satwa, tersebar keseluruh savanna dimana satwa itu bergerak. Biji ini justru memperoleh media tumbuh yang sangat baik, Pengendalian A.nilotica dimulai tahun 1980, dengan
memotong pohon A.nilotica . Pendekatan pengendalian dengan memotong pohon tanpa mematikan adalah tidak pas, karena batang yang dipotong akan tumbuh kembali dengan
trubusan lebih banyak sehingga menciptakan A. nilotica dengan batang banyak, dan membentuk kanopi tajuk yang rapat. Kanopi demikian dari citra satelit nampak seperti karpet
hijau seragam karena itu menghambat ketersediaan cahaya dari rumput savana, dan sangat menekan produksi hijauan bagi satwa.
Oleh karena itu sangat penting, untuk mempunyai rencana pengelolaan yang rinci dan efektif untuk mengelola tumbuhan invasif ini dan mengembalikan fungsi ekosisten savanna
sebagai rumah bagi satwa asli disitu.
1.1. KONSEP TUMBUHAN INVASIF.
Dalam naskah CBD Convention on Biological Diversity yang diumumkan dalam
konperensi Bumi tahun 1992, di Rio de Janeiro, Brasil, dalam ayat 8 h mengatakan bshwa: “ Each contracting party shall, as fa as possible and as appropriate to prevent
the introduction of, control or eradicate those alien species which threaten ecosystems, habitats, or species” UNEP, 1992. Ini isu internasional yang mendorong bekerja dalam
keselarasan bersama untuk menghindari dampak negatif species invasif pada ekosistem, habitat dan species lokal kita. Adalah penting untuk mendefinisikan apa yang dimaksud
dengan species invasif, karena sebagian besar tumbuhan yang kita introduksi dan berhasil adalah tanaman budidaya, bahkan beberapa tumbuhan asing yang diintroduksi ke Indonesia
tidak berhasil, seperti yang dilaporkan oleh van Steenis dari percobaan Teysmman yang berekserimen untuk menamam sayuran dan pohon buah2an Eropa di P.Jawa, dari Cipanas
sampai puncak Gn.Pangrango. van Steenis, 1972
.
Percobaan itu gagal karena walaupun apel yang ditanam dipuncak Pangrango itu tumbuh tetapi tidak berbuah. Williamson menyatakan
adanya “tens rule” untuk menggambarkan bagaimana introduksi tumbuhan kedaerah baru itu gagal dan kurang lebih 10 saja species tumbuhan yang diintroduksi asing menjadi mapan,
dan akhirnya menjadi invasif. Ini suatu kaidah kasar tetapi sejauh ini berlaku pada berbagai situasi di dunia. Kaidah ini menyatakan bahwa invasi yang berhasil jarang Williamson,
1996. Jadi tidak semua tumbuhan asing adalah invasif, bahkan sebagian besar adalah tanaman budidaya dan hanya 10 saja yang invasif.
Jadi apakah species invasif? Apakah species baru dari luar angkasa seperti mungkin disiratkan dalam perkataan alien? Ternyata tidak; species alien atau asing ini adalah species
dari bumi atau planet kita, tetapi non-native, tidak indigenus, asing bagi ekosistem dimana dia tumbuh, dan species asing ini dapat berarti species, subspecies, taxon yang lebih rendah yang
berada diluar daerah sebaran aslinya, diluar potensi dispersalnya diluar sebaran asli yang secara alamiah dia kuasai, atau tidak dapat mencapai ekosistem baru tanpa campurtangan
secara langsung maupun tidak dari manusia dan meliputi bagian tumbuhan, gamet, atau propagul species yang dapat survive , bertahan hidup dan bereproduksi. Mengapa tumbuhan
menginvasi ? satu batalion tentara mungkin menginvasi pertahanan musuh, tetapi tumbuhan mengapa dikatakan menginvasi? Ini merupakan propaganda untuk menarik perhatihan
masyarakat baik pengambil keputusan, peneliti, pekerja, pengusaha,pedagang siapa saja baik dipemerintahan, swasta atau lembaga non pemerintah agar bersama mengendalikan
mengelola species invasif agar tidak memberikan dampak negatif atau setidaknya mengurangi dampak buruk species invasif ini. Species invasif tidak hanya berupa tumbuhan,
tetapi juga hewan, maupun mikroorganisme. Serangan flu burung, dan belakangan ebola adalah jenis species invsif yang sangat mematikan.
