termasuk Filum Porifera, Cnidaria, dan Mollusca Nganro, 2009 dan sebagian lagi hidup bebas di perairan Manuputty, 1999. Zooxanthella termasuk alga
dinoflagellata Genus Symbiodinium, dikenal dengan nama tersebut disebabkan ciri khas warna kuning kecoklatan yang mereka miliki. Sel Symbiodinium pada
Cnidaria umumnya bersifat intraselular, berada di dalam lapisan endodermis. Organisme ini mengandung beberapa pigmen fotosintetik, yaitu klorofil-a,
klorofil-e, dan dinoxantin yang berperan dalam penyerapan sinar matahari Douglas, 2003.
Beberapa kajian mengenai kesehatan anemon menggunakan zooxanthellae sebagai indikatornya.Salah satu peranan zooxanthellae pada ekosistem terumbu
karang adalah sebagai indikator perubahan lingkungan Manuputty, 1999.Respon dari alga simbiotik zooxanthellae pada hewan tersebut bersifat lebih sensitif
terhadap cekaman lingkungan dibandingkan parameter terukur lainnya Nganro, 2009.
2.4. Interaksi Antara Anemon dan Zooxanthellae dengan Ikan Badut
Semua ikan yang termasuk dalam Familia Pomacantridae dan Genus Amphiprion merupakan simbion obligat organisme penumpang yang
menggantungkan diri selama hidupnya pada inang yang ditempati dari berbagai spesies anemon di alam Shauman et al., 2005. Menurut Elliott, et al. 1999,
terdapat 28 spesies Genus Amphiprion dan Premnas, Familia Pomachantridae yang membentuk hubungan simbiosis obligat dengan anemon laut tropis. Menurut
Allen 1980 in Fautin 1991, terdapat 25 spesies ikan dari Genus Amphiprion dan satu spesies dari Genus Premnas disebut sebagai anemonefish karena hidup
berasosiasi dengan anemon Tabel 1. Kemudian menurut Fautin 1991, dari lima
genus dan tiga familia anemon laut terdapat sepuluh spesies anemon yang merupakan inang dari ikan badut. Anemon yang paling dikenal sebagai inang dari
ikan badut adalah dua genus dari Familia Stichodactylidae, yaitu Stichodactyla
dan Heteractis.
Interaksi antara anemon dan ikan badut di alam terjadi saat ikan badut
terlindungi dari pemangsa dengan berlindung di antara tentakel anemon yang memiliki sengat, begitu pun anemon terlindungi dari pemangsa ketika ikan badut
mengusir predator yang akan menyerang anemon yang ditempatinya Fautin,
1992 . Interaksi lainnya terjadi saat ikan badut bertelur di permukaan keras yang
tersembunyi oleh pangkal anemon yang berdaging Prosek, 2010. Selain itu, anemon mendapatkan keutungan lain dari ikan badut yang menghuninya. Kotoran
ikan badut yang kaya akan nitrogen dan nutrien lain seperti sulfur dan fosfor merupakan nutrisi yang baik bagi anemon Fautin, 1991.
Hubungan simbiosis mutualisme secara lebih spesifik terjadi antara zooxanthellae, anemon, dan ikan badut. Semua jenis anemon yang hidup
berasosiasi dengan ikan badut memiliki zooxanthellae yang terdapat pada sel endodermis dari oral disc lempengan mulut dan tentakel mereka. Alga ini dapat
mensuplai seluruh kebutuhan karbon anemon. Lempengan yang mengembang dan tentakel yang lebat merepresentasikan area yang sangat luas bagi zooxanthellae
untuk menangkap cahaya. Sebagai respon terhadap gangguan tertentu di alam seperti serangan predator, anemonmenutup bagian atas kolom oral disc dimana
terdapat tentakel. Anemon yang bersimbiosis dengan ikan badutoral disc-nya tidak dapat mengatup dan secara tidak langsung hal tersebut menjadikan bagian
oral disc terus-menerus mendapatkan cahaya Fautin,1991.
