Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Adapun penjelasan mengenai indikator indeks performa terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 6. Indikator Indeks Performa Indeks Performa Indikator Indeks Performa Ekspor Indeks Pasar Dunia Indeks Suplai Domestik Indeks Dampak Sosial Ekonomi Nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 Pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009 Neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009 Pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2005 – 2009 Pertumbuhan impor makanan olahan dunia tahun 2005 – 2009 Tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009 Nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009 Efisiensi tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 Efisiensi aset makanan olahan Indonesia tahun 2009 Penyerapan tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 Sumber: International Trade Center, Peneliti Dari tabel diatas untuk indeks performa ekspor, indikator nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 dihitung berdasarkan total nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 untuk setiap komoditasnya, untuk indikator pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara ekspor makanan olahan yang dilakukan Indonesia dengan ekspor makanan olahan yang dilakukan oleh dunia, untuk indikator neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan neraca perdagangan dengan total ekspor dikurangi impor, untuk pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2005-2009 dihitung berdasarkan total nilai ekspor makanan olahan Indonesia setiap tahunnya selama periode 2005-2009. Selanjutnya untuk indeks performa pasar dunia, indikator pertumbuhan impor makanan olahan dunia tahun 2005-2009 dihitung berdasarkan total nilai impor makanan olahan dunia setiap tahunnya selama periode 2005-2009, untuk tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009 diperoleh dari hasil rata–rata tarif untuk setiap komoditas makanan olahan. Untuk indeks suplai domestik, indikator nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009, untuk indikator Efisiensi tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara nilai tambah industri dengan total tenaga kerja, dan untuk indikator Efisiensi aset makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara nilai tambah industri dengan total asset komoditas. Untuk indeks yang terakhir yakni indeks dampak sosial ekonomi, indikator penyerapan tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari total penyerapan tenaga kerja untuk setiap komoditas makanan olahan. Setelah seluruh indeks performa diketahui hal terakhir yang dilakukan adalah dengan menggunakan indeks komposit, dari indeks komposit inilah akan diketahui komoditas unggulan makanan olahan ekspor indonesia. 3. Langkah selanjutnya setelah mengklasifikasikan setiap komoditas makanan olahan dan mendapatkan data untuk indikator dari setiap indeks performa adalah menentukan nilai Indeks indikator untuk masing–masing komoditas makanan olahan, adapun rumus yang digunakan: ......................................................................5 Keterangan: IIj = Indeks indikator ke-j yang dicari indeknya It = Indeks tertinggi yaitu 5 Ir = Indeks terendah yaitu 1 Nt = Nilai indikator tertinggi Nr Nt Ir It Nj Nt It IIj − − × − − = j IIj IP ∑ = pi pi piIPi piIPi Ik + + + + = .. ... Nr = Nilai indikator terendah Nj = Nilai indikator ke-j yang dicari indeknya Untuk menentukan indeks dari masing–masing indikator rumus yang digunakan sama, indeks tertinggi dalam hal ini 5 dikurangi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan yang tertinggi dikurangi dengan nilai komoditas makanan olahan yang diteliti dikalikan dengan indeks tertinggi dikurangi indeks terendah dalam hal ini 4 dibagi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan tertinggi dikurangi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan terendah. Setelah mendapatkan nilai indikator langkah selanjutnya adalah menentukan nilai indeks performa. 4. Dalam menentukan nilai indeks performa digunakan rumus: ...............................................................................................6 Keterangan: IP = Indeks performa IIj = Indeks indikator ke-j j = Jumlah indikator performa Nilai indeks performa berasal dari jumlah nilai indeks indikator dibagi dengan jumlah indikatornya. Untuk indeks performa ekspor, nilai indeks indikator dibagi dengan 4. Untuk indeks pasar dunia, nilai indeks indikator dibagi dengan 2. Untuk indeks suplai domestik, nilai indeks indikator dibagi dengan 3 dan untuk indeks dampak sosial ekonomi, nilai indeks indikator dibagi dengan 1. Setelah mendapatkan nilai indeks performa untuk masing–masing komoditas, langkah selanjutnya adalah menentukan indeks komposit untuk masing – masing komoditas. 5. Untuk menentukan Indek komposit untuk masing-masing komoditas digunakan rumus: ..............................................................................7 Keterangan: Ik = Indek komposit IPi = Indek performa ke-i pi = Pembobot indek performa ke-i i = Jumlah performa yang dipertimbangkan Pemberian indeks komposit harus sesuai dengan tujuan yang ingin dilakukan, dalam penelitian ini pemberian indeks komposit sesuai dengan rencana strategis kementerian perdagangan Republik Indonesia tahun 2010–2014. Dimana pembangunan perdagangan periode 2010-2014 difokuskan untuk mencapai tiga misi utama, yaitu: 1 Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas; 2 Menguatkan pasar dalam negeri; dan 3 Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional Renstra Kementerian Perdagangan RI, 2010. Dari tiga misi utama ini, misi pertama adalah meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan misi pertama kementerian perdagangan adalah performa ekspor dan pasar dunia sehingga performa ekspor dan pasar dunia diberi angka pembobot 4 dan 3. Setelah itu misi kedua kementerian perdagangan adalah menguatkan pasar dalam negeri, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan penguatan pasar dalam negeri adalah suplai domestik sehingga suplai domestik diberi angka pembobot 2, serta untuk dampak sosial ekonomi diberi angka pembobot 1.