Menurut McNeely 2001 dari IUCN, species asing invasif adalah species asing
yang mapan dalam ekosistem alamiah atau setengah alamiah atau habitat, sebagai agen perubahan yang mengancam biodiversitas lokal ; dan lebih lanjut diperkuat oleh Decision
VI23 of the Sixth Conference of the Parties COP6 dari CBD tahun 2002, bahwa species invasif adalah suatu species asing yang introduksi dan penyebarannya mengancam
keragaman hayati.
Definisi tumbuhan asing invasif menurut the American Nursery and Landscape Association dan Weed Science Society of America WSSA, adalah sebagai berikut: 1.
tumbuhan invasif adalah tumbuhan yang telah atau akan menyebar ke komunitas tumbuhan natural dan menyebabkan kerusakan lingkungan dengan membentuk populasi yang tumbuh
berkesinambungan, dan merusak sistem yang ada atau 2 menyebar ke ekosistem yang dikembangkan manusia dan menyebabkan kerugian ekonomi. Definisi ini memenuhi interes
kedua asosiasi itu, tetapi toh banyak dikritik dengan berbagai alasan. Misalnya definisi ini tidak mencerminkan karakter dari tumbuhan invasif yang tumbuh cepat dan tidak
dikehendaki ditempat sekarang tumbuh, yang lebih bernuansa anthropogenik dari pada nuansa ekologis. Definisi itu juga tidak membedakan sistem yang diinvasi, apakah ekosistem
alami atau ekosistem yang dikelola manusia agroekosistem. Agroekosistem sangat artifisial dan merepresentasikan sistem yang sederhana, habitat yang miskin species, dengan
keseragaman lingkungan, dengan rezim perubahan yang mudah diprediksi. Berbeda dengan sistem alam yang biasanya sangat kaya species, dengan lingkungan yang heterogen dan tidak
dapat diprediksi. Tumbuhan yang menginvasi agroekosistem disebut gulma, sebagian besar species herba, yang sering teradaptasi pada sistem tanaman budidaya, sedangkan tumbuhan
yang menginvasi habitat alam mungkin meliputi seluruh keragaman penuh makhluk hidup. Barbour et al 1999 mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan invasif non-natif, dan
mereka mebedakan antara tumbuhan invasif yang menginvasi hanya habitat alam atau habitat yang sedikit terganggu dan tumbuhan hama yang mengganggu kawasan pertanian, atau
kawasan yang dikelola. Definisi ini dengan demikian memerlukan lebih lanjut definisi non native dan invasif dan membedakan antara habitat natural dan habitat yang terganggu.
Mungkin akan lebih jelas kalau mengikuti penjelasan Rejmanek 1995 bahwa gulma mengganggu pemanfaatan lahan oleh manusia; pengkolonisasi berhasil mapan dalam sistem
yang terganggu, sedang penginvasi adalah species yang diintroduksi kedalam habitat non natif Lihat Gb. 1. Anggota dari gulma, pengkolonisasi, dan penginvasi dapat tumpang tindih
seperti diperlihathatkan dalam diagram, bahwa gulma mungkin pengkolonisasi yang mungkin juga sebagai penginvasi.
gulma pengkolonisasi
Penginvasi Invaders
Sudut pandang Anthro posentris menganggu kemakmuran manusia Sudut pandang ekologis pioneers dalam suksesi
Gambar 1. Gulma pengkolonisasi dan penginvasi adalah konsep yang mirip tetapi berbeda karena dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Rejmanek, 1995
Sudut pandang biogeograf Jenis asing masuk habitat baru, menjadi dominan
Dengan perkembangan pendekatan ilmiah, dalam mendifinisikan invasi biologi ada 2 kutub pemikiran : 1 berdasarkan kriterion geografi dan 2 berdasarkan kriteria dampak.
Beberapa peneliti mempertimbangkan bahwa suatu species harus mengatasi halangan geografi besar dan menyeberangi jarak yang sangat jauh untuk dapat dipertimbangkan
invasif. Richardson and Pysek 2006. Adopsi kriteria ini konsekuensinya menghalangi species asli, natif atau lokal untuk disebut invasif walaupun ketika mereka sudah mulai
mendominasi komunitas dalam proses suksesinya. Akan tetapi pendapat ini tidak disetujui oleh peneliti lainnya yang percaya bahwa species lokal untuk suatu kawasan dapat
dikualifikasi sebagai invasif ketika mengkolonisasi dan mendominasi habitat baru didekatnya setelah proses penyebaran atau dispersal yang alamiah Davis and Thompson 2000.
Pendapat yang lebih luas tentang biologi invasi ini i.e., meliputi penyebaran dan modusnya meniadakan perbedaan antara species natif asli dan non natif asingpendatang untuk dapat
disebut invasif. Ini juga mempermudah pendapat tentang invasi, sebab ini membebaskan kita dari masalah yang ditimbulkan oleh species invasif kriptogenik yaitu yang tidak begitu jelas
apakah natif atau asing Carlton 1996.
Yang lebih fundamental adalah bahwa sebenarnya ada kemiripan fungsional yang sangat tinggi antara species asli yang tiba2 mendominasi dalam proses suksesi lokalnya dan
species asing yang menginvasi suatu sistem, dan fenomenon ini dapat menyingkap adanya mekanisme yang sama dalam dua situasi ini. Olehkarena itu definisi yang membatasi secara
intrinsik bahwa invasi biologi adalah fenomenon geografi daripada fenomenan ekologis tampak tidak dapat dijastifikasi.
Kriteria dampak juga menimbulkan debat yang hebat. Beberapa peneliti percaya bahwa suatu species pasti mempunyai dampak utama positif atau negatif pada ekosistem
dimana dia menyebar untuk dapat kualifikasi sebagai invasif. Pekerja lain berpendapat sebaliknya bahwa kriteria ini tidak harus dipakai untuk mengkarakterisasi fenomenon invasi
biologi sebab ini sukar untuk dievaluasi dan ini memberikan kesempatan interpretasi individu
Rejmanek et al. 2002: berapakah nilai ambang batas sejak mana kita bisa mengatakan bahwa sudah ada dampak? Apakah yang menyebabkan dampak utama? Diluar penjelasan
yang diajukan oleh Rejmanek et al. 2002, suatu alasan fundamental mengarah pada penolakan kriteria ini pula; pada tingkat definisi demikian ini, karakterisasi dari fenomena
itu mestinya bertumpu hanya pada kriteria itu sendiri relatif terhadap “subsansi” atau “inti nya” dan tidak pada dampaknya atau konsekuensinya, yang sangat dipengaruhi lingkungan
dan sangat bervariasi.
Dampak invasi biologi secara alam tergantung pada keadaan; ini tergantung pada identitas dari invader pada sifat atau karakter biologinya dan komunitasekosistem penerima
sifat biologis dari species yang sudah ada disitu sebelumnya Suatu species yang akan menginvasi dua ekosistem berbeda dalam proporsi sama persen area yang diokupasi, persen
dari total biomassa dari ekosistem dengan magnitue besaran yang sama tidak harus mempunyai pengaruh yang sama pada kedua lingkungan itu. Berbagai studi sudah
mengungkap bahwa intensitas dampak akan lebih kuat makin lebih nyata perbedaan antara sifat biologis species invasif dan sifat biologis dari species yang sudah ada disitu sebelumnya,
lebih umum dikatakan bahwa dampak invasi akan bervariasi tergantung pada peluang adanya penambahan atau kehilangan grup fungsional dalam ekosistem penerima. Dengan demikian,
karena diversitas atau keragaman sangat menentukan kemudahan komunitas untuk diinvasi, kehilangan atau penambahan beberapa sifat biologis akan dengan sendirinya mempunyai
konsekuensi hebat pada fungsi ekosistem. Olehkarena dampak yang sangat bervariasi yang tergantung pada banyak faktor, maka kriteria ini tidak sesuai untuk mendefinisikan suatu
fenomena yang stabil dan konstant secara alam; dalam hal ini invasi biologi. Akan tetapi, pentingnya penelitian dampak invasi biologi terutama untuk mengimplementasikan kebijakan
pengelolaan article 8h dari CBD tidak dapat dipungkiri.
Untuk alasan diatas kriteria geografik dan dampak tidak sesuai untuk mengkarakterisasi invasi biologi dan kita harus kembali kepada mekanisme asal fenomena itu sendiri.
Mekanisme ini, yang umum untuk semua jenis invasi biologi, yang membangun inti dari definisi adalah kompetisi antar species yang menggarisbawahi superioritas species yang unik,
dan pantas sebagai individu yang invasif, diatas species lain, secara fungsional mirip yang memanfaatkan sumberdaya yang sama dengan cara yang sama. yaitu unsur hara, makanan,
habitat dalam suatu ekosistem.
Keuntungan kompetitif ini terjadi setelah hilangnya pembatas terhadap dominansi species ini. Pengangkatan kendala ini, yang dari sudut pandang konsepsi, mendetruktur sistem dan
tanpa dapat dielakkan menuntun pada redistribusi elemen2nya, dapat terjadi melalui 2 cara : i introduksi species non-natif yang memperolah manfaat dari keuntungan kompetitif yang
sangat melimpah sebagai akibat dari tidak adanya pesaing kompetitif dari kelompok sesama pengikut evolusi evolutionary guild. ii adanya modifikasi eksogen lingkungan misalnya :
euthrofikasi, kehilangan atau penambahan predator puncak, perubahan rezim apikebakaran yang merubah rezim kompetisi melalui redistribusi faktor selektif yang beroperasi disitu.
Dengan definisi ini species invasif dapat saja species lokal atau species asing : Sesungguhnya, species lokal natif dapat dipandang sebagai “baru” bagi lingkungan yang
berubah disamping dari sudut pandang ekologis bahwa species invasif itu selalu asing pada
lingkungannya sebagai akibat DARI lingkungan yang baru alien species atau suatu perubahan DALAM lingkungan species lokal atau species asing yang menyebar setelah
periode jeda.
Setelah mempertimbangkan 2 pendapat yang berbeda, biologi invasi dapat didefinisikan
sebagai berikut : Suatu invasi biologi terdiri dari suatu species yang memperoleh keuntungan kompetitif setelah hilangnya halangan alamiah bagi perbanyakannya yang
memungkinkannya untuk menyebar dengan cepat dan menundukkan daerah baru dalam ekosistem penerima dimana dia menjadi populasi yang dominan. Vale´ry, et.al,
2008. Ini adalah definisi kerja yang menggarisbawahi sifat alamiah invasi biologi yang didorong oleh proses ekologi umum, kompetisi. Akan tetapi definisi harus juga memberi
arahan bagi pengelolaan species invasif dan banyak proses sebelum species invasif sampai pada suatu lokasi baru yang akan membangkitkan kompetisi nyata dalam kehidupannya
dengan species lokal, menang dan menjadi dominan dalam lingkungan yang baru itu.
1.3. PROSES INVASI