9 Tabel 1. Data spesies Actinian yang berasosiasi dengan spesies Pomacantridae Fautin, 1991
Nama spesies Actinian
Cryptodendrum adhaesivum
Entacmea quadricolor
Macrodactyla doreensis
Heteractis magnifica
Heteractis crispa
Heteractis aurora
Heteractis malu
Stichodactyla haddoni
Stichodactyla gigantea
Stichodactyla mertensii
Total Actinian
yang berasosiasi
Spesies ikan
Premnas biaculeatus x
1 Amphiprion ocellaris
x x
x 3
Amphiprion percula ?
x x
x 4?
Amphirion polymnus x
x 2
Amphiprion sebae x
1 Amphiprion latezonatus
x 1
Amphiprion akallopisos x
x 2
Amphiprion nigripes x
1 Amphiprion perideraion
x x
x x
4 Amphiprion sandaracinos
x x
2 Amphiprion leucokranos
x x
x 3
Amphiprion ephippium x
x ?
3? Amphiprion frenatus
x 1
Amphiprion mccullochi x
1 Amphiprion melanopus
x ?
x 3?
Amphiprion rubrocinctus x
x 2
Amphiprion clarkii x
x x
x x
x x
x x
x 10
Amphiprion akindynos x
? x
x x
x x
7? Amphiprion allardi
x x
x 3
Amphiprion bicinctus x
x x
x x
5 Amphiprion chagosensis
Amphiprion chrysogaster x
x x
3 Amphiprion chrysopterus
x x
x x
x x
6 Amphiprion fuscocaudatus
x 1
Amphiprion latifasciatus Amphiprion tricinctus
x x
x 3
10
3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 hingga Februari 2012 yang dimulai dengan tahap persiapan dan aklimatisasi dari bulan Oktober hingga
November 2011, tahap eksperimen dari bulan November hingga Desember 2011, dan pengamatan preparat histologi serta pengolahan data dari bulan Desember
2011 hingga Februari 2012. Lokasi penelitian dibagi berdasarkan tahap penelitian yang dilakukan. Pengamatan biota dan pengambilan data kualitas air dilakukan di
Laboratorium Basah Biologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Analisis data kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Pembuatan preparat hitologis tentakel anemon dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan. Pembuatan preparat segar tentakel anemon serta pengamatan kedua jenis preparat dilakukan di Laboratorium Kering Biologi Laut, Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan. Keempat laboratorium tersebut berlokasi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat dan bahan pemeliharaan biota, alat dan bahan pengukuran dan analisis kualitas air,
alat dan bahan pembuatan preparat segar, alat dan bahan pembuatan preparat histologi, serta alat dan bahan pengamatan kedua preparat tersebut. Seluruh alat
dan bahan yang dipergunakan secara lengkap dijabarkan pada Lampiran 1.
3.3. Desain Eksperimen
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu persiapan akuarium dan air media, aklimatisasi, eksperimen, dan pengamatan preparat segar dan histologi
tentakel anemon serta pengolahan data. Persiapan akuarium dan media air meliputi pembersihan akuarium, settingsirkulasi air, dan pengecekan kondisi
kualitas air. Proses persiapan akuarium ini dilakukan selama dua minggu. Aklimatisasi dilakukan terhadap anemon dan ikan badut yang akan dijadikan
objek eksperimen. Proses ini mulai dilakukan saat kondisi kualitas air sudah baik untuk anemon dan ikan badut. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan seluruh
biota dalam kondisi stabil, sehingga pada saat eksperimen dimulai, seluruh biota tersebut dalam keadaan sehat. Proses aklimatisasi ini dilakukan selama satu
minggu. Ikan badut dimasukkan ke dalam akuarium berisi anemon saat eksperimen dimulai. Hal tersebut dilakukan agar anemon sudah dapat beradaptasi
di akuarium dilihat dari keadaan parameter morfologi yang diamati.
Kegiatan eksperimen dilakukan dalam waktu satu bulan. Akuarium yang digunakan dalam penelitian ini meliputi satu akuarium kontrol dan satu akuarium
perlakuan. Masing-masing akuarium diisi dengan tiga individu anemon, masing- masing anemon dipisahkan satu dengan yang lain menggunakan sekat jaring. Ikan
badut dipasangkan dengan anemon pada akuarium perlakuan dengan masing- masing anemon dipasangkan dengan satu ikan badut. Ilustrasi penempatan
anemon dan ikan badut pada akuarium disajikan pada Gambar 4.