3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit dan Tandan Kosong Sawit
Kelapa sawit Elaeis quineensis, Jacq dari family Araceae merupakan salah satu tanaman perkebunan sebagai sumber minyak nabati, dan merupakan
primadona bagi komoditas perkebunan. Menurut Tom Linson 1961 dalam Bakar 2000 kelapa sawit merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam golongan:
Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Monocotyledoneae, Family Aracaceae, Subfamily Cocodeiae, Genus Elaeis,
Species Elaeis guineensis Jacq. Fauzi et al. 2002 menyatakan bahwa kelapa sawit pertama kali
diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1848, ketika itu ada empat bibit batang kelapa sawit yang dibawa dari Maurutius dan
Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman Kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Perkebunan
kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh dengan luas mencapai 5.123 ha.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil, maka kelapa sawit mempunyai sitem akar serabut dengan batang tegak lurus ke atas dan batang
berbentuk silindris berdiameter 40 - 60cm. Pohon kelapa sawit yang normal dan sehat yang dibudidayakan pada satu batang terdapat 40 - 50 pelepah daun
Setyamidjaja 2006. Sunarko 2007 menjelaskan kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit
yaitu pada ketinggian maksimum 400 meter dpl di atas permukaan laut, kemiringan lereng 0-12° atau 21, drainase tanah harus baik dan lancar sehingga
ketika musim hujan tidak tergenang. Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dengan baik di tanah yang bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, dan tanah
gambut, memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm, berstruktur kuat dengan kandungan unsur hara yang cukup dan pH tanah sebaiknya dengan kisaran nilai
4,0 - 6,0. Sedangkan untuk kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh dengan baik yaitu kelapa sawit memerlukan curah
4
hujan ideal 2000-2500 mm pertahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam perhari. Temperatur
sebaiknya 22-23°C. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh karena tanaman kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang dibandingkan dengan tanaman
lainnya. Sunarko 2007 menyebutkan beberapa sifat kelapa sawit yang ditinjau
dari segi anatomi, fisis dan mekanisnya. Dari sifat anatominya, kayu kelapa sawit lebih dekat dengan hardwood dibandingkan softwood, karena saluran pada kayu
kelapa sawit lebih mirip sel pembuluh pada hardwood daripada trakeida pada softwood. Dari segi sifat fisis, kayu kelapa sawit berbentuk silindris dengan
diameter 20 sampai dengan 75 cm dengan tinggi 15 sampai dengan 19 meter bila ditanam di perkebunan dan 30 meter bila tumbuh secara alami. Berat jenis kayu
kelapa sawit pada arah horizontal antara 0,28 sampai dengan 0,78 dimana bagian pusat didominasi oleh parenkim sedangkan bagian tepi didominasi oleh sel
pembuluh dan ditutupi oleh sel serabut yang bedinding tebal. Sedangkan dari segi sifat mekanis, berat jenis dan kekuatan tertinggi terdapat pada bagian luar batang.
Begitu pula arah vertikal, berat jenis dan kekuatan tertinggi terdapat pada bagian pangkal dan terus berkurang bila posisi kayu semakin ke ujung.
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan yang bisanya di sebut dengan tandan buah
segar TBS. Buah sawit dibagian sabut daging buah atau mesocarp menghasilkan minyak sawit kasar crude palm oil atau CPO sebanyak 20-24.
Sementara itu, bagian inti kelapa sawit menghasilkan miyak inti sawit palm kernel oil atau PKO 3-4. Tandan kosong kelapa sawit TKS merupakan salah
satu jenis limbah padat industri kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit didapatkan setelah proses penebahan atau pembantingan setelah perebusan yang
bertujuan melepaskan buah dari tandannya Sunarko 2007.
2.2 Komponen Kimia Kayu