10
b = berat kering tanur kertas saring g c = berat kering tanur kertas saring berisi holoselulosa g
c. Pengujian kadar selulosa
Prosedur pengujian kadar  selulosa  dilakukan  berdasarkan standar
TAPPI T  203  om-93
.  Sebanyak  2,5  g  BKT  serbuk  bebas  zat  ekstraktif  ditimbang  dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian diberi 125  mL  larutan HNO
3
3,5. Larutan tersebut dipanaskan pada waterbath dengan suhu 80ºC selama 12 jam lalu
disaring  hingga  bening  dan  dikering  udarakan.  Serbuk  kemudian  dimasukkan dalam Erlenmeyer dan ditambahkan campuran NaOH dan Na2SO3 sebanyak 125
mL  dengan  perbandingan  NaOH  :  Na
2
SO
3
sebanyak  20  :  20  g  dalam  1  liter  air, dan  larutan tesebut dipanaskan pada  waterbath dengan suhu 50ºC selama 2  jam.
Setelah  dipanaskan,  larutan  disaring  dengan  menggunakan  kertas  saring  yang telah diketahui BKT-nya  hingga tak berwarna. Sebanyak 50  mL Hipoklorit 10
ditambahkan  dan  dicuci  dengan  air  destilata  panas  hingga  berwarna  putih. Kemudian  100  mL  CH
3
COOH  10  ditambahkan  pada  filtrat  yang  berwarna putih. Filtrat dicuci  hingga  bebas asam dengan  menggunakan air destilata panas.
Kertas  saring  yang  berisi  selulosa  di  oven  pada  suhu  103±2ºC  lalu  kemudian ditimbang hingga beratnya konstan. Kadar selulosa dihitung dengan menggunakan
rumus : =
− Keterangan : a = berat kering tanur serbuk bebas ekstraktif g
b = berat kering tanur kertas saring g c = berat kering tanur kertas saring berisi selulosa g
d. Perhitungan kadar hemiselulosa
Perhitungan  kadar  hemiselulosa  dilakukan  dengan  menggunakan  data kadar  holoselulosa  dan  kadar  selulosa.  Kadar  hemiselulosa  adalah  hasil
pengurangan  antara  kadar  holoselulosa  oleh  kadar  selulosa  yang  diperoleh  dari hasil pengujian.
e. Pengujian kadar lignin
Prosedur  pengujian  kadar  lignin  ini  dilakukan  berdasarkan  standar TAPPI  T  13  os-54.  Serbuk  bebas  ekstraktif  sebanyak  1  g  dimasukkan  ke  dalam
gelas  piala  100  mL.  Kemudian  tambahkan  15  mL  H
2
SO
4
72  sambil  diaduk
11
setiap 15 menit dan ditutup dengan alumunium foil. Larutan direaksikan selama 2 jam serta suhu larutan dijaga agar tetap konstan dengan cara mendinginkan bagian
luar gelas dengan es. Sebanyak  300  mL  air  destilata  panas  dimasukkan  ke  dalam  gelas  piala
dan  dipindahkan  dalam  Erlenmeyer  1000  mL  yang  sebelumnya  telah  ditandai pada volume 575  mL. Air destilata ditambahkan hingga mencapai tanda tera 575
mL  konsentrasi  3.  Larutan  dipanaskan  pada  waterbath  dengan  suhu  100ºC selama  4  jam.  Larutan  diendapkan  dan  disaring  dengan  menggunakan  kertas
saring yang telah diketahui BKT-nya serta dicuci dengan air panas hingga serbuk bebas asam. Kertas saring berisi lignin kemudian dioven pada suhu 103±2ºC dan
ditimbang  beratnya  hingga  diperoleh  berat  konstan.  Kadar  lignin  dihitung menggunakan rumus :
= −
Keterangan :   a = berat serbuk bebas ekstraktif g b = berat kering tanur kertas saring g
c = berat kering tanur kertas saring berisi lignin g
f. Pengujian kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin
Prosedur  pengujian  kelarutan  zat  ekstraktif  larut  dalam  air  dingin dilakukan berdasarkan TAPPI T 207 om-88. Sebanyak 2 g serbuk dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 300 mL air destilata dan diaduk secara perlahan-lahan.  Ekstraksi  pada  suhu  103±2ºC.  Cuci  dengan  200  mL  air  destilata
dingin dan keringkan hingga beratnya konstan pada suhu 103±2ºC, dinginkan dan ditimbang. Kelarutan zat ekstraktif larut dalam air dihitung dengan menggunakan
rumus : =
−  − Dimana,
= 1 +
Keterangan : a = berat kering tanur serbuk g b = berat kering tanur kertas saring g
c = berat kering tanur kertas saring berisi serbuk g
12
g. Pengujian kelarutan zat ekstraktif dalam air panas