Universitas Indonesia
Tabel 2 Perbedaan Negara Pantai dengan Negara Kepulauan
Negara Pantai Negara Kepulauan
Bentuk Geografis
-Negara yang mempunyai daratan dan pantai
-Negara pantai dapat terdiri atas pulau-pulau
-Negara yang terdiri atas gugusan pulau, bagian pulau
dan perairan yang mempunyai hubungan wujud alamiah
sehingga merupakan satu kesatuan historis, geografis,
ekonomi dan politik.
Cara Penarikan Garis Pantai
-Negara pantai mempunyai hak untuk menarik garis pangkal
lurus straight baselines, garis pangkal biasa, garis penutup
teluk dan garis lurus yang melintasi mulut sungai.
-Negara kepulauan mempunyai hak untuk menarik garis
pangkal lurus kepulauan archipelagic straight base-
lines
, garis pangkal normal, garis penutup teluk, garis lurus
yang melintasi mulut sungai.
Penetapan Perairan Pedalaman
-Daerah sebelah dalam sisi darat dari garis pangkal
-Daerah sebelah dalam dari: garis pangkal normal, garis
penutup teluk, garis lurus yang melintasi mulut sungai, garis
pangkal yang ditarik dari instalasi pelabuhan permanen
terluar.
Penarikan Garis Pangkal
Garis Pangkal Lurus: -Garis pantai menjorok ke
dalam dimana cara penarikan- nya dengan menghubungkan
titik-titik terluar yang disebut dengan garis pangkal lurus.
Garis Pangkal Lurus Kepulauan :
-Garis pangkal menghubung- kan titik-titik terluar pulau-
pulau, karang kering dengan ketentuan di dalam garis
pangkal termasuk pulau utama dan suatu daerah dengan rasio
perbandingan antara daerah perairan dan daerah daratan
adalah 1:1 dan 9:1.
Sumber : Majalah Forum Hukum Vol. 2 No. 1 tahun 2005.
2. Kedaulatan Negara Kepulauan di Perairan Kepulauan
Dalam pasal 49 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 disebutkan bahwa kedaulatan Negara kepulauan mencakup perairan kepulauan archipelagic waters
yaitu perairan yang terletak pada sisi dalam dari garis pangkal negara kepulauan archipelagic baselines yang ditarik sesuai dengan ketentuan yang termuat dari
pantai-pantai kepulauannya. Selanjutnya ayat 2 pasal ini menyebutkan bahwa kedaulatan negara kepulauan meliputi seluruh wilayah perairannya, termasuk
ruang udara diatasnya, dasar laut dan tanah dibawahnya serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Dengan demikian kedaulatan negara kepulauan itu dilihat
Potensi ancaman di....., Syarif Thoyib, Program Pascasarjana, 2009
Universitas Indonesia
dari ruang lingkupnya tidak saja bersifat horizontal melainkan juga bersifat vertikal.
46
Pengertian kedaulatan negara atas perairan tidak sama dengan kedaulatan negara atas daratannya yaitu karena adanya pasal-pasal lain yang berisi ketentuan-
ketentuan yang mengharuskan dihormatinya hak-hak yang ada dan kepentingan yang sah dari negara-negara lain yang berkepentingan terhadap negara kepulauan
ini. Adapun ketentuan-ketentuan dari bab ini, yang secara praktis merupakan pembatasan terhadap kedaulatan negara kepulauan itu adalah
47
: a.
Ketentuan tentang keharusan menghormati hak-hak dan kepentingan- kepentingan yang sah the existing rights and legitimate interests dari negara-
negara tetangga yang berbatasan pasal 47 ayat 6 b.
Ketentuan yang berkenaan dengan penghormatan atas persetujuan- persetujuan yang ada dengan negara-negara lain, pengakuan hak-hak perikanan
tradisional dan kegiatan-kegiatan yang sah lainnya dari Negara-negara tetangganya yang berdekatan serta kabel-kabel dasar laut yang ada pasal 51
c. Ketentuan tentang hak lintas damai pasal 52 d. Ketentuan tentang hak lintas melalui alur-alur laut kepulauan archipelagic
sea lanes passage pasal 53
e. Ketentuan yang berkenaan dengan larangan untuk menghalangi pelayaran
melalui alur-alur laut nusantara pasal 54 dalam penerapan pasal 44. Mengenai pembatasan kedaulatan suatu negara ini, Mochtar Kusumaatmadja
mengemukakan
48
bahwa hubungan suatu negara-negara atau hubungan internasional yang teratur tidak mungkin tanpa menerima pembatasan terhadap
kedaulatan negara yang menjadi anggota masyarakat itu. Tunduknya suatu negara yang berdaulat atau tunduknya paham kedaulatan kepada kebutuhan pergaulan
masyarakat internasional demikian merupakan syarat mutlak bagi terciptanya suatu masyarakat internasional yang teratur.
46
Atje Misbach, Op. Cit. hal. 100.
47
Ibid
48
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bandung : Binacipta, 1990, hal.14.
Potensi ancaman di....., Syarif Thoyib, Program Pascasarjana, 2009
Universitas Indonesia
H. Wawasan Nusantara