Status Hukum Negara Kepulauan

Universitas Indonesia dan panjang. Kebijakan luar negeri, yang didalamnya tercakup berbagai keputusan menyangkut tujuan-tujuan nasional suatu Negara, diformulasikan di dalam Negara serta aksi-aksi suatu Negara terhadap lingkungan yang ada di luarnya untuk mencapai tujuan nasional tersebut. Kebijakan luar negeri Indonesia adalah politik luar negeri bebas aktif. Artinya, politik luar negeri yang dianut bukan menjadikan Indonesia netral terhadap suatu permasalahan melainkan suatu Politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional serta tidak mengikatkan diri hanya pada satu kekuatan dunia. Aktif berarti ikut memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun keikutsertaan Indonesia secara aktif dalam menyelesaikan berbagai konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 45 yaitu agar terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

G. Negara Kepulauan

1. Status Hukum Negara Kepulauan

Istilah negara kepulauan archipelagic state telah dikenal sebelum Konvensi Hukum Laut 1982. 42 Tetapi konsepsi negara kepulauan sebagai kaidah hukum laut internasional yang baru dan mendapat pengakuan dari masyarakat internasional, baru muncul setelah ditandatanganinya Konvensi PBB tentang Hukum Laut pada tanggal 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaica. 43 Dengan diterimanya prinsip negara kepulauan sebagai salah satu lembaga dalam hukum laut internasional sebagaimana termuat dalam Bab IV Konvensi Hukum Laut 1982, maka masalah status hukum negara kepulauan menjadi pasti. 42 Lihat, Ali Nur. Azas Negara Kepulauan dan Konsekuensinya Terhadap Aktualisasi Penegakan Kedaulatan Wilayah Udara Indonesia, Taskap Kursus Singkat Angkatan VI. Jakarta : Lemhanas, 1996. hal. 12. Istilah Archipelagic berasal dari istilah bahasa Italia archipelagos, arci artinya penting atau terutama sedangkan pelagos artinya laut atau wilayah lautan. Sebelum istilah archipelagos tersebut lahir, naskah resmi perjanjian antara Republik Venezza dan Raja Micael Palaelogus pada tahun 1268 mengenalnya sebagai “Aigaius Pelagos” yang berarti laut Aigaia yang dianggap sebagai laut terpenting. Dalam perkembangan selanjutnya pulau-pulau yang ada di dalam laut Aigaia dinamakan; Arc h ilago”, yang mengandung arti wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya. 43 Atje Misbach, Op. Cit, hal. 95 Potensi ancaman di....., Syarif Thoyib, Program Pascasarjana, 2009 Universitas Indonesia Pasal 46 huruf a dan b Konvensi Hukum Laut 1982 menyebutkan bahwa negara kepulauan adalah suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih gugusan kepulauan, termasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungan satu sama lainnya demikian erat sehingga pulau- pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu menjadi suatu kesatuan geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap sebagai demikian. Dengan diakuinya asas negara kepulauan, maka perairan yang dahulu merupakan bagian dari Laut Lepas kini menjadi wilayah Perairan Kepulauan yang berarti menjadi wilayah perairan Republik Indonesia. 44 Pasal 47 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan bahwa negara- negara yang berdasarkan Pasal 46 Konvensi Hukum Laut 1982 merupakan negara kepulauan, dapat menarik garis pangkal lurus kepulauan straight archipelagic baselines untuk mengukur lebar laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif ZEE dan landas kontinen negaranya. Untuk penarikan garis pangkal lurus kepulauan straight archipelagic baselines demikian, Konvensi Hukum Laut 1982 memberikan pembatasan- pembatasan 45 antara lain : a. Rasio darat dan air, 1:9 dan 9:1 b. Panjang garis pangkal tidak boleh melebihi 100 mil laut, kecuali hingga 3 dari jumlah seluruh garis pangkal yang mengelilingi setiap kepulauan dapat melebihi kepanjangan tersebut, hingga pada suatu kepanjangan maksimum 125 mil laut; c. Tidak boleh memotong atau memisahkan laut teritorial negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusifnya; d. Harus memberikan akomodasi bagi kepentingan-kepentingan negara tetangga yang wilayahnya dipisahkan oleh perairan kepulauannya. 44 Lihat Penjelasan Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 1985 Tentang United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS 1982 Konvensi PBB tentang Hukum Laut, 1985. 45 Lihat E.D. Brown, The International Law of the Sea Introductory Manual, Volume 1, Dartmouth Publishing Company, England, 1994, hlm. 103. Lihat juga Penjelasan Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 1985 Tentang United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS 1982 Konvensi PBB tentang Hukum Laut, 1985. Potensi ancaman di....., Syarif Thoyib, Program Pascasarjana, 2009 Universitas Indonesia Tabel 2 Perbedaan Negara Pantai dengan Negara Kepulauan Negara Pantai Negara Kepulauan Bentuk Geografis -Negara yang mempunyai daratan dan pantai -Negara pantai dapat terdiri atas pulau-pulau -Negara yang terdiri atas gugusan pulau, bagian pulau dan perairan yang mempunyai hubungan wujud alamiah sehingga merupakan satu kesatuan historis, geografis, ekonomi dan politik. Cara Penarikan Garis Pantai -Negara pantai mempunyai hak untuk menarik garis pangkal lurus straight baselines, garis pangkal biasa, garis penutup teluk dan garis lurus yang melintasi mulut sungai. -Negara kepulauan mempunyai hak untuk menarik garis pangkal lurus kepulauan archipelagic straight base- lines , garis pangkal normal, garis penutup teluk, garis lurus yang melintasi mulut sungai. Penetapan Perairan Pedalaman -Daerah sebelah dalam sisi darat dari garis pangkal -Daerah sebelah dalam dari: garis pangkal normal, garis penutup teluk, garis lurus yang melintasi mulut sungai, garis pangkal yang ditarik dari instalasi pelabuhan permanen terluar. Penarikan Garis Pangkal Garis Pangkal Lurus: -Garis pantai menjorok ke dalam dimana cara penarikan- nya dengan menghubungkan titik-titik terluar yang disebut dengan garis pangkal lurus. Garis Pangkal Lurus Kepulauan : -Garis pangkal menghubung- kan titik-titik terluar pulau- pulau, karang kering dengan ketentuan di dalam garis pangkal termasuk pulau utama dan suatu daerah dengan rasio perbandingan antara daerah perairan dan daerah daratan adalah 1:1 dan 9:1. Sumber : Majalah Forum Hukum Vol. 2 No. 1 tahun 2005.

2. Kedaulatan Negara Kepulauan di Perairan Kepulauan