6. Tumbuhan invasif sering mampu memanfaatkan polinator lokal sehingga mereka dapat memproduksi biji dilingkungan asing. Penyebaran serangga non-indegenous dan lain
polinator seperti lebah Eropa memungkinkan tumbuhan non indegenous menyebar. 7. Tumbuhan invasif sering membentuk daun lebih awal , tetap hijau lebih lama, atau
berbunga pada lebih awal daripada tumbuhan lokal artinya mereka dapat menaungi tumbuhan lokal, atau mengambil keuntungan polinator yang tanpa sumber makanan pada
awal tahun. Perbedaan dalam waktu demikian disebut fenologi berbeda yang sangat penting untuk bertahan hidup, perbanyakan, dan penyebaran species tumbuhan invasif.
8. Menimbulkan populasi padat, seperti Merremia pelata adalah karakter penutup
kawasan bagus disamping sebagai sifat dari tumbuhan invasif yang memungkinkan mereka menurunkan ketersediaan cahaya bagi tumbuhan bawah. Massa akar yang padat
juga memungkinkan tumbuhan invasif menjadi dominan dengan mencegah tumbuhan lain membangun akar. Rumput Brachiaria hudicola mampu tumbuh membentuk akar yang
padat sehingga mampu menghalngi pertumbuhan tumbuhan lain, bahkan tumbuhan invasif lainnya seperti C.odorata kirinyu.
9. Tumbuhan invasif sering mengekskresikan zat alelofati, yaitu produksi senyawa kimia
yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain.
10.Tumbuhan bebas hama. Tumbuhan bebas hama menguntungkan petani atau pekebun,
karena mereka tidak perlu pestisida dan mempunyai peluang lebih bagus untuk survive. Tumbuhan invasif sering bebas musuh alami, sebab mereka berhasil migrasi ke
lingkungan baru tanpa musuh alami dari ekosistem asalnya. Untuk sebagian besar tumbuhan, lingkungan baru memberikan kendala yang belum mereka adaptasikan,
sehingga mereka tidak mampu ternaturalisasi atau menyebar keluar dari kultivasi. Tetapi tumbuhan invasif mengatasi masalah ini dan sebetulnya teradaptasi lebih baik kepada
lingkungannya yang baru karena tidak mempunyai musuh alami yang mengendalikan populasi mereka.
Sepuluh karakter ini dilaporkan dari banyak species tumbuhan invasif, dari berbagai lingkungan, akan tetapi untuk memprediksi suatu tumbuhan akan menjadi invasif memakai
karakter itu tidak cukup karena karakter itu dipengaruhi juga oleh lingkungan.
1.7.2. Prediksi tumbuhan invasif berdasarkan karakter biologis.
Rejmanek 2001 memakai pendekatan stochastik, ekstrapolatif dan biologis dalam studinya tentang biologi invasi tumbuhan, memberikan cara untuk memprediksi keinvasifan
tumbuhan. Generalisasi penting dalam biologi invasi adalah bahwa peluang dari keberhasilan invasi meningkat dengan ukuran populasi awal dan jumlah usaha introduksi. Tetapi penting
untuk memahami, bahwa pendekatan stochastik memungkinkan kita untuk membuat prediksi probabilistik saya tentang kemapanan dan penyebaran, prediksi ini tidak berbicara tentang
potensi dampak, kecuali ini mempertimbangkan fenomena lain yang dipakai dalam pendekatan ekstrapolasi dan biologi.
Mengetahui bahwa species tumbuhan tertentu adalah invasif disuatu tempat dapat sangat membantu untuk membuat keputusan praktis. Ekstrapolasi berdasarkan pendekatan
invasi yang didokumentasikan sebelumnya adalah sangat penting. Dengan kemajuan data base yang relevan, pendekatan ini akan menuntun pada penolakan segera import dari banyak
species tumbuhan invasif pencegahan dan pengendalian terprioritasi dari tumbuhan invasif yang telah mapan dinegara terkait. Pengetahuan ini sangat kuat dan kepentingnya sudah
dikenal diseluruh dunia. Memakai data dari negara yang sebelumnya diinvasi, banyak yang dapat dipelajari bukan saja keinvasifan species secara individu, tetapi juga tentang dampak
ekologis dan ekonomis dari species terkait. Disana mungkin ada pengalaman pengelolaan yang sangat berharga untuk dipelajari..
Extrapolasi transregional tidak semuanya memuaska secara intelektual, tetapi sangat bermanfaat dalam banyak situasi. Extrapolasi transregional ini bekerja baik, tetapi sering kita
tidak tau mengapa, sehingga keingintauan secara scientifik tidak terpenuhi. Disamping itu bahkan data base ideal seluruh dunia saat ini mungkin tidak meliputi seluruh atau bahkan
sebagian besar tumbuhan yang berpotensi menjadi species tumbuhan invasif. Alasan alasan inilah yang menerangkan mengapa sejumlah usaha dilaksanakan sejak abad yang lalu untuk
menemukan perbedaan dalam karakter biologi antara species invasif dan species non-invasif.
Analisis statistik yang sangat menjanjikan dalam bidang ini meliputi discriminant analysis, multivariate logistic regressions, path analysis, and regression trees Christensen,
1997. Akan tetapi, prediksi yang paling dapat diandalkan terbatas hanya untuk keinvasifan. Prediksi dampak potensial menjadi kurang spesifik dan kurang dapat diandalkan daripada
prediksi yang dihasilkan dari pendekatan extrapolasi. Penting untuk memahami bahwa keinvasifan dan dampak tidak harus berkorelasi positif.
Rejmanek 2001 menghasilkan 10 butir karakter biologis sebagai prediksi utama untuk keinvasifan:
1. Kebugaran homoeostasis populasi, sebagai hasil dari kebugaran homoeostosis individual dan polimorfisme genetik populasi, berkontribusi pada keinvasifan species.
Sayangnya homoeostosis populasi bukan variable yang tersedia dengan mudah. Kuantitas seperti rataan “ kinerja fisiologis secara relatif”, “kinerja ekologis secara
relatif” Austin et al, 1985 sepanjang gradient lingkungan dapat dipakai sebagai pengganti kebugaran homoeostasis populasi.
2. Ukuran genome yang kecil nampaknya sebagai hasil seleksi untuk waktu generasi minimum yang pendek, dan itu juga diasosiasikan dengan ukuran biji kecil, rasio luas
daun yang tinggi, dan laju pertumbuhan relatif semai yang tinggi dalam congeners, mungkin merupakan determinant utama dari keinvasifan tumbuhan dalam landsekap
yang terganggu Rejmanek, 1999.
3. Keinvasifan dari species pohon pada landsekap yang terganggu diasosiasikan dengan biomassa biji yang kecil 50 mg, periode juvenil yang pendek 10 years, dan
interval pendek antar pohon berbiji besar 1 – 4yrs. Periode buah yang panjang juga diasosiasikan dengan keinvasifan. Invasi species pohon dengan biji yang amat kecil
2 mg, hanya terbatas pada substrat yang basah terutama tanah mineral. Berdasarkan pada percobaan invasibilitas dengan species herba nampaknya bahwa
biji yang relatif besar 3 – 10 mg menunjukkan kompatibilitas habitat species.
4. Penyebaran oleh vertebrata bertanggung jawab pada keberhasilan dari banyak pohon invader di habitat yang terganggu maupun yang tidak.
5. Sebaran longitudinal species herba adalah alat prediksi yang menjanjikan untuk keinvasifannya. Kebugaran homoeostasis populasi dan kemampuan berpencar
nampaknya berada dalam generalisasi ini. 6. Produksi vegetatif bertanggung jawab untuk peningkatan kompatibilitas habitat dan,
karena itu, kemapanan dan penyebaran yang berhasil dari banyak species dalam lingkungan terestrial dan bahkan lebih2 untuk penyebaran di lingkungan
akuatik.Pentingnya reproduksi vegetatif untuk invasi yang sukses meningkat dengan latitude.
7. Species asing yang termasuk dalam genus eksotik dan, karena itu mempunyai sifat berbeda dari species lokal berpeluang besar menjadi invasif daripada species asing
dengan congeners lokal.
8. Species tumbuhan yang tergantung pada mutualistis non spesifik root symbiont, pollinators, dan pemencar biji berpeluang lebih besar untuk mengatasi banyak
kendala biotik maupun abiotik dalam lingkngan baru. 9. Komunitas tumbuhan yang tidak terganggu natural and semi natural berpeluang
diinvasi oleh species tumbuhan yang berperawakan tinggi. 10. Penyebaran dari banyak species invasif sangat tergantung pada aktivitas manusia.
Pada saat ini makin besar volume tanah yang dipindahkan sebagai lapisan atas tanah, lumpur pada mobil, pada stok hortikultura. Species dengan biji yang sangat banyak,
relatif kecil, biji2 pembentuk bank biji, teradaptasi untuk macam penyebaran seperti ini.
Prediksi yang paling tepat dapat dibuat dengan pemakaian simultan dari tiga pendekatan..
1.7.3. Prediksi tumbuhan asing invasif memakai Weed Risk Assessment