbang, membeli bahan pokok usaha, dan membeli bibit. Persentase pemanfaatan remitan paling besar adalah digunakan untuk kebutuhan membeli sembakomakanan dan renovasi rumah. Pola pemanfaatan remitan dalam rumah tangga di Desa Gelogor berfokus pada pemanfaatan di bidang konsumsi. Sebesar 76 persen rumah tangga memanfaatkan remitan untuk kebutuhan konsumsi, sedangkan 19 persen lainnya memanfaatkan remitan untuk investasi, dan 5 persen sisanya untuk kebutuhan produksi.