20 145 Jumlah remitan setahun terakhir
kebutuhan dengan alokasi biaya pengeluaran terbesar rumah tangga dengan persentase 48 persen dari nilai total pengeluaran.
Tabel 8 juga menunjukkan terjadinya perubahan persentase alokasi pengeluaran untuk masing-masing jenis pengeluaran. Setelah adanya sumbangan
remitan, meskipun nilai pengeluaran untuk masing-masing jenis pengeluaran rumah tangga meningkat, namun persentase alokasi pengeluaran rumah tangga
untuk kebutuhan konsumsi primer dan sekunder, investasi, serta produksi menjadi lebih kecil menurun dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan terjadinya
peningkatan nilai pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi tersier yang sangat besar, sehingga proporsi persentase untuk jenis pengeluaran ini meningkat
sementara persentase pengeluaran kebutuhan lainnya menurun. Jika dilihat secara keseluruhan untuk masing-masing jenis pengeluaran, peningkatan nilai rata-rata
dan persentase pengeluaran rumah tangga terjadi pada kebutuhan konsumsi. Biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga dialokasikan lebih besar untuk kebutuhan
tersebut dibandingkan kebutuhan investasi dan produksi.
Nilai rata-rata pengeluaran rumah tangga baik sebelum maupun setelah adanya sumbangan remitan jauh lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata
pendapatan. Berdasarkan hasil perhitungan, selisih antara nilai pendapatan dengan nilai pengeluaran rumah tangga sebelum adanya remitan adalah sebesar
Rp2.820.093,- sedangkan setelah adanya remitan sebesar Rp11.151.250,-. Selisih sisa uang pada umumnya harus sama dengan nol atau tidak ada sama sekali,
karena seharusnya nilai pengeluaran rumah tangga tidak lebih rendah dari nilai pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketidakakuratan data mengenai
nilai pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dalam penelitian ini. Ketidakakuratan disebabkan oleh sulitnya mengidentifikasi dan mendata secara
rinci mengenai nilai pengeluaran dalam rumah tangga. Mayoritas rumah tangga mengetahui secara persis nilai pendapatan mereka, namun tidak mengingat secara
persis berapa biaya pengeluaran mereka dalam setahun terakhir. Akibatnya, rumah tangga dalam penelitian ini hanya menaksir perkiraan biaya pengeluaran yang
telah mereka keluarkan, sehingga hasil identifikasi untuk nilai pengeluaran pun menjadi sedikit tidak akurat dan sesuai jika dibandingkan dengan nilai pendapatan
rumah tangga mereka. Kekayaan Rumah Tangga Migran
Kekayaan rumah tangga buruh migran dihitung berdasarkan nilai total dari kepemilikan aset dalam rumah tangga, yakni berupa kepemilikan peralatan
elektronik, kepemilikan alat transportasi, serta kepemilikan perhiasan dan simpanantabungan. Rata-rata nilai kekayaan yang dimiliki oleh rumah tangga
buruh migran di Desa Gelogor sebelum adanya migrasi adalah sebesar Rp2.096.750,-. Jenis aset yang dimiliki oleh rumah tangga buruh migran pada saat
itu hanya sebatas peralatan elektronik berupa televisi dan peralatan rumah tangga. Setelah adanya kiriman remitan dari buruh migran, nilai kekayaan rumah tangga
buruh migran mengalami peningkatan yang cukup besar. Nilai rata-rata kekayaan rumah tangga dalam setahun terakhir menjadi sebesar Rp14.439.250,-. Aset yang
paling banyak dimiliki oleh mayoritas rumah tangga adalah alat transportasi berupa sepeda motor. Umumnya, setiap rumah tangga membeli satu buah sepeda
motor yang mereka manfaatkan untuk berbagai keperluan sehari-hari. Sepeda motor inilah yang menyumbang nilai kekayaan terbesar dalam rumah tangga