31 522 Jumlah remitan setahun terakhir
kebutuhan dengan alokasi biaya pengeluaran terbesar rumah tangga dengan persentase 48 persen dari nilai total pengeluaran.
Tabel 8 juga menunjukkan terjadinya perubahan persentase alokasi pengeluaran untuk masing-masing jenis pengeluaran. Setelah adanya sumbangan
remitan, meskipun nilai pengeluaran untuk masing-masing jenis pengeluaran rumah tangga meningkat, namun persentase alokasi pengeluaran rumah tangga
untuk kebutuhan konsumsi primer dan sekunder, investasi, serta produksi menjadi lebih kecil menurun dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan terjadinya
peningkatan nilai pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi tersier yang sangat besar, sehingga proporsi persentase untuk jenis pengeluaran ini meningkat
sementara persentase pengeluaran kebutuhan lainnya menurun. Jika dilihat secara keseluruhan untuk masing-masing jenis pengeluaran, peningkatan nilai rata-rata
dan persentase pengeluaran rumah tangga terjadi pada kebutuhan konsumsi. Biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga dialokasikan lebih besar untuk kebutuhan
tersebut dibandingkan kebutuhan investasi dan produksi.
Nilai rata-rata pengeluaran rumah tangga baik sebelum maupun setelah adanya sumbangan remitan jauh lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata
pendapatan. Berdasarkan hasil perhitungan, selisih antara nilai pendapatan dengan nilai pengeluaran rumah tangga sebelum adanya remitan adalah sebesar
Rp2.820.093,- sedangkan setelah adanya remitan sebesar Rp11.151.250,-. Selisih sisa uang pada umumnya harus sama dengan nol atau tidak ada sama sekali,
karena seharusnya nilai pengeluaran rumah tangga tidak lebih rendah dari nilai pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketidakakuratan data mengenai
nilai pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dalam penelitian ini. Ketidakakuratan disebabkan oleh sulitnya mengidentifikasi dan mendata secara
rinci mengenai nilai pengeluaran dalam rumah tangga. Mayoritas rumah tangga mengetahui secara persis nilai pendapatan mereka, namun tidak mengingat secara
persis berapa biaya pengeluaran mereka dalam setahun terakhir. Akibatnya, rumah tangga dalam penelitian ini hanya menaksir perkiraan biaya pengeluaran yang
telah mereka keluarkan, sehingga hasil identifikasi untuk nilai pengeluaran pun menjadi sedikit tidak akurat dan sesuai jika dibandingkan dengan nilai pendapatan
rumah tangga mereka. Kekayaan Rumah Tangga Migran
Kekayaan rumah tangga buruh migran dihitung berdasarkan nilai total dari kepemilikan aset dalam rumah tangga, yakni berupa kepemilikan peralatan
elektronik, kepemilikan alat transportasi, serta kepemilikan perhiasan dan simpanantabungan. Rata-rata nilai kekayaan yang dimiliki oleh rumah tangga
buruh migran di Desa Gelogor sebelum adanya migrasi adalah sebesar Rp2.096.750,-. Jenis aset yang dimiliki oleh rumah tangga buruh migran pada saat
itu hanya sebatas peralatan elektronik berupa televisi dan peralatan rumah tangga. Setelah adanya kiriman remitan dari buruh migran, nilai kekayaan rumah tangga
buruh migran mengalami peningkatan yang cukup besar. Nilai rata-rata kekayaan rumah tangga dalam setahun terakhir menjadi sebesar Rp14.439.250,-. Aset yang
paling banyak dimiliki oleh mayoritas rumah tangga adalah alat transportasi berupa sepeda motor. Umumnya, setiap rumah tangga membeli satu buah sepeda
motor yang mereka manfaatkan untuk berbagai keperluan sehari-hari. Sepeda motor inilah yang menyumbang nilai kekayaan terbesar dalam rumah tangga
buruh migran. Selain itu, aset lainnya yang juga banyak dimiliki oleh rumah tangga setelah adanya kiriman remitan adalah berupa perhiasan emas anting,
cincin, kalung, gelang, serta kepemilikan alat elektronik yang paling banyak dimiliki adalah televisi, handphone, dan kipas angin.
Mayoritas rumah tangga buruh migran laki-laki memiliki tingkat kekayaan yang tergolong rendah, yakni memiliki aset yang bernilai kurang dari
Rp7.241.403,-. Sementara itu, mayoritas rumah tangga buruh migran perempuan jauh lebih besar dengan nilai kekayaan di atas Rp7.241.403,-. Perbedaan tingkat
kekayaan antara kedua rumah tangga ini disebabkan oleh rumah tangga buruh migran perempuan cenderung membeli banyak barang-barang dari hasil kiriman
remitan tersebut. Mayoritas buruh migran perempuan juga mengirimkan remitan dalam bentuk barang dari negara tempat bekerja kepada keluarga yang berada di
daerah asal, sehingga total nilai kekayaan yang dimiliki dalam setahun terakhir pun menjadi lebih besar dibandingkan buruh migran laki-laki.
Selain aset dalam bentuk alat transportasi, alat elektronik, dan perhiasan, penelitian ini juga mengidentifikasi kepemilikan aset lain dan kondisi perumahan
pada rumah tangga di Desa Gelogor. Mayoritas rumah tangga buruh migran memiliki aset lain berupa rumah pribadi sebagai tempat tinggal keluarga mereka.
Hanya beberapa rumah tangga yang ketika penelitian berlangsung masih menumpang tinggal dengan orang tua namun sedang membangun rumah pribadi.
Sebelum migrasi, sebesar 95 persen rumah tangga memiliki aset hanya berupa rumah. Sementara itu, 5 persen atau dua rumah tangga lainnya memiliki aset lain
berupa rumah dan juga lahan kebun yang ditanami berbagai jenis sayuran. Setelah adanya migrasi atau pada saat penelitian berlangsung, hanya dua rumah tangga
yang mengalami perubahan dari segi kepemilikan aset, yang mana setelah adanya migrasi kedua rumah tangga tersebut mampu membeli lahan di sekitar desa.
Tabel 9 Tingkat pendapatan, pengeluaran, dan kekayaan rumah tangga
berdasarkan jenis kelamin di Desa Gelogor tahun 2013
No Variabel
Laki-laki Perempuan
n n