Penelitian model gravitasi digunakan oleh Kien 2009 penelitian ini membahas faktor-faktor penentu arus ekspor negara-negara di Kawasan ASEAN
Free Trade AFTA melalui estimasi data panel dengan menggunakan model gravitasi. Secara khusus, penelitian ini menggunakan tiga puluh sembilan negara
selama periode 1988-2002 didasarkan pada bentuk dua arah komponen error dari model gravitasi. Estimasi menunjukkan bahwa ekspor arus meningkat secara
proporsional dengan GDP, dan bahwa pembentukan AFTA telah menghasilkan dalam penciptaan perdagangan yang signifikan di antara para anggotanya.
Penelitian ini menyarankan bahwa kebijakan perdagangan fasilitasi dapat memainkan peran penting dalam menetapkan panggung untuk transisi AFTA ke
Free Trade Area. Model gravitasi digunakan juga oleh Saptanto 2009 untuk menganalisis
potensi ekspor perikanan Indonesia di 28 negara tujuan ekspor. Variabel–variabel yang digunakan Nilai ekspor riil, GDP Nominal, jumlah penduduk, jarak relatif,
nilai tukar riil efektif dan interaksi antara tarif dengan dummy integrasi ekonomi. Hasilnya adalah seluruh variabel berpengaruh signifikan kecuali nilai tukar riil
efektif Indonesia. Tanda variabel yang berlawanan dengan hipotesis adalah jumlah penduduk mitra dagang yang seharusnya bernilai positif dan interaksi
antara tarif dan integrasi ekonomi yang seharusnya bernilai negatif. Peningkatan jumlah penduduk mitra dagang menyebabkan penurunan nilai ekspor. Sedangkan
variabel interaksi antara tarif dan integrasi ekonomi bernilai positif karena tujuan perikanan ekspor Indonesia lebih banyak ke Amerika Serikat dan Jepang yang
memang masuk ke dalam integrasi ekonomi dengan Indonesia yakni keanggotaan APEC. Kemudian terdapat 5 negara yang umumnya menjadi tujuan ekspor
komoditas perikanan Indonesia yakni Amerika Serikat, China, Mesir, Inggris dan Jepang.
Penelitian selanjutnya berasal dari Alam, Gazi dan Raziuddin 2009 penelitian teori gravitasi untuk impor Bangladesh dengan delapan utama mitra
negara-India perdagangan, China, Singapura, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Malaysia. Data terdiri dari data tahunan 1985-2003 dalam
pendekatan panel. Hasil penelitian ini adalah Teori gravitasi konsisten dengan impor dari Bangladesh. Artinya, jarak geografis dari Bangladesh dengan yang
negara-negara mitra memiliki dampak signifikan pada impor. Tapi dalam waktu dekat ini dapat berubah karena faktor yang berbeda seperti profitabilitas, prosedur
perdagangan, pengiriman produk dan lain-lain, waktu yang mempengaruhi keputusan impor lebih daripada jarak geografis. Makalah ini menemukan
hubungan campuran antara GDP dan impor dari Bangladesh. Hal ini juga menunjukkan bahwa impor dari Bangladesh mempengaruhi produksi dalam
negeri sangat sedikit karena sebagian besar Bangladesh mengimpor barang konsumen daripada barang modal. Selain itu, penduduk Bangladesh memiliki
dampak signifikan terhadap impor yang pada gilirannya menunjukkan bahwa Bangladesh tidak mampu menghasilkan barang-barang konsumsi yang memadai
untuk memenuhi peningkatan permintaan yang dihasilkan dari pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini juga menunjukkan bahwa negara-negara mitra PDB
memiliki dampak positif yang signifikan dan negara-negara mitra populasi memiliki dampak campuran pada impor dari Bangladesh.
Penelitian persamaan gravitasi selanjutnya dilakukan oleh Tulug 2010 penelitian ini menguji dengan menggunakan data panel dari 140 pengamatan
selama periode 2000-2008. Ini menghasilkan spesifikasi yang memungkinkan untuk i respon pendapatan lebih fleksibel, ii daya saing suatu efek dengan
umum dan komponen tertentu, dan iii alternatif dan konsisten ukuran keterpencilan. Ekstensi yang ditemukan menjadi faktor signifikan dalam
menjelaskan intra-perdagangan Uni Eropa.
2.3 Kerangka Analisis
Perdagangan internasional merupakan hal yang penting dikarenakan dengan adanya perdagangan internasional akan menggerakkan variabel lainnya,
pertumbuhan ekonomi meningkat dengan adanya penambahan devisa, pengangguran berkurang dengan adanya permintaan ekspor yang tinggi serta
investasi meningkat dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal. Dalam perdagangan internasional ada tiga keunggulan yang harus dilihat suatu negara.
Pertama, adalah keunggulan absolut keunggulan suatu negara mutlak menguasai perdagangan internasional karena memiliki daya saing yang lebih baik. Kedua,
adalah keunggulan komparatif keunggulan suatu negara memegang peranan
penting dalam suatu perdagangan internasional karena negara tersebut memiliki biaya untuk komoditas suatu barang lebih murah dibandingkan negara lain.
Ketiga, adalah keunggulan kompetitif keunggulan suatu negara dapat bersaing dengan negara lain karena empat faktor yaitu: kondisi faktor, kondisi kondisi
permintaan, industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif, serta kondisi persaingan, struktur dan strategi industri.
Salah satu ekspor yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah ekspor komoditas makanan olahan. Indonesia merupakan negara agraris yang
memiliki kekayaan alam melimpah, namun potensi ini belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah. Komoditas makanan olahan seringkali
diekspor dalam bentuk bahan mentah sehingga Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah. Oleh karena itu perlu suatu analisis yang mampu melihat potensi dari
komoditas makanan olahan. Potensi komoditas makanan olahan dapat dilihat dari dua sisi yakni potensi eksternal yang meliputi pangsa pasar dunia, pertumbuhan
impor dunia dan tarif impor dunia. Selain itu dapat dilihat dari sisi internal yang meliputi nilai tambah industri, efisiensi aset dan penyerapan tenaga kerja. Metode
untuk menganlisis potensi eksternal dan internal ini adalah dengan menggunakan Metode TPI Trade Performnace Index sehingga nantinya akan terlihat
komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan Indonesia. Komoditas unggulan makanan olahan Indonesia harus mampu bersaing
dalam perdagangan internasional oleh karena itu harus dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor
Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain volume ekspor makanan olahan Indonesia, GDP negara importir, nilai tukar negara importir, serta jarak negara
importir terhadap Indonesia. Hasil analisis ini bertujuan untuk pembuatan kebijakan pemerintah untuk membuat strategi kebijakan dalam rangka
peningkatan ekspor.
Gambar 9 Kerangka Analisis
2.4 Hipotesis Penelitian
Dari teori-teori yang ada serta kerangka pemikiran yang terbentuk maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Volume ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor Hal ini artinya bila terjadi peningkatan volume komoditas unggulan makanan
olahan Indonesia menyebabkan kenaikan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia.
2. GDP Per Kapita Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor Hal ini artinya bila terjadi peningkatan GDP dari negara Indonesia
menyebabkan penurunan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia.
3. GDP Per Kapita negara importir berpengaruh positif terhadap nilai ekspor
Komoditas Makanan Olahan Indonesia
Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia
Analisis Trade Performance Index TPI
1. Indeks Performa ekspor 2. Indeks Pasar Dunia
3. Indeks Suplai Domestik 4. Indeks Dampak Sosial
Ekonomi
Rekomendasi Kebijakan Untuk Meningkatkan Ekspor Komoditas
Unggulan Makanan Olahan Faktor – faktor yang
mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan
Indonesia
Analisis Deskriptif Mengkaji Perkembangan
Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia
Analisis Model Gravitasi dengan Data Panel Statis
Hal ini artinya bila terjadi peningkatan GDP dari negara importir menyebabkan peningkatan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan
ekspor Indonesia. 4. Jumlah penduduk negara importir berpengaruh positif terhadap nilai ekspor
Hal ini artinya bila terjadi peningkatan jumlah penduduk dari negara importir menyebabkan peningkatan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan
ekspor Indonesia 5. Nilai tukar negara importir berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor
Hal ini artinya bila terjadi penurunan nilai tukar negara importir menyebabkan kenaikan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan
ekspor Indonesia. 6. Ecodistance berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor