lingkungan yang sesuai. Introduksi yang berkelanjutan dapat berfungsi sebagai buffer apabila kondisi secara temporal tidak mendukung. Lockwood et al., 2005. Terlepas dari A dan B, P
yang tinggi memungkinkan species menjadi mapan hanya karena melalui penjenuhan biji. Penginvasi akan lebih berhasil dalam kompetisi antar anakan, dapripada kompetisi anakan-
tumbuhan dewasa Crawley et al., 1999, olehkarena itu ketika penginvasi mendominasi lubuk biji , peluangnya akan lebih besar untuk mendominasi kolonisasi dan kemapanan.
Peristiwa membanjiri biji seperti ini mungkin dapat menjelaskan mengapa sebagian besar invasi tumbuhan terjadi dekat pemukiman manusia. Crawley et al., 1996.
1.3.2.2. Karakter Abiotis A
Karakter lingkungan dari tapak harus bersahabat agar invasi dapat terjadi. Apabila suatu species tidak dapat bertahan hidup pada lingkungan dari tapak dimana dia terintroduksi,
atau saringan lingkungannya, invasi akan gagal. Banyak hipotesa bahwa invasi yang berhasil ditentukan oleh karakter lingkungan, dan sering didasarkan pada perubahan ketersediaan
sumberdaya alam Blumenthal, 2006. Peningkatan ketersediaan sumberdaya alam menuju terjadinya petumbuhan populasi, memberikan kesempatan pada species yang menginvasi
untuk mengkolonisasi dan merubah suksesi Hood Naiman, 2000. Peningkatan ketersediaan sumberdaya alam dapat terjadi pada berbagai skala ruang dan waktu dan
biasanya dikaitkan dengan gangguan antropologis atau alamiah misalnya eutrofikasi, angin puting beliung regional, rumpang karena pohon tumbang ; Sher Hyatt, 1999.
Gangguan episodik dapat meningkatkan ketersediaan sumberdaya alam, dan ini lama dikaitkan dengan invasi Buckley et al., 2007. Tumbuhan, seperti organisme lain yang tidak
bergerak memerlukan ruang untuk memperoleh sumberdaya alam, sehingga setiap proses yang meningkatkan ketersediaan ruang mungkin juga dapat meningkatkan ketersediaan
sumberdaya alam dan invasi. Peristiwa gangguan, menurunkan tutupan tumbuhan dewasa meningkatkan ruang untuk kolonisasi, dan menurunkan kompetisi, terutama antara tumbuhan
dewasa species lokal dan juvenil tumbuhan asing ; Hood Naiman,2000. Apabila gangguan level tinggi dikombinasikan dengan produktivitas ekosistem level tinggi laju
pertumbuhan suatu tumbuhan yang diintroduksi dapat menjadi invasif. Huston, 2004. Walaupun species indigenus dan non indigenus sama sama mengalami proses kolonisasi Even
Davis et al., 2000; Meiners et al., 2004, banyak tumbuhan invasif adalah ruderal berstrategi-r Rejmánek Richardson, 1996. Olehkarena itu penginvasi biasanya berhasil
pada tingkat awal suksesi dan dapat melampaui kinerja species indigenus lokal pada lingkungan dengan sumberdaya yang tinggi. Daehler, 2003.
Peningkatan ketersediaan sumberdaya dalam jangka pendek dapat mendorong invasi, tetapi demikian juga perubahan jangka panjang pada rezim gangguan Tickner et al., 2001
dan kondisi lingkungan pada umumnya Williamson Fitter, 1996. Misalnya perubahan pada rezim aliran air sungai , merubah struktur komunitas riparian Planty-Tabacchi et al.,
1996 dan memfasilitasi invasi Tickner et al., 2001.
1.3.2.3. Karakter Biotis B