3.2.2 Metode Deskriptif Metode deskriptif digunakan untuk mengkaji perkembangan ekspor

komoditas unggulan makanan olahan Indonesia. Hasil dari komoditas unggulan makanan olahan Indonesia akan dilihat perkembangan ekspor ke 10 negara importir utama Indonesia. Ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia akan dibagi menjadi tiap sub komoditas makanan olahan yang merupakan komoditas unggulan Indonesia.

3.2.3 Model Gravitasi dengan Data Panel Statis

Pada tahun 1962, Jan Tinbergen memperkenalkan model gravitasi yang diadaptasi dari model gravitasi Sir Isaac Newton, model gravitasi Jan Tinbergen digunakan untuk menghitung arus perdagangan internasional. Adapun persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut ARNet, 2008: .....................................................................................................8 Keterangan: Fij = Arus dari tempat asal i ke tempat tujuan j, atau Fij adalah total interaksi antara negara i dan j G = Konstanta, nilainya tergantung dari unit yang akan digunakan dalam perhitungan Mi dan Mj = Variabel yang menggambarkan besarnya suatu negara, berdasarkan faktor ekonominya. Jika ingin mengukur arus uang seperti nilai ekspor dan impor maka variabel yang dapat digunakan adalah GDP. Jika ingin mengukur pergerakan tenaga kerja maka variabel yang dapat digunakan adalah populasi Dij = Jarak antar kedua negara Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model gravitasi untuk menganalisa faktor–faktor yang mempengaruhi komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia, alasan peneliti menggunakan model gravitasi karena model gravitasi mengukur interaksi antar negara yang berupa arus perdagangan internasional. Dalam penelitian ini interaksi antar negara yang diukur adalah nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia kepada negara importir utama makanan olahan Indonesia yakni Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam. Selain itu dalam model gravitasi, untuk mengukur interaksi antar negara digunakan variabel dependen GDP serta jarak antar negara. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ln = ln EXPORTVOLUME it + ln GDPCAPINDO it ln GDPCAPIMP + it + ln POP it + ln XRATE it ln ECODISTANCE + it Keterangan: ..................................................9 = Nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia ke negara importir utama Ribu USKg; = Volume ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia ke negara importir utama KilogramKg; GDPCAPINDO it = Gross Domestic Product Per Capita Negara Indonesia Ribu US GDPCAPINDO it = Gross Domestic Product Per Capita Negara Importir Utama Makanan Olahan Indonesia Ribu US POP it = Populasi negara importir utama Indonesia jiwa XRATE it = Nilai Tukar Dollar Terhadap Mata Uang Negara Importir ECODISTANCE it = Jarak Negara ImportirShare GDP Negara Importir Ribu US Penelitian ini menggunakan data panel statis. Adapun pengertian data panel menurut Pyndick dan Daniel L. Rubenfeld dalam Baltagi Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa data panel merupakan penggabungan dari data time series period of time dan data cross section sample of individuals. Penggunaan data panel sebagai alat analisis memiliki keuntungan Baltagi, 2005. 2005 “...set is one that includes a sample of individuals household, firms, cities, etc over a period of time” Keuntungan penggunaan data panel: a. Data panel terdiri dari data individual dalam suatu periode waktu, oleh karena itu data panel mampu mengontrol heterogenitas individu b. Data panel memberikan data yang lebih banyak memberikan informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variabel serta lebih banyak derajat kebebasan dan lebih efisien. c. Data panel lebih baik dalam mempelajari the dynamics of adjustment. Karena berkaitan dengan observasi cross section yang berulang, maka data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